Selamatkan Persebaya 1927, Bonek demo di markas FIFA
Selasa, 24 Desember 2013 - 02:21 WIB

Selamatkan Persebaya 1927, Bonek demo di markas FIFA
A
A
A
Sindonews.com - Tidak diakui Persebaya 1927 oleh PSSI membuat suporter Persebaya 1927 atau yang biasa disebut Bonek menggelar aksi unjuk rasa di Markas FIFA di Swiss. Setelah pada tahun 2010 silam berdemo di markas FIFA Bonek kembali beraksi di Swiss, Senin (23/12/2013).
Aksi unjuk rasa hanya dilakukan dua orang, dengan memakai topeng Guy Fawkes, tokoh revolusioner Inggris, seperti dalam film 'V for Vendetta'. Pemrakarsa aksi adalah Budiono, Bonek asal Surabaya yang kini berdomisili di Swiss, bersama istrinya.
"Motivasi kami adalah menyelamatkan klub kami Persebaya (1927). Sebenarnya sedih sekali mendengar Persebaya menjadi dua. Bagi kaum awam, akan butuh waktu untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Semoga Persebaya (1927) tidak hilang," kata Budiono seperti tertulis di Facebook Persebaya 1927, Selasa (24/12/2013).
Budiono membentangkan spanduk putih bertuliskan 'Help Us Get Rid Off Mafia Out Indonesian Football Association. Helft Uns, Die Mafia Aus Der Indonesischen FA, Zu Werfen! Save Persebaya 1927'. Spanduk ini pernah dibentangkan sejumlah Bonek di luar Stadion Wembley, Inggris, beberapa jam menjelang pertandingan final Liga Champions.
Budiono juga membawa banner kecil yang memampang foto Bung Tomo sedang berorasi dan tulisan 'We Will Never Surrender. Save Indonesia Football'. Ada logo empat klub Liga Primer Indonesia yang tidak diakui PSSI, yakni Persebaya (1927), Persema Malang, Arema Malang, dan Persibo Bojonegoro.
Budiono juga membagikan selebaran petisi Manifesto 10 November yang berisi lima butir tuntutan suporter sepak bola Indonesia kepada sejumlah orang yang ditemuinya di luar markas FIFA.
"Tanpa menyerah kami bagi-bagikan petisi kepada setiap orang yang kami temui. Dibaca tidak dibaca yang penting beredar," kata Budiono. Ia juga memasukkan petisi tersebut ke kotak surat FIFA.
Namun Demo yang di gelar Budion ternyata bukan saat yang tepat. Saat itu, sejumlah pegawai FIFA mulai keluar kantor untuk pulang. Rupanya ini hari terakhir masuk kerja jelang libur Natal dan tahun baru.
Petisi yang disebar Boediono pernah disebar di depan markas AFC di Kuala Lumpur, Malaysia. Petisi itu ditulis dalam dua bahasa Inggris dan Jerman, yan isinya sebagai berikut
1) Pengakuan terhadap 4 klub IPL yang dicoret dari unifikasi liga.
2) Pengakuan legalitas terhadap 4 klub IPL karena mengikuti kompetisi resmi FIFA.
3) Unifikasi liga yang adil dan fairplay.
4) Menuntut verifikasi seluruh klub ISL dan IPL dengan standar AFC dan FIFA.
5) Menuntut AFC turun tangan menangani kisruh unifikasi liga yang tidak adil dan membatalkan seluruh hasil play off Liga Prima yang digelar PSSI, karena menyalahi asas fairness.
Aksi unjuk rasa hanya dilakukan dua orang, dengan memakai topeng Guy Fawkes, tokoh revolusioner Inggris, seperti dalam film 'V for Vendetta'. Pemrakarsa aksi adalah Budiono, Bonek asal Surabaya yang kini berdomisili di Swiss, bersama istrinya.
"Motivasi kami adalah menyelamatkan klub kami Persebaya (1927). Sebenarnya sedih sekali mendengar Persebaya menjadi dua. Bagi kaum awam, akan butuh waktu untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Semoga Persebaya (1927) tidak hilang," kata Budiono seperti tertulis di Facebook Persebaya 1927, Selasa (24/12/2013).
Budiono membentangkan spanduk putih bertuliskan 'Help Us Get Rid Off Mafia Out Indonesian Football Association. Helft Uns, Die Mafia Aus Der Indonesischen FA, Zu Werfen! Save Persebaya 1927'. Spanduk ini pernah dibentangkan sejumlah Bonek di luar Stadion Wembley, Inggris, beberapa jam menjelang pertandingan final Liga Champions.
Budiono juga membawa banner kecil yang memampang foto Bung Tomo sedang berorasi dan tulisan 'We Will Never Surrender. Save Indonesia Football'. Ada logo empat klub Liga Primer Indonesia yang tidak diakui PSSI, yakni Persebaya (1927), Persema Malang, Arema Malang, dan Persibo Bojonegoro.
Budiono juga membagikan selebaran petisi Manifesto 10 November yang berisi lima butir tuntutan suporter sepak bola Indonesia kepada sejumlah orang yang ditemuinya di luar markas FIFA.
"Tanpa menyerah kami bagi-bagikan petisi kepada setiap orang yang kami temui. Dibaca tidak dibaca yang penting beredar," kata Budiono. Ia juga memasukkan petisi tersebut ke kotak surat FIFA.
Namun Demo yang di gelar Budion ternyata bukan saat yang tepat. Saat itu, sejumlah pegawai FIFA mulai keluar kantor untuk pulang. Rupanya ini hari terakhir masuk kerja jelang libur Natal dan tahun baru.
Petisi yang disebar Boediono pernah disebar di depan markas AFC di Kuala Lumpur, Malaysia. Petisi itu ditulis dalam dua bahasa Inggris dan Jerman, yan isinya sebagai berikut
1) Pengakuan terhadap 4 klub IPL yang dicoret dari unifikasi liga.
2) Pengakuan legalitas terhadap 4 klub IPL karena mengikuti kompetisi resmi FIFA.
3) Unifikasi liga yang adil dan fairplay.
4) Menuntut verifikasi seluruh klub ISL dan IPL dengan standar AFC dan FIFA.
5) Menuntut AFC turun tangan menangani kisruh unifikasi liga yang tidak adil dan membatalkan seluruh hasil play off Liga Prima yang digelar PSSI, karena menyalahi asas fairness.
(wbs)