Buah Komitmen Jerman

Jum'at, 11 Juli 2014 - 09:34 WIB
Buah Komitmen Jerman
Buah Komitmen Jerman
A A A
RIO DE JANEIRO - Brasil dipermalukan Jerman di semifinal menjadi tragedi terbesar di Piala Dunia. Tidak banyak yang menyadari, Jerman pernah merasakan pengalaman pahit seperti yang dirasakan Brasil. Tepatnya ketika Jerman gagal lolos dari fase grup Piala Eropa 2000. Berawal dari situlah, kemenangan di Brasil sebenarnya bukan sebuah kebetulan.

Kegagalan pada 2000 itu dianggap aib yang sangat memalukan, hingga asosiasi sepakbola Jerman (DFB) membuat program sistemik dalam pembinaan pesepakbola di negara tersebut. Jerman menerapkan program latihan standar bagi anak-anak usia 6 tahun di setiap kota dan dipandu langsung oleh pelatih yang mendapat lisensi dari DFB.

Tidak hanya pelatih berlisensi, di sana juga terlibat pencari bakat (scout) profesional untuk memilih pemain yang mempunyai potensi menjadi sepakbola profesional. Tidak itu saja, program lain juga dijalankan melalui level klub. Selama medio 2002-2010, klub profesional di Jerman rata-rata menghabiskan 80 juta Euro per tahun untuk akademi.

Pemain-pemain berbakat dididik khusus untuk dipersiapkan menjadi pemain level atas. Program ini menuai hasil, sebut saja Andre Schurrle, Mario Gotze, Marco Reus, Mesut Ozil, Mats Hummels, Tony Kroos, Julian Draxler, Thomas Mueller, dan banyak pemain lagi yang bahkan masih di bawah 25 tahun.

Ketika generasi ini sedang menatap masa emas mereka, dalam beberapa tahun ke depan Jerman sudah akan menuai proyek anak-anak berusia 6 tahun tadi. Setelah dijalankan selama 14 tahun, diprediksi mulai Piala Dunia 2018 nanti semakin banyak bakat-bakat muda cermerlang asal Jerman.

Jerman memang tidak dikaruniai pemain seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Tapi komitmen dalam merencanakan pemain masa depan atau regenerasi yang mereka jalankan, memberikan lebih banyak pemain dengan kemampuan merata. Dan di Brasil adalah bukti keberhasilan program mereka selama ini.

Dunia mungkin terkesima dengan Belgia yang datang ke Brasil dengan 'Golden Generation'-nya dengan program yang nyaris sama dengan Jerman. Namun Der Panzer membuktikan lebih berhasil dalam melakukan pembinaan pemain muda, tentunya jika diukur dari prestasi tim nasional.

“Kami diprogram untuk untuk membangun generasi baru. Anak-anak di Jerman berusia 6 hingga 19 tahun tetap belajar normal di sekolah, tapi kami juga memberikan pelajaran soal filosopi sepak bola,” tutur Dirk Dufner, Sporting Director Hannover 96. Eks pemain tim nasional Jerman Dietmar Hamann menyatakan hal serupa.

“Pemain-pemain muda di Jerman dididik untuk tidak arogan, memiliki emosi yang proporsional, serta menanamkan kepada mereka bahwa kerjasama tim adalah jalan terbaik meraih sukses. Dengan apa yang ditunjukkan saat mengalahkan Brasil, saya sangat yakin Jerman bisa menjadi juara dunia,” sebut Dietmar Hamann.

Konfidensi tinggi juga diluapkan Manajer Tim Jerman Oliver Bierhoff. Dia yakin kepribadian pemain selama Piala Dunia 2014 akan memberikan sukses besar bagi Die Mannschaft di Brasil. “Para pemain memperlihatkan perilaku yang sangat positif selama di Brasil,” sebut Bierhoff.

“Saat mengalahkan Brasil, terutama gol pertama melalui Thomas Mueller, pemain tak merayakan secara berlebihan karena ingin tetap fokus. Mereka menjadi tim yang terorganisir dengan baik serta mesin yang sangat efektif. Kali ini mereka datang ke sini untuk menyelesaikan misinya (meraih juara),” lanjut eks striker dengan sundulan maut ini.

Jerman menjadi pihak yang dijagokan bisa mengalahkan Argentina di partai puncak nanti. Tak hanya berdasar kemenangan besar atas Brasil, tapi juga karena Jerman menunjukkan progres yang meyakinkan di semifinal lalu. Sementara Argentina tetap dengan statusnya sebagai tim yang kesulitan mencetak gol.

Jika Jerman melenggang sebagai juara, maka Der Panzer bakal memanen apa yang mereka tanam selama ini. Sukses yang benar-benar direncanakan secara detil, terstruktur dengan baik, dan tentunya komitmen dan keyakinan bahwa upaya keras mereka pasti mendatangkan hasil.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1484 seconds (0.1#10.140)