Ismed ingin aksi Zul-Hendra motivasi pemain Aceh
A
A
A
Sindonews.com - Prestasi Zulfiandi dan Hendra Sandi Gunawan bersama tim nasional (timnas) U-19 Indonesia kembali mengangkat sepak bola Aceh. Kahadiran kedua pemain itu bersama tim Garuda Jaya, julukan timnas U-19, begitu disyukuri Ismed Sofyan. Pemain belakang kelahiran Tualang Cut, yang sudah mengecap 53 caps bersama timnas Garuda.
Setelah Fachry Husaini diperiode 1986-1997, Ismed memang jadi penerus pemain berdarah Aceh di timnas Indonesia. Setelah itu, sempat tenggelam perwakilan Aceh di timnas Indonesia. Sampai hadirnya nama Syahrizal Syahbuddin bersama timnas U-19, yang sedang diproyeksikan berlaga diajang SEA Gamaes XVII Myanmar, akhir Desember mendatang.
Akan tetapi mencuatnya nama Zul, sapaan akrab Zulfiandi, dan Hendra yang benar-benar mengangkat hadirnya kembali anak Aceh di timnas Garuda. Yaitu dengan andil keduanya turut membawa timnas U-19 keluar sebagai Piala AFF U-19 dan lolos ke putaran final Piala AFC U-19 di Myanmar, Oktober 2014.
“Alhamdulilah. Dan harapan saya, kalau bisa lebih banyak pemain dari Aceh yang bisa bergabung ke timnas. Dari Aceh minimal ada lima pemain lagi. Karena ini untuk sepak bola Indonesia dan buat generasi di Aceh sendiri,” tutur Ismed, selepas menjalani latihan di Lapangan Timnas, Jakarta, Senin (21/10).
“Mudah-mudahan anak-anak yang di Aceh juga termotivasi dengan adanya dua pemain timnas U-19 dari Aceh. Sehingga pemain-pemain dari Aceh, bisa lebih berprestasi ditingkat nasional,” lanjut Ismed, yang sedang menjalani persiapan jelang laga Battle of RED kontra legendaris sepak bola Manchester United (MU) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, (23/10).
Ismed pun menuturkan alasan minimnya pesepakbola asal Aceh yang mampu menembus timnas Indonesia. Pemain berusia 35 tahun ini menjelaskan, jika kesempatan yang minim jadi kendala utama. Klub-klub besar Aceh seperti Persiraja Banda Aceh, PSSB Bireun, dan PSAP Sigli, dinilainya lebih senang mengontrak pemain di luar Aceh.
Masalahnya mungkin faktor kompetisinya di Aceh lagi fakum banget disana. Artinya tim-tim besar seperti Persiraja, PSAP Sigli, dan PSSB Bireun, mereka tidak punya pemain-pemain putra daerah yang solit. Artinya mereka selalu mencomot pemain-pemain dari luar Aceh. Kondisi itu, membuat kesempatan pemain lokal Aceh menjadi minim,” tutup Ismed.
Setelah Fachry Husaini diperiode 1986-1997, Ismed memang jadi penerus pemain berdarah Aceh di timnas Indonesia. Setelah itu, sempat tenggelam perwakilan Aceh di timnas Indonesia. Sampai hadirnya nama Syahrizal Syahbuddin bersama timnas U-19, yang sedang diproyeksikan berlaga diajang SEA Gamaes XVII Myanmar, akhir Desember mendatang.
Akan tetapi mencuatnya nama Zul, sapaan akrab Zulfiandi, dan Hendra yang benar-benar mengangkat hadirnya kembali anak Aceh di timnas Garuda. Yaitu dengan andil keduanya turut membawa timnas U-19 keluar sebagai Piala AFF U-19 dan lolos ke putaran final Piala AFC U-19 di Myanmar, Oktober 2014.
“Alhamdulilah. Dan harapan saya, kalau bisa lebih banyak pemain dari Aceh yang bisa bergabung ke timnas. Dari Aceh minimal ada lima pemain lagi. Karena ini untuk sepak bola Indonesia dan buat generasi di Aceh sendiri,” tutur Ismed, selepas menjalani latihan di Lapangan Timnas, Jakarta, Senin (21/10).
“Mudah-mudahan anak-anak yang di Aceh juga termotivasi dengan adanya dua pemain timnas U-19 dari Aceh. Sehingga pemain-pemain dari Aceh, bisa lebih berprestasi ditingkat nasional,” lanjut Ismed, yang sedang menjalani persiapan jelang laga Battle of RED kontra legendaris sepak bola Manchester United (MU) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, (23/10).
Ismed pun menuturkan alasan minimnya pesepakbola asal Aceh yang mampu menembus timnas Indonesia. Pemain berusia 35 tahun ini menjelaskan, jika kesempatan yang minim jadi kendala utama. Klub-klub besar Aceh seperti Persiraja Banda Aceh, PSSB Bireun, dan PSAP Sigli, dinilainya lebih senang mengontrak pemain di luar Aceh.
Masalahnya mungkin faktor kompetisinya di Aceh lagi fakum banget disana. Artinya tim-tim besar seperti Persiraja, PSAP Sigli, dan PSSB Bireun, mereka tidak punya pemain-pemain putra daerah yang solit. Artinya mereka selalu mencomot pemain-pemain dari luar Aceh. Kondisi itu, membuat kesempatan pemain lokal Aceh menjadi minim,” tutup Ismed.
(akr)