Kutukan mitos SEA Games

Senin, 16 Desember 2013 - 11:26 WIB
Kutukan mitos SEA Games
Kutukan mitos SEA Games
A A A
Sindonews.com - Tim nasional (timnas) Indonesia U-23 dihantui mitos buruk di sepanjang pergelaran SEA Games. Sejak format SEA Games mewajibakan pesertanya menggunakan pemain-pemain di bawah usia 23 tahun di tahun 2001, tercatat sudah tiga kali timnas Garuda Muda, julukan timnas U-23 tidak lolos dari fase grup.

Seperti diketahui bersama, kali terakhir Indonesia berjaya di ajang multievent tersebut adalah di SEA Games 1991 Manila, Filipina. Setelah itu, kegagalan demi kegalan kerap dialami tim sepak bola Indonesia di kejuaraan dua tahunan Asia Tenggara tersebut.

Perjalanan timnas Indonesia memakai format U-23, diawali di SEA Games Malaysia 2001. Kala itu, timnas U-23 mampu lolos dari persaingan Grup B dengan status runner-up di bawah Malaysia. Akan tetapi di babak semi final, Thailand membuat Budi Sudarsono dkk tersungkur. Lebih parah lagi di perebutan medali perunggu, Timnas U-23 malah tumbang dari Laos, 0-1.

Gagal meraih medali setelah lolos dari fase grup, juga terjadi pada SEA Games 2005 di Filipina. Dan menariknya, The White Elephants, julukan Timnas Thailand, yang kembali memberikan mimpi buruk bagi Timnas U-23 di babak semifinal. Adapun kegagalan meraih medali, didapat saat tumbang dari Malaysia, 1-0.

Pencapaian terburuk sejak 2001, terjadi di SEA Games 2003 Vietnam, SEA Games Thailand 2007, dan juga SEA Games 2009 Laos. Di mana pada ketiga gelaran SEA Games tersebut, timnas Garuda Muda, julukan timnas U-23, tidak mampu lolos dari persaingan di fase grup.

Dari tiga kali kegagalan timnas U-23 di fase grup, yang paling memalukan terjadi pada SEA Games 2009 Laos. Tergabung dengan tuan rumah Laos, Singapura, dan Myanmar di Grup B, timnas U-23 terkubur sebagai juru kunci. Dari tiga laga yang dimainkan, Stevie Bonsapia dkk tidak mampu sekalipun menang. Catatan yang didapat hanya dua kali imbang dan sekali tumbang.

Prestasi terbaik, diraih saat Indonesia berstatus sebagai tuan rumah SEA Games 2011 di Jakarta dan Palembang. Tapi kembali lagi, mitos buruk di SEA Games sepertinya belum bisa dipecahka. Mampu melaju sampai babak final, timnas U-23 yang kala itu juga ditukangi Rahmad Darmawan, dipaksa melihat Malaysia berpesta setelah unggul lewat babak adu penalti.

Melihat performa timnas U-23 di SEA Games XXVII 2013 Myanmar, kemungkinan terburuk bukan tidak mungkin terjadi. RD, sapaan akrab Rahmad Darmawan, pun sampai berkali-kali berujar jika dirinya siap pasang badan untuk timnas Garuda Muda. Menurutnya, tanggung jawab itu sepenuhnya ada pada dirinya.

''Saya rasa ketika siap untuk memegang tim ini dan saya berani bertarung, saya siap dengan segala risiko. Saya pikir tim ini tidak menjadi tanggung jawab siapa-siapa. Saya yang jadi panglima di depan sama anak-anak," ungkap RD.

Ditanya soal apakah ada problem di dalam timnas Garuda Muda, RD menegaskan tidak ada persoalan tersebut. Pernyataan pelatih kelahiran Metro, Lampung, 46 tahun silam tersebut, sekaligus membantah adanya kelompok-kelompok kecil di dalam tubuh timnas U-23.

"Sama sekali itu ada itu. Kami di sini sama-sama berjuang untuk membawa nama Indonesia. Untuk kebanggaan Indonesia. Di sini kami satu untuk bisa meraih hasil terbaik," tegas RD, yang sempat menukangi Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Sriwijaya FC (SFC), dan Arema Cronous tersebut.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6962 seconds (0.1#10.140)