Bhinneka Tunggal Ika ala Swiss
A
A
A
SALVADOR - Terdapat banyak nama pemain naturalisasi dalam skuad tim nasional Swiss yang dibawa ke panggung Piala Dunia Brazil 2014. Di antaranya adalah Haris Seferovic, Admir Mehmedi, Xherdan Shaqiri, Valon Behrami, Johan Djourou, dan Gokhan Inler.
Sang kapten La Nati —julukan timnas Swiss--, Inler, yang ditanyai wartawan mengenai keberagaman latar belakang di timnya, hanya menanggapi dengan santai. Dia merasa tidak ada masalah dengan hal itu.
“Kami semua bermain untuk Swiss. Siapapun yang datang ke tim nasional harus memberikan segalanya. Lebih dari setengah pemain kami adalah imigran generasi kedua. Dan semua saling menghormati satu sama lain, tidak ada masalah dengan orang-orang Swiss atau imigran. Ini normal,” tutur Inler seperti dilansir The Guardian.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi kami semua merasa sebagai orang Swiss dan bahagia bisa bermain untuk negara ini,” sambungnya.
Inler menambahkan, selain rasa persatuan rekan-rekan setimnya, faktor semangat juga adalah hal yang membuat Swiss bisa bermain bagus di atas perbedaan yang ada. “Kekuatan kami adalah semangat tim. Anda menang bersama-sama dan Anda kalah pun juga bersama-sama. Anda tidak bisa menang sendirian. Kami memiliki banyak pemain muda yang bermain di Eropa, serta pemain dengan teknik yang sangat baik, tapi semangat tim adalah kunci utama."
Jelang laga kontra Prancis pada Sabtu (21/6) WIB, Inler percaya bahwa timnya kini telah berkembang semakin baik sejak perhelatan Piala Dunia 2010.
“Kami kini tim yang lapar dan berani. Pemain muda kami tengah tumbuh dan berkembang. Sekarang adalah waktu yang penting bagi kami untuk menunjukkannya,” tutupnya.
Sang kapten La Nati —julukan timnas Swiss--, Inler, yang ditanyai wartawan mengenai keberagaman latar belakang di timnya, hanya menanggapi dengan santai. Dia merasa tidak ada masalah dengan hal itu.
“Kami semua bermain untuk Swiss. Siapapun yang datang ke tim nasional harus memberikan segalanya. Lebih dari setengah pemain kami adalah imigran generasi kedua. Dan semua saling menghormati satu sama lain, tidak ada masalah dengan orang-orang Swiss atau imigran. Ini normal,” tutur Inler seperti dilansir The Guardian.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi kami semua merasa sebagai orang Swiss dan bahagia bisa bermain untuk negara ini,” sambungnya.
Inler menambahkan, selain rasa persatuan rekan-rekan setimnya, faktor semangat juga adalah hal yang membuat Swiss bisa bermain bagus di atas perbedaan yang ada. “Kekuatan kami adalah semangat tim. Anda menang bersama-sama dan Anda kalah pun juga bersama-sama. Anda tidak bisa menang sendirian. Kami memiliki banyak pemain muda yang bermain di Eropa, serta pemain dengan teknik yang sangat baik, tapi semangat tim adalah kunci utama."
Jelang laga kontra Prancis pada Sabtu (21/6) WIB, Inler percaya bahwa timnya kini telah berkembang semakin baik sejak perhelatan Piala Dunia 2010.
“Kami kini tim yang lapar dan berani. Pemain muda kami tengah tumbuh dan berkembang. Sekarang adalah waktu yang penting bagi kami untuk menunjukkannya,” tutupnya.
(nug)