Manajer dan pelatih PSMS dirangkap
A
A
A
Sindonews.com - Pelatih PSMS Medan diyakini akan merangkap juga sebagai manajer tim. Satu paket jabatan meniru yang telah dilakukan klub-klub sepak bola Eropa. Ide merangkap jabatan ini dicetuskan Ketua Bidang Parlin Siagian. Menurut dia, dengan rangkap jabatan pelatih sekaligus manajer ini, lebih efisien dalam hal keuangan.
''Saya sarankan pelatih merangkap sebagai manajer. Ini akan lebih efisien, daripada ditunjuk manajer lain dan pelatih lain lagi akan mengeluarkan uang lebih banyak,” jelasnya.
Dengan kebutuhan PSMS saat ini yang tengah membangun tim baru, memang hal ini patut diapresiasi. Kebutuhan dana yang tidak sedikit akan mengefisiensikan pengeluaran. Jika manajer dan pelatih berbeda, maka dana tersebut tentu berbeda juga.
Terlebih lagi, menurut Parlin, hal ini sudah lama dilakukan di negara-negara yang menjadi kiblat sepak bola di dunia. ''Di negara-negara maju, hal ini sudah dilakukan dan hasilnya memang bagus. Pelatih merangkap manajer juga bisa memiliki hak melihat perkembangan pemain,” jelasnya.
Ketua Umum Muhammad Fauzi Nasution menyambut positif usulan tersebut. Menurutnya, memang pelatih dan manajer tim tersebut seyogyanya dikendalikan oleh satu orang. Hal ini bahkan sudah dianut di negara-negara sepak bola berkembang. Seperti Benua Eropa yang menjadi panutan sepak bola saat ini, sudah menjadikan pelatih merangkap menjadi manajer. "Iya, saya setuju itu. Manajer dan pelatih dijabat satu orang saja. Akan lebih efisien saya pikir," tandasnya.
Memang dalam sepak bola modern, para pelatih sekaligus bertindak sebagai manajer tim. Mereka memantau bakat para pemain, membesarkan pemain, serta meracik strategi sesuai potensi diri pemain. Dengan lisensi kepelatihan yang ketat, mereka dituntut memiliki kecerdasan intelektual. emosional, moral, dan sosial dalam menangani dan membina pemain.
Posisi sentral ini, pelatih dan manajer dituntut berjiwa edukatif dan memahami psikologi pemain. Sebagai pelatih, tak hanya soal taktik dan strategi tim, tetapi juga penggemblengan mental dan pembangunan karakter pemain. Tanggung jawab besar atas keberhasilan atau tidaknya suatu tim pun berada di tangan pelatih dan manajer.
Namun, siapa yang menempati posisi tersebut? Hingga kini belum diketahui. Pengurus dan manajemen PSMS Medan masih menggodoknya, setelah komisi teknik menyerahkan hasil penilaian dari keempat para calon. Yakni, Liestiadi, Edy Syahputra, M Khaidir, dan Suharto A.D.
Sedangkan, Sekretaris PSMS Medan Julius Raja mengatakan, meski keempat para calon pelatih tersebut memiliki masing-masing amunisi. Untuk yang satu ini, memang komisi teknik dan pelatih yang memiliki wewenang. Namun, dirinya berharap tim didominasi pemain lokal.
''Saya mengajukan kepada pengurus sembari menunjuk pelatih PSMS juga dilakukan pembentukan tim mencari pemain lokal yang nantinya akan diajukan ke komisi teknik dan pelatih itu sendiri. Untuk itu kami pengurus hanya mencari bahan baku saja dan diserahkan kepada komisi teknik,” pungkas pria yang akrab disapa King itu.
''Saya sarankan pelatih merangkap sebagai manajer. Ini akan lebih efisien, daripada ditunjuk manajer lain dan pelatih lain lagi akan mengeluarkan uang lebih banyak,” jelasnya.
Dengan kebutuhan PSMS saat ini yang tengah membangun tim baru, memang hal ini patut diapresiasi. Kebutuhan dana yang tidak sedikit akan mengefisiensikan pengeluaran. Jika manajer dan pelatih berbeda, maka dana tersebut tentu berbeda juga.
Terlebih lagi, menurut Parlin, hal ini sudah lama dilakukan di negara-negara yang menjadi kiblat sepak bola di dunia. ''Di negara-negara maju, hal ini sudah dilakukan dan hasilnya memang bagus. Pelatih merangkap manajer juga bisa memiliki hak melihat perkembangan pemain,” jelasnya.
Ketua Umum Muhammad Fauzi Nasution menyambut positif usulan tersebut. Menurutnya, memang pelatih dan manajer tim tersebut seyogyanya dikendalikan oleh satu orang. Hal ini bahkan sudah dianut di negara-negara sepak bola berkembang. Seperti Benua Eropa yang menjadi panutan sepak bola saat ini, sudah menjadikan pelatih merangkap menjadi manajer. "Iya, saya setuju itu. Manajer dan pelatih dijabat satu orang saja. Akan lebih efisien saya pikir," tandasnya.
Memang dalam sepak bola modern, para pelatih sekaligus bertindak sebagai manajer tim. Mereka memantau bakat para pemain, membesarkan pemain, serta meracik strategi sesuai potensi diri pemain. Dengan lisensi kepelatihan yang ketat, mereka dituntut memiliki kecerdasan intelektual. emosional, moral, dan sosial dalam menangani dan membina pemain.
Posisi sentral ini, pelatih dan manajer dituntut berjiwa edukatif dan memahami psikologi pemain. Sebagai pelatih, tak hanya soal taktik dan strategi tim, tetapi juga penggemblengan mental dan pembangunan karakter pemain. Tanggung jawab besar atas keberhasilan atau tidaknya suatu tim pun berada di tangan pelatih dan manajer.
Namun, siapa yang menempati posisi tersebut? Hingga kini belum diketahui. Pengurus dan manajemen PSMS Medan masih menggodoknya, setelah komisi teknik menyerahkan hasil penilaian dari keempat para calon. Yakni, Liestiadi, Edy Syahputra, M Khaidir, dan Suharto A.D.
Sedangkan, Sekretaris PSMS Medan Julius Raja mengatakan, meski keempat para calon pelatih tersebut memiliki masing-masing amunisi. Untuk yang satu ini, memang komisi teknik dan pelatih yang memiliki wewenang. Namun, dirinya berharap tim didominasi pemain lokal.
''Saya mengajukan kepada pengurus sembari menunjuk pelatih PSMS juga dilakukan pembentukan tim mencari pemain lokal yang nantinya akan diajukan ke komisi teknik dan pelatih itu sendiri. Untuk itu kami pengurus hanya mencari bahan baku saja dan diserahkan kepada komisi teknik,” pungkas pria yang akrab disapa King itu.
(aww)