Bukti Si Raja Turnamen
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Jerman melakukannya lagi. Untuk keempat kalinya dalam Piala Dunia terakhir, Der Panzer tidak pernah absen di babak semifinal. Gol tunggal Mats Hummels ke gawang Prancis di menit 13' sudah cukup untuk menebus tiket menghadapi tuan rumah Brasil di fase berikutnya.
Mental dan sepak terjang Jerman di Piala Dunia mungkin menguntungkan para petaruh. Sepertinya terlalu mudah diprediksi bahwa tim ini tidak pernah pulang terlalu cepat. Catatan dalam tiga dekade terakhir, Jerman hanya terpeleset di Piala Dunia 1994 dan 1994 ketika maksimal hanya sampai perempatfinal.
Sebelum dan sesudah dua hajatan itu, Jerman adalah Raja Turnamen. Masuk final pada 1982 dan 1986, kemudian juara pada 1990. Jerman kembali ke posisi terbaiknya pada Piala Dunia 2002 ketika menembus final, berlanjut pada 2006, 2010 dan 2014 yang selalu menembus babak empat besar.
Jangan lupa bahwa Jerman dalam tiga edisi terakhir tak pernah turun dari peringkat tiga. Pada edisi 2002 berada di urutan kedua setelah dikalahkan Brasil di final, sedangkan pada 2006 dan 2010 merebut juara ketiga. Jerman seakan bermain dengan tim yang sama dari zaman ke zaman dan seperti tidak pernah mengalami perubahan.
Pergantian generasi pemain, perubahan posisi pelatih, perubahan tipe permainan, tak berpengaruh pada karakter dan mental Der Panzer. Jerman tetap menjadi tim kuat walau sempat memiliki generasi kurang bagus pada 2006, kemudian berisikan pemain miskin pengalaman pada 2010.
“Tim ini telah mengalami banyak pergantian sejak 2006 dan kami membuktikan tidak harus bermain dengan tim yang sama untuk tetap stabil. Kami memiliki materi pemain yang ekselen, memenangi 28 dari 31 pertandingan, serta perilaku tim yang positif. Saya rasa itu sudah cukup menjadi membuat kami berada di sini (semifinal),” tutur Joachim Low.
Performa anak asuh Low menghadapi Prancis sebenarnya tidak impresif, juga tidak mengesankan. Tapi sangat efektif. Sang pelatih kembali ke pola sederhana, menggeser Philip Lahm ke posisi naturalnya sebagai bek kanan, serta tak lagi memaksakan 'false nine' dengan memasang pemain veteran Miroslav Klose.
Ketika dua centre back, Mats Hummels dan Jerome Boateng bermain apik, plus performa sempurna kiper Manuel Neuer, maka Prancis dalam masalah besar. Dua peluang besar yang dibuang oleh pemain pengganti Andre Schurrle tampaknya tak lagi disesalkan karena satu gol sudah cukup bagi Jerman.
“Sekarang fokus ke semifinal. Kami menghadapi tuan rumah dan tentu akan lebih sulit. Minimal kami harus meningkatkan level permainan dan melihat bagaimana Brasil bakal bermain,” tandas Low. Jerman sedikit diuntungkan karena Brasil tanpa dua bintangnya, centre back Thiago Silva terkena akumulasi kartu kuning dan Neymar cedera.
Sementara, kapten tim Jerman Philip Lahm tidak mempersoalkan timnya yang bermain lamban, krang menggigit, serta belum konsisten. Di babak kedua, tensi Der Panzer mulai menurun dan terus ditekan oleh Prancis. Padahal di babak pertama Jerman lebih dominan yang rutin melakukan tekanan.
“Tidak ada yang perlu dirisaukan (soal taktik Jerman). Cuaca saat pertandingan sangat panas dan Jerman memainkan strategi dengan baik. Kami memastikan semua elemen tim bekerja dengan baik, karena Prancis tim yang bagus dengan taktik yang sulit dikalahkan,” sebut Lahm.
Rating Pemain (versi Daily Mail):
Prancis:
Lloris - 6, Debuchy - 6, Varane - 5, Sakho - 6 (Koscielny, - 6), Evra - 6, Valbuena - 6 (Giroud - 5), Pogba - 6.5, Cabaye - 6 (Remy - 5), Matuidi - 5.5, Griezmann - 5.5, Benzema - 6.
Jerman:
Neuer - 7.5, Lahm - 7, Hummels - 8, Boateng - 7, Howedes - 6.5, Ozil – 6.5 (Gotze - 6), Kroos - 6.5 (Kramer), Schweinsteiger - 7.5, Khedira - 6, Muller - 6.5, Klose - 6 (Schurrle - 6).
Mental dan sepak terjang Jerman di Piala Dunia mungkin menguntungkan para petaruh. Sepertinya terlalu mudah diprediksi bahwa tim ini tidak pernah pulang terlalu cepat. Catatan dalam tiga dekade terakhir, Jerman hanya terpeleset di Piala Dunia 1994 dan 1994 ketika maksimal hanya sampai perempatfinal.
Sebelum dan sesudah dua hajatan itu, Jerman adalah Raja Turnamen. Masuk final pada 1982 dan 1986, kemudian juara pada 1990. Jerman kembali ke posisi terbaiknya pada Piala Dunia 2002 ketika menembus final, berlanjut pada 2006, 2010 dan 2014 yang selalu menembus babak empat besar.
Jangan lupa bahwa Jerman dalam tiga edisi terakhir tak pernah turun dari peringkat tiga. Pada edisi 2002 berada di urutan kedua setelah dikalahkan Brasil di final, sedangkan pada 2006 dan 2010 merebut juara ketiga. Jerman seakan bermain dengan tim yang sama dari zaman ke zaman dan seperti tidak pernah mengalami perubahan.
Pergantian generasi pemain, perubahan posisi pelatih, perubahan tipe permainan, tak berpengaruh pada karakter dan mental Der Panzer. Jerman tetap menjadi tim kuat walau sempat memiliki generasi kurang bagus pada 2006, kemudian berisikan pemain miskin pengalaman pada 2010.
“Tim ini telah mengalami banyak pergantian sejak 2006 dan kami membuktikan tidak harus bermain dengan tim yang sama untuk tetap stabil. Kami memiliki materi pemain yang ekselen, memenangi 28 dari 31 pertandingan, serta perilaku tim yang positif. Saya rasa itu sudah cukup menjadi membuat kami berada di sini (semifinal),” tutur Joachim Low.
Performa anak asuh Low menghadapi Prancis sebenarnya tidak impresif, juga tidak mengesankan. Tapi sangat efektif. Sang pelatih kembali ke pola sederhana, menggeser Philip Lahm ke posisi naturalnya sebagai bek kanan, serta tak lagi memaksakan 'false nine' dengan memasang pemain veteran Miroslav Klose.
Ketika dua centre back, Mats Hummels dan Jerome Boateng bermain apik, plus performa sempurna kiper Manuel Neuer, maka Prancis dalam masalah besar. Dua peluang besar yang dibuang oleh pemain pengganti Andre Schurrle tampaknya tak lagi disesalkan karena satu gol sudah cukup bagi Jerman.
“Sekarang fokus ke semifinal. Kami menghadapi tuan rumah dan tentu akan lebih sulit. Minimal kami harus meningkatkan level permainan dan melihat bagaimana Brasil bakal bermain,” tandas Low. Jerman sedikit diuntungkan karena Brasil tanpa dua bintangnya, centre back Thiago Silva terkena akumulasi kartu kuning dan Neymar cedera.
Sementara, kapten tim Jerman Philip Lahm tidak mempersoalkan timnya yang bermain lamban, krang menggigit, serta belum konsisten. Di babak kedua, tensi Der Panzer mulai menurun dan terus ditekan oleh Prancis. Padahal di babak pertama Jerman lebih dominan yang rutin melakukan tekanan.
“Tidak ada yang perlu dirisaukan (soal taktik Jerman). Cuaca saat pertandingan sangat panas dan Jerman memainkan strategi dengan baik. Kami memastikan semua elemen tim bekerja dengan baik, karena Prancis tim yang bagus dengan taktik yang sulit dikalahkan,” sebut Lahm.
Rating Pemain (versi Daily Mail):
Prancis:
Lloris - 6, Debuchy - 6, Varane - 5, Sakho - 6 (Koscielny, - 6), Evra - 6, Valbuena - 6 (Giroud - 5), Pogba - 6.5, Cabaye - 6 (Remy - 5), Matuidi - 5.5, Griezmann - 5.5, Benzema - 6.
Jerman:
Neuer - 7.5, Lahm - 7, Hummels - 8, Boateng - 7, Howedes - 6.5, Ozil – 6.5 (Gotze - 6), Kroos - 6.5 (Kramer), Schweinsteiger - 7.5, Khedira - 6, Muller - 6.5, Klose - 6 (Schurrle - 6).
(wbs)