Bertemu PSS, Persis takut kerusuhan meledak
A
A
A
Sindonews.com – PT Liga Indonesia (LI) sejauh ini belum mengumumkan pembagian grup tim-tim yang berlaga di Divisi Utama. Sejak jauh-jauh hari sebelum ada keputusan resmi, Persis Solo menginginkan agar dalam kompetisi 2014 ini untuk sementara tidak satu grup dengan PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta.
Alasan Laskar Sambernyawa untuk sementara tidak satu grup dengan tim Divisi Utama di Provinsi DIY itu semata-mata menjaga kondusivitas antarsuporter. Seperti diketahui pada laga Persis LPIS versus PSS Sleman 4 September 2013 lalu terjadi kerusuhan di Stadion Manahan Solo.
Dalam insiden itu, sedikitnya 7 suporter yang diduga pendukung PSS mengalami luka-luka. Bahkan, ada yang sampai mendapatkan beberapa jahitan di kepala.
Salah satu pengurus harian Persis Solo Totok Supriyanto menyatakan, olahraga itu tidak semata-mata untuk hiburan. Melainkan juga harus mengedepankan kenyamanan dan keindahan di lapangan hijau. Atas dasar itu, agar penonton bisa nyaman, sebaiknya Persis tidak satu grup dengan tim Divisi Utama dari DIY.
“Kalau bisa, tidak campur dengan tim dari DIY. Kami tidak ingin membuat masyarakat terusik, dan penonton harus dibuat senyaman mungkin, “ pinta Totok Supriyanto, saat dihubungi, kemarin.
Terkait dengan usulan ini, baru akan disampaikan setelah ada rapat resmi dari PT LI. Menurut dia, Informasi dari PT LI, meting manajer tim Divisi Utama baru dimulai pada 27 Januari 2014 di Surabaya. Sampai sekarang belum ada undangan resmi dari pusat, namun sifatnya baru sebatas pemberitahuan secara lesan.
“Karena kami berada di tengah-tengah antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, masih terjangkau jika sebagian dari grup berasal dari Blitar, Madiun, Ngawi dan Nganjuk,” paparnya.
Meski begitu, dirinya tetap berharap dalam satu grup di babak penyisihan tetap dihuni oleh tim-tim Divisi Utama di Jawa Tengah. Ini agar lebih menghemat pengeluaran biaya kompetisi. Karena jika harus bertanding away ke provinsi lain apalagi sampai di luar Jawa, ini sangat tidak ekonomis.
Informasi yang diterima pengurus Persis, pembagian grup nantinya disesuaikan dengan jumlah tim yang ada di satu wilayah. Semisal di Provinsi Jayapura, di sana ada sekitar 8 tim. Delapan tim itu nantinya akan dijadikan menjadi satu grup.
Totok menjelaskan, rapat manajer biasanya membahas mengenai pembagian grup, jadwal pertandingan setaiap grup, hal-hal teknis lainnya. Terkait dengan besaranya anggaran untuk persiapan satu musim, dirinya belum bisa memastikan. “Baru bisa dipastikan setelah ada pembagian grup. Untuk pendanaan dari sponsor, juga disesuaikan dengan jadwal pertandingan, dan sampai sekarang jadwal itu juga belum turun,” jelasnya.
Terpisah, dirijen Pasoepati, suporter fanatik Persis Solo Andre “Jaran” meminta agar pengurus segera menyediakan mess bagi pelamar. Keberadaan mess ini sangat penting agar pemain bisa menjaga kondisinya.
“Waktu kompetisi sudah semakin mepet. Kalau tidak ada mess, tentu kasihan para pelamar luar kota, mereka butuh istirahat agar bisa foksu berlatih,” jelasnya seperti dikutip pasoepati.net.
Alasan Laskar Sambernyawa untuk sementara tidak satu grup dengan tim Divisi Utama di Provinsi DIY itu semata-mata menjaga kondusivitas antarsuporter. Seperti diketahui pada laga Persis LPIS versus PSS Sleman 4 September 2013 lalu terjadi kerusuhan di Stadion Manahan Solo.
Dalam insiden itu, sedikitnya 7 suporter yang diduga pendukung PSS mengalami luka-luka. Bahkan, ada yang sampai mendapatkan beberapa jahitan di kepala.
Salah satu pengurus harian Persis Solo Totok Supriyanto menyatakan, olahraga itu tidak semata-mata untuk hiburan. Melainkan juga harus mengedepankan kenyamanan dan keindahan di lapangan hijau. Atas dasar itu, agar penonton bisa nyaman, sebaiknya Persis tidak satu grup dengan tim Divisi Utama dari DIY.
“Kalau bisa, tidak campur dengan tim dari DIY. Kami tidak ingin membuat masyarakat terusik, dan penonton harus dibuat senyaman mungkin, “ pinta Totok Supriyanto, saat dihubungi, kemarin.
Terkait dengan usulan ini, baru akan disampaikan setelah ada rapat resmi dari PT LI. Menurut dia, Informasi dari PT LI, meting manajer tim Divisi Utama baru dimulai pada 27 Januari 2014 di Surabaya. Sampai sekarang belum ada undangan resmi dari pusat, namun sifatnya baru sebatas pemberitahuan secara lesan.
“Karena kami berada di tengah-tengah antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, masih terjangkau jika sebagian dari grup berasal dari Blitar, Madiun, Ngawi dan Nganjuk,” paparnya.
Meski begitu, dirinya tetap berharap dalam satu grup di babak penyisihan tetap dihuni oleh tim-tim Divisi Utama di Jawa Tengah. Ini agar lebih menghemat pengeluaran biaya kompetisi. Karena jika harus bertanding away ke provinsi lain apalagi sampai di luar Jawa, ini sangat tidak ekonomis.
Informasi yang diterima pengurus Persis, pembagian grup nantinya disesuaikan dengan jumlah tim yang ada di satu wilayah. Semisal di Provinsi Jayapura, di sana ada sekitar 8 tim. Delapan tim itu nantinya akan dijadikan menjadi satu grup.
Totok menjelaskan, rapat manajer biasanya membahas mengenai pembagian grup, jadwal pertandingan setaiap grup, hal-hal teknis lainnya. Terkait dengan besaranya anggaran untuk persiapan satu musim, dirinya belum bisa memastikan. “Baru bisa dipastikan setelah ada pembagian grup. Untuk pendanaan dari sponsor, juga disesuaikan dengan jadwal pertandingan, dan sampai sekarang jadwal itu juga belum turun,” jelasnya.
Terpisah, dirijen Pasoepati, suporter fanatik Persis Solo Andre “Jaran” meminta agar pengurus segera menyediakan mess bagi pelamar. Keberadaan mess ini sangat penting agar pemain bisa menjaga kondisinya.
“Waktu kompetisi sudah semakin mepet. Kalau tidak ada mess, tentu kasihan para pelamar luar kota, mereka butuh istirahat agar bisa foksu berlatih,” jelasnya seperti dikutip pasoepati.net.
(wbs)