Mencari Bibit Unggul Atlet Canoe dan Kayak Slalom
A
A
A
BOGOR - Dalam rangka mencari bibit-bibit muda atlet cabang olahraga canoe dan kayak slalom, Kluboogie dan Nomad Adventure Service yang bernaung dalam Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) menggelar Indonesia Canoe and Kayak Slalom Competition II di Lembah Kawaluyan, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, 30-31 Mei 2014.
Ketua panitia Indonesia Canoe and Kayak Slalom Competition II Mulhendra mengatakan, kompetisi ini digelar dalam rangka mengenalkan dan mengembangkan cabang olahraga canoe dan kayak slalom. Menurutnya, salah satu cabang dari olahraga dayung ini belum populer di Indonesia. Sementara, olahraga pemicu adrenalin ini telah terkenal di luar negeri. Selain itu, pihaknya juga ingin memperkenalkan potensi wisata dan fasilitas olahraga dayung di Kabupaten Bogor.
“Kami ingin coba mengembangkan cabang olahraga ini melalui training dan kompetisi-kompetisi di medan tanpa arus (flat). Sebenarnya olahraga ini memang di sungai, di arus deras. Untuk mengembangkan, kita mulai flat dulu dengan ditambahi sedikit tantangan-tantangan seperti rolling sebagai salah satu skill yang harus dikuasai sebelum mencoba arus deras,” ujar Hendra saat ditemui Sindonews di Lembah Kawaluyan, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (31/5/2014).
Selain belum popular di telinga masyarakat, peralatan yang minim juga menjadi kendala. Menurut Hendra, banyak PODSI di daerah tidak memiliki alat untuk berlatih, sehingga pembibitan atlet canoe dan kayak slalom tidak dapat dilakukan. Selama ini, Hendra menuturkan, banyak klub-klub kayak yang melakukan latihan bersama dengan peralatan seadanya.
Kompetisi canoe dan kayak slalom tingkat nasional yang kedua ini diikuti oleh 58 peserta yang berasal dari Bogor, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, dan Bali. Setelah Pengurus Besar (PB) PODSI sukses menyelenggarakan kompetisi yang sama pada 2010 lalu di Yogyakarta, kali ini jumlah peserta kategori pelajar sudah mulai bertambah.
“Kompetisi yang lalu hanya diikuti oleh mahasiswa. Saat ini kita buka kategori lebih banyak, ada pelajar, umum, dan mahasiswa. Untuk kategori pelajar, rata-rata masih SMP. Ada juga yang masih SD,” ujar Hendra.
Pria yang juga pengurus PODSI Pemerintah Provinsi Yogyakarta ini merincikan, ada tuju kategori lomba yang digelar dalam kompetisi tersebut diantaranya: kategori kayak 1 putra umum diikuti 6 peserta, kayak 1 putra mahasiswa diikuti 13 peserta, kayak 1 putra pelajar diikuti 7 peserta, kayak 1 putri campuran diikuti 5 peserta, canoe 1 putra umum diikuti 6 peserta, canoe 1 putra mahasiswa dan pelajar diikuti 3 peserta, dan canoe 2 diikuti oleh 9 tim (18 peserta).
Lebih lanjut Hendra menuturkan, Indonesia memiliki potensi besar melahirkan atlet-atlet tangguh di bidang ini. Bentang alam Indonesia yang memiliki potensi sungai dengan arus deras seharusnya dapat dioptimalkan. Ia mengatakan, pihaknya akan segera mencoba menyelenggarakan kompetisi di arus deras.
Menurutnya, dalam pesta olahraga se Asia Tenggara (SEA Games), cabang olahraga canoe dan kayak slalom ini masih dilakukan di arus tenang. “Kalau dibikin arus keras, SEA Games itu baru tiga Negara saja yang bisa. Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kita mau menyiapkan ke situ,” ujarnya.
Ketua panitia Indonesia Canoe and Kayak Slalom Competition II Mulhendra mengatakan, kompetisi ini digelar dalam rangka mengenalkan dan mengembangkan cabang olahraga canoe dan kayak slalom. Menurutnya, salah satu cabang dari olahraga dayung ini belum populer di Indonesia. Sementara, olahraga pemicu adrenalin ini telah terkenal di luar negeri. Selain itu, pihaknya juga ingin memperkenalkan potensi wisata dan fasilitas olahraga dayung di Kabupaten Bogor.
“Kami ingin coba mengembangkan cabang olahraga ini melalui training dan kompetisi-kompetisi di medan tanpa arus (flat). Sebenarnya olahraga ini memang di sungai, di arus deras. Untuk mengembangkan, kita mulai flat dulu dengan ditambahi sedikit tantangan-tantangan seperti rolling sebagai salah satu skill yang harus dikuasai sebelum mencoba arus deras,” ujar Hendra saat ditemui Sindonews di Lembah Kawaluyan, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (31/5/2014).
Selain belum popular di telinga masyarakat, peralatan yang minim juga menjadi kendala. Menurut Hendra, banyak PODSI di daerah tidak memiliki alat untuk berlatih, sehingga pembibitan atlet canoe dan kayak slalom tidak dapat dilakukan. Selama ini, Hendra menuturkan, banyak klub-klub kayak yang melakukan latihan bersama dengan peralatan seadanya.
Kompetisi canoe dan kayak slalom tingkat nasional yang kedua ini diikuti oleh 58 peserta yang berasal dari Bogor, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, dan Bali. Setelah Pengurus Besar (PB) PODSI sukses menyelenggarakan kompetisi yang sama pada 2010 lalu di Yogyakarta, kali ini jumlah peserta kategori pelajar sudah mulai bertambah.
“Kompetisi yang lalu hanya diikuti oleh mahasiswa. Saat ini kita buka kategori lebih banyak, ada pelajar, umum, dan mahasiswa. Untuk kategori pelajar, rata-rata masih SMP. Ada juga yang masih SD,” ujar Hendra.
Pria yang juga pengurus PODSI Pemerintah Provinsi Yogyakarta ini merincikan, ada tuju kategori lomba yang digelar dalam kompetisi tersebut diantaranya: kategori kayak 1 putra umum diikuti 6 peserta, kayak 1 putra mahasiswa diikuti 13 peserta, kayak 1 putra pelajar diikuti 7 peserta, kayak 1 putri campuran diikuti 5 peserta, canoe 1 putra umum diikuti 6 peserta, canoe 1 putra mahasiswa dan pelajar diikuti 3 peserta, dan canoe 2 diikuti oleh 9 tim (18 peserta).
Lebih lanjut Hendra menuturkan, Indonesia memiliki potensi besar melahirkan atlet-atlet tangguh di bidang ini. Bentang alam Indonesia yang memiliki potensi sungai dengan arus deras seharusnya dapat dioptimalkan. Ia mengatakan, pihaknya akan segera mencoba menyelenggarakan kompetisi di arus deras.
Menurutnya, dalam pesta olahraga se Asia Tenggara (SEA Games), cabang olahraga canoe dan kayak slalom ini masih dilakukan di arus tenang. “Kalau dibikin arus keras, SEA Games itu baru tiga Negara saja yang bisa. Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kita mau menyiapkan ke situ,” ujarnya.
(wbs)