Bisakah Arena Corinthians Bantu Inggris Bekuk Uruguay?
A
A
A
SAO PAULO - Arena Corinthians di Sao Paulo akan menjadi saksi dalam duel hidup dan mati Uruguay dengan Inggris, Jumat (20/6) dini hari WIB nanti. Arena ini digadang-gadang akan mempermudah Steven Gerrard dkk mengalahkan lawan. Pasalnya, lapangan sudah menggunakan teknologi rumput sintetis.
Perhelatan sengit akan tersaji antara Uruguay melawan Inggris. Keduanya akan ngotot untuk menang demi mendapatkan tiket babak 16 besar. Tidak mudah bagi Inggris untuk melawan tim sekelas Uruguay, namun ada hal yang mungkin akan sedikit membantu The Three Lions.
Pada pertandingan lalu, tim asuhan Roy Hodgson ini mengeluh soal udara lembap dan panas, serta lapangan yang keras. Wajar saja, selain terbiasa dengan udara dingin, pemain-pemain Inggris bisa dibilang ‘alergi’ dengan kondisi lapangan yang jelek.
Sebagian besar skuad Tiga Singa bermain di Liga Primer. Bagi tim Liga Primer, lapangan yang mumpuni adalah hal yang penting karena menunjang performa ketika bermain. Dilansir BBC Technology (19/6), sebanyak dua per tiga lapangan klub liga terkompetitif ini, sudah menggunakan teknologi rumput sintetis. Teknologi ini membuat lapangan lebih tangguh dan memberi nuansa berbeda dalam bermain.
’’Mungkin bagi sebagian orang, akan menganggap rumput sintetis ini keras,’’ujar David Saltman, seorang perwakilan penyedia pemasangan rumput sintetis DESSO.
Teknologi untuk membuat rumput sintetis ini bisa dibilang teknologi baru di Piala Dunia. Ketika Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dua stadion untuk pertama kalinya sepanjang sejarah mencoba teknologi ini.
Di Brazil, setengah dari 12 stadion yang dipakai bertanding, masih menggunakan rumput konvensional. Bahkan, stadion yang akan digunakan di babak final nanti, Estadio do Maracana, masih menggunakan rumput alami. Hal ini ada kaitannya dengan biaya yang dikeluarkan untuk memasang rumput sintetis. Masyarakat yang protes terhadap terselenggaranya ajang terakbar sepak bola itu, terus menentang soal pemborosan dana.
Akankah Inggris terbantu dengan teknologi ini? Hal ini akan terjawab dini hari nanti. Tentu saja strategi dari pelatih Roy Hodgson dan Oscar Tabarez yang menentukan.
Perhelatan sengit akan tersaji antara Uruguay melawan Inggris. Keduanya akan ngotot untuk menang demi mendapatkan tiket babak 16 besar. Tidak mudah bagi Inggris untuk melawan tim sekelas Uruguay, namun ada hal yang mungkin akan sedikit membantu The Three Lions.
Pada pertandingan lalu, tim asuhan Roy Hodgson ini mengeluh soal udara lembap dan panas, serta lapangan yang keras. Wajar saja, selain terbiasa dengan udara dingin, pemain-pemain Inggris bisa dibilang ‘alergi’ dengan kondisi lapangan yang jelek.
Sebagian besar skuad Tiga Singa bermain di Liga Primer. Bagi tim Liga Primer, lapangan yang mumpuni adalah hal yang penting karena menunjang performa ketika bermain. Dilansir BBC Technology (19/6), sebanyak dua per tiga lapangan klub liga terkompetitif ini, sudah menggunakan teknologi rumput sintetis. Teknologi ini membuat lapangan lebih tangguh dan memberi nuansa berbeda dalam bermain.
’’Mungkin bagi sebagian orang, akan menganggap rumput sintetis ini keras,’’ujar David Saltman, seorang perwakilan penyedia pemasangan rumput sintetis DESSO.
Teknologi untuk membuat rumput sintetis ini bisa dibilang teknologi baru di Piala Dunia. Ketika Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dua stadion untuk pertama kalinya sepanjang sejarah mencoba teknologi ini.
Di Brazil, setengah dari 12 stadion yang dipakai bertanding, masih menggunakan rumput konvensional. Bahkan, stadion yang akan digunakan di babak final nanti, Estadio do Maracana, masih menggunakan rumput alami. Hal ini ada kaitannya dengan biaya yang dikeluarkan untuk memasang rumput sintetis. Masyarakat yang protes terhadap terselenggaranya ajang terakbar sepak bola itu, terus menentang soal pemborosan dana.
Akankah Inggris terbantu dengan teknologi ini? Hal ini akan terjawab dini hari nanti. Tentu saja strategi dari pelatih Roy Hodgson dan Oscar Tabarez yang menentukan.
(aww)