Sharapova Sudah Lupakan Roland Garros
A
A
A
PARIS - Maria Sharapova ternyata tidak mau berlama-lama merayakan keberhasilannya merengkuh gelar tunggal putri Prancis Terbuka. Ia ingin segera melupakan kemenangannya dan memburu gelar kedua di tanah Inggris, yakni Wimbledon.
Petenis Rusia itu memang berambisi menambah tropinya di turnamen lapangan rumput. Sharapova terakhir meraih gelar di turnamen tertua di dunia pada 2004 lalu. "Wimbledon sudah di depan mata dan saya mau bekerja keras untuk turnamen itu, " ucapnya dikutip reuters, Senin (9/6).
Wimbledon untuk sebagian petenis memang menjadi turnamen yang paling menakutkan. Selain pamornya, jenis lapangan yang digunakan kerap membuat petenis kesulitan. Tidak sedikit, termasuk Sharapova yang gagal mempertahankan gelar di turnamen yang pernah juga menampilkan petenis Indonesia, Yayuk Basuki itu.
"Saya tidak peduli dengan hasil sebelumnya. Saya akan mulai dengan bersih. Sekarang ini memikirkan bagaimana memulai tampil di turnamen grand slam itu. Saya tidak mau berpikir banyak hal, seperti saya pernah memenangkannya di sini. Sebab, jika hal itu terus dipikirkan akan mengganggu mentalitas kita dan membuat bosan. Saya datang ke sini dengan ambisi seperti orang kehausan dan kelaparan."
Di Prancis Terbuka, Sharapova masih menyimpan penampilan terburuknya dimana ia kerap kehilangan set pertama. Selain itu servisnya juga dinilai buruk plus kesalahan sendiri yang membuat lawan menambang angka dengan mudah. Di semifinal misalnya, Sharapova tercatat melakukan sembilan kali kesalahan sendiri dan delapan kali di perempat final.
Ternyata hal tersebut tidak mau lagi dipikirkan Sharapova. "Saya tidak mau lagi memikirkan hal itu, sebab saya berpikir pertandingan belum akan berakhir. Saya tidak peduli menang atau kalah. Jika saya bermain baik dan memenangkan set pertama, toh pertandingan harus berlanjut di set kedua."
Jadi, sekali lagi fokus dan fokus pada pertandingan. "Saya tidak mau lagi memikirkan hal-hal di Roland Garros. Saya sudah melupakan kenangan memegang tropi, sebab saya berpikir ke depan bagaimana caranya saya bisa memegang tropi lainnya."
Petenis Rusia itu memang berambisi menambah tropinya di turnamen lapangan rumput. Sharapova terakhir meraih gelar di turnamen tertua di dunia pada 2004 lalu. "Wimbledon sudah di depan mata dan saya mau bekerja keras untuk turnamen itu, " ucapnya dikutip reuters, Senin (9/6).
Wimbledon untuk sebagian petenis memang menjadi turnamen yang paling menakutkan. Selain pamornya, jenis lapangan yang digunakan kerap membuat petenis kesulitan. Tidak sedikit, termasuk Sharapova yang gagal mempertahankan gelar di turnamen yang pernah juga menampilkan petenis Indonesia, Yayuk Basuki itu.
"Saya tidak peduli dengan hasil sebelumnya. Saya akan mulai dengan bersih. Sekarang ini memikirkan bagaimana memulai tampil di turnamen grand slam itu. Saya tidak mau berpikir banyak hal, seperti saya pernah memenangkannya di sini. Sebab, jika hal itu terus dipikirkan akan mengganggu mentalitas kita dan membuat bosan. Saya datang ke sini dengan ambisi seperti orang kehausan dan kelaparan."
Di Prancis Terbuka, Sharapova masih menyimpan penampilan terburuknya dimana ia kerap kehilangan set pertama. Selain itu servisnya juga dinilai buruk plus kesalahan sendiri yang membuat lawan menambang angka dengan mudah. Di semifinal misalnya, Sharapova tercatat melakukan sembilan kali kesalahan sendiri dan delapan kali di perempat final.
Ternyata hal tersebut tidak mau lagi dipikirkan Sharapova. "Saya tidak mau lagi memikirkan hal itu, sebab saya berpikir pertandingan belum akan berakhir. Saya tidak peduli menang atau kalah. Jika saya bermain baik dan memenangkan set pertama, toh pertandingan harus berlanjut di set kedua."
Jadi, sekali lagi fokus dan fokus pada pertandingan. "Saya tidak mau lagi memikirkan hal-hal di Roland Garros. Saya sudah melupakan kenangan memegang tropi, sebab saya berpikir ke depan bagaimana caranya saya bisa memegang tropi lainnya."
(bbk)