Suarez di Antara Pahlawan atau Sampah Masyarakat
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Kasus gigitan Luis Suarez di bahu Giorgio Chiellini masih menjadi perdebatan panjang. Media Inggris dengan lahap menyantap kasus ini untuk semakin membenamkan penyerang timnas Uruguay itu berbekal track record kurang baik yang dicatat pemain Liverpool itu di ajang Liga Primer Inggris.
Kapten Uruguay Diego Lugano menuding media Inggris sebagai biang dari semakin tajamnya kasus gigitan Suarez. Tapi bagaimana pun media Inggris telah mencatat dengan rapi bagaimana perilaku Suarez selama berkostum Liverpool, terutama aksi rasis kepada Patrice Evra dan gigitan ke tangan Branislav Ivanovic.
Harian The Telegraph menyebut upaya pembelaan yang dilakukan Uruguay hanyalah sia-sia. “Hal terbaik adalah tidak membela apa yang tidak pantas dibela, jika ingin mempertahankan kredibilitas,” demikian tulis harian The Telegraph. Sebuah jawaban untuk Lugano dan Asosiasi Sepakbola Uruguay yang berapi-api membela Suarez.
The Telegraph juga menyebut Suarez sebagai 'sampah masyarakat', berbanding terbalik dengan pihak Uruguay yang menyebutnya pahlawan. Sejumlah media Inggris lain menilai pembelaan dari kubu Uruguay hanyalah formalitas, walau mereka tahu benar apa yang dilakukan Suarez dan sudah terjadi untuk ketiga kalinya.
Sejumlah kolumnis menyatakan media Uruguay tidak memiliki tanggungjawab moral seperti yang dilakukan media Inggris terhadap kejadian di sepakbola, misalnya gigitan Luis Suarez. Uruguay hanya melihat sanksi untuk Suarez merugikan mereka, tanpa melihat dari perspektif lain misalnya perilaku pemain.
Faktanya, bukan hanya media Inggris yang mengatakan hukuman untuk Luis Suarez tersebut pantas dijatuhkan. Sejumlah eks pemain Liverpool juga tidak senang dengan perbuatan top scorer Liga Inggris musim 2013-2014 tersebut karena dianggap sudah kelewat batas dan tidak pernah jera.
Mantan kapten Liverpool Jamie Charrager bahkan yakin dan menyarankan Liverpool menjual Suarez. Barcelona adalah tim yang berada di urutan paling depan demi mendapatkan tanda tangannya. Legenda Liverpool John Barnes juga menyatakan hukuman itu sudah selayaknya.
“Ini hukuman yang saya harapkan. Tidak ada yang bisa dilakukan FIFA kecuali menegakkan aturan. Saya tidak tahu pasti apakah Liverpool akan menjualnya ke Barcelona atau mempertahankan dia sambil menunggu sampai masa skorsingnya selesai,” ucap Barnes yang sukses di era 1980-an.
Dua mantan bek Inggris Mark Lawrenson dan Alan Hansen juga memiliki jawaban seragam. Keduanya menilai hukuman tersebut sangat objektif jika melihat dua aksi gigitan Suarez sebelumnya. “Saya rasa hukuman itu sangat adil. Tapi pertanyaannya, apakah dia akan melakukannya lagi?” sebut Alan Hansen.
“Ini sebuah kasus yang terjadi berulang-ulang. Saya rasa owner Liverpool John henry akan cuci tangan dan mencari celah agar mendapatkan kesepakatan yang bagus untuk Luis Suarez. Suarez sudah membuat citra yang buruk untuk klub maupun negaranya,” demikian menurut Mark Lawrenson.
Di Uruguay sendiri reaksinya sangat seragam, yakni membela Suarez dan menilai hukuman yang diberi FIFA tidak adil. Menteri Olahraga Uruguay Liliam Kechichian mengatakan skorsing itu tidak proporsional dan sangat menyakiti masyarakat Uruguay. Bahkan salah satu pesepakbola senior yang sukses bersama klub Penarol Robert Lima, menganjurkan Uruguay menarik diri dari Piala Dunia.
Kapten Uruguay Diego Lugano menuding media Inggris sebagai biang dari semakin tajamnya kasus gigitan Suarez. Tapi bagaimana pun media Inggris telah mencatat dengan rapi bagaimana perilaku Suarez selama berkostum Liverpool, terutama aksi rasis kepada Patrice Evra dan gigitan ke tangan Branislav Ivanovic.
Harian The Telegraph menyebut upaya pembelaan yang dilakukan Uruguay hanyalah sia-sia. “Hal terbaik adalah tidak membela apa yang tidak pantas dibela, jika ingin mempertahankan kredibilitas,” demikian tulis harian The Telegraph. Sebuah jawaban untuk Lugano dan Asosiasi Sepakbola Uruguay yang berapi-api membela Suarez.
The Telegraph juga menyebut Suarez sebagai 'sampah masyarakat', berbanding terbalik dengan pihak Uruguay yang menyebutnya pahlawan. Sejumlah media Inggris lain menilai pembelaan dari kubu Uruguay hanyalah formalitas, walau mereka tahu benar apa yang dilakukan Suarez dan sudah terjadi untuk ketiga kalinya.
Sejumlah kolumnis menyatakan media Uruguay tidak memiliki tanggungjawab moral seperti yang dilakukan media Inggris terhadap kejadian di sepakbola, misalnya gigitan Luis Suarez. Uruguay hanya melihat sanksi untuk Suarez merugikan mereka, tanpa melihat dari perspektif lain misalnya perilaku pemain.
Faktanya, bukan hanya media Inggris yang mengatakan hukuman untuk Luis Suarez tersebut pantas dijatuhkan. Sejumlah eks pemain Liverpool juga tidak senang dengan perbuatan top scorer Liga Inggris musim 2013-2014 tersebut karena dianggap sudah kelewat batas dan tidak pernah jera.
Mantan kapten Liverpool Jamie Charrager bahkan yakin dan menyarankan Liverpool menjual Suarez. Barcelona adalah tim yang berada di urutan paling depan demi mendapatkan tanda tangannya. Legenda Liverpool John Barnes juga menyatakan hukuman itu sudah selayaknya.
“Ini hukuman yang saya harapkan. Tidak ada yang bisa dilakukan FIFA kecuali menegakkan aturan. Saya tidak tahu pasti apakah Liverpool akan menjualnya ke Barcelona atau mempertahankan dia sambil menunggu sampai masa skorsingnya selesai,” ucap Barnes yang sukses di era 1980-an.
Dua mantan bek Inggris Mark Lawrenson dan Alan Hansen juga memiliki jawaban seragam. Keduanya menilai hukuman tersebut sangat objektif jika melihat dua aksi gigitan Suarez sebelumnya. “Saya rasa hukuman itu sangat adil. Tapi pertanyaannya, apakah dia akan melakukannya lagi?” sebut Alan Hansen.
“Ini sebuah kasus yang terjadi berulang-ulang. Saya rasa owner Liverpool John henry akan cuci tangan dan mencari celah agar mendapatkan kesepakatan yang bagus untuk Luis Suarez. Suarez sudah membuat citra yang buruk untuk klub maupun negaranya,” demikian menurut Mark Lawrenson.
Di Uruguay sendiri reaksinya sangat seragam, yakni membela Suarez dan menilai hukuman yang diberi FIFA tidak adil. Menteri Olahraga Uruguay Liliam Kechichian mengatakan skorsing itu tidak proporsional dan sangat menyakiti masyarakat Uruguay. Bahkan salah satu pesepakbola senior yang sukses bersama klub Penarol Robert Lima, menganjurkan Uruguay menarik diri dari Piala Dunia.
(akr)