Harapan Palsu Kamerun di Brazil 2014

Senin, 23 Juni 2014 - 08:17 WIB
Harapan Palsu Kamerun di Brazil 2014
Harapan Palsu Kamerun di Brazil 2014
A A A
BRASILIA - Untuk kesekian kalinya Kamerun menjalani momen buruk di Piala Dunia. Datang dengan gagah karena memiliki pemain yang berlaga di klub top Eropa, Kamerun hanya besar di nama. Sedangkan kualitas di lapangan jauh dari gaung mereka di Benua Afrika.

Negara ini masih berada di bawah bayang-bayang seorang Roger Milla, pemain yang mengejutkan dan membawa Kamerun ke delapan besar pada Piala Dunia 1990. Memang, sejak keikutsertaan kedua kalinya di event empat tahunan tersebut, tim Kamerun tak lagi bertenaga seberapa pun hebatnya pemain di dalamnya.

Harapan demi harapan ditatap tim berjuluk 'Indomitable Lions' (agak rumit diterjemahkan ke bahasa Indonesia), selepas Piala Dunia 1990 tersebut. Sayangnya performa gemilang saat kualifikasi tidak berlanjut di putaran final. Sang singa menjadi jinak dan ompong.

Harapan palsu masih berlanjut di Brasil setelah kalah beruntun dari Kroasia dan Meksiko. Total dalam lima Piala Dunia terakhir, termasuk di Brasil, Kamerun hanya menang sekali dalam 14 pertandingan. Sembilan kali kalah dan menelan 29 gol dengan hanya memasukkan sembilan kali.

Memalukan, demikian cap yang diberikan para kolumnis. Kamerun yag memiliki pondasi kuat di awal keterlibatannya diPiala Dunia, yakni 1982 dan 1990, terus dan terus merosot. Lihat saja pada 1998 ketika tiga pemain sekaligus dikartu merah dan pulang dengan sangat memalukan.

"Manajemen tim menjadi biangnya," ucap Roger Milla kepada CCTV. "Kalau di zaman saya, pemain bertarung demi kecintaan terhadap sepakbola dan negaranya, sekarang berubah. Finansial (duit) menjadi tujuan pemain dan itu menjadi masalah besar," lanjut Milla.

Pemain paling kesohor Kamerun tersebut juga mengkritik pengelolaan pemain yang lemah sehingga akhirnya tidak tercipta tim yang solid. "Dulu hanya saya yang bermain di Eropa. Semua pemain lainnya bermain di Kamerun tapi sangat disiplin dan menjadi tim kuat. Sekarang disiplin itu tidak ada," sebut dia.

Sejarah buruk Kamerun kembali terulang di Brasil. Bukan hanya bagaimana mereka dua kali takluk tanpa bisa mencetak gol, tapi juga kondisi internal tim yang kacau. Perseteruan fisik antara Benoit Assou-Ekotto dan Benjamin Moukandjo menunjukkan bagaimana karakter tim ini.

Sangat tragis jika melihat mereka punya nama sebesar Samuel Eto'o, Alex Song, Assou-Ekotto, Charles Itandje dan beberapa nama lain. Problem Kamerun sudah jelas ada pada diri mereka sendiri, bukan mutlak faktor lawan yang dihadapi.

Sementara itu, kritikan juga datang untuk penggawa tim Brasil yang akan bertemu Kamerun di laga terakhir Grup A. Striker legendaris Inggris Alan Sheare menyebut penyerang utama tuan rumah Fred sebagai pemain 'idiot'. Kepada ESPN, Shearer menyebut Fred tak pantas dipilih pelatih.

"Saya masih heran bagaimana striker seperti dia (Fred) bisa terpilih. Dia tidak bergerak, tidak menendang dan justru melemahkan timnya. Saya tak tahu apakah Brasil harus mengubah sistem atau memainkan Neymar sebagai false nine. Tapi Fred jelas bukan sebuah jawaban," cetus Shearer yang menjadi analis resmi BBC.

Komentar itu membuat berang pemain Brasil lain, yakni Daniel Alves. Bek Barcelona ini menyebut Shearer lebih idiot karena tidak respek dengan sesama pesepakbola. "Shearer lebih idiot. Dia seharusnya paham sulitnya bermain sepak bola, yakni mengalahkan pemain lawan dan mencetak gol. Dia harusnya lebih respek," jawab Alves.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9942 seconds (0.1#10.140)