Bintang Jatuh di Brazil
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Bagi sebagian pemain, Piala Dunia 2014 menjadi momen yang harus secepatnya dilupakan. Berangkat dengan harapan bisa mendapatkan sesuatu, ternyata pulang membawa penyesalan. Pemain dengan level biasa mungkin tidak merasakan hal yang demikian.
Tapi bagi pemain yang berada di level atas, jelas turnamen seperti ini bisa menjadi siksaan batin tersendiri. Memiliki rekor memukau bersama klub, nyatanya tidak memberikan pengaruh sama sekali di level tim nasional. Cristiano Ronaldo bisa dijadikan contoh kasus ini.
Peraih Ballon D'Or asal Portugal ini melanjutkan kutukan bahwa peraih gelar pesepakbola terbaik dunia tak pernah sukses di Piala Dunia berikutnya. Mengawali turnamen dengan kekalahan empat gol, sulit bagi seorang Ronaldo mengangkat timnya ketika di sekelilingnya hanya ada pemain-pemain medioker.
Dia tidak seperti Neymar dan Lionel Messi yang masih dikelilingi pemain dengan kemampuan mumpuni. 'Bintang yang terlahir di tempat yang salah' mungkin menjadi sebutan yang cocok buat dia. Dia hanya meraih kegemilangan individual bersama klub, tanpa pernah memiliki prestasi membanggakan bersama tim nasional.
Ronaldo mungkin tidak pernah mengangkat trofi bersama negaranya sepanjang sejarah, seperti yang dialami Steven Gerrard. Gelandang Liverpool ini hanya besar di nama. Seantero dunia menyebut Gerrard sebagai salah satu gelandang terbaik, tapi itu tak pernah dibuktikan di level tertinggi.
Sialnya, penampilan di Brasil mungkin menjadi terakhir kalinya bagi Gerrard di Piala Dunia karena sudah uzur. Begitu pula dengan striker Brasil Hulk yang memiliki nama asli Givanildo Vieira de Sousa. Dengan permainan seperti itu, mungkin dia tak akan dibawa ke Piala Dunia di Rusia 2018.
Dunia mencemooh striker Brasil lain yakni Fred, tapi Hulk lebih parah karena tak mampu mencetak satu gol pun. Penyelesaian peluangnya jauh lebih rendah dibanding jumlah protesnya kepada wasit. David Luiz juga masuk kategori 'Bintang Jatuh' setelah gagal membawa timnya melaju ke final.
Pemain lain yang masuk kategori ini antara lain Iker Casillas dan seluruh pemain Spanyol, Pepe (Portugal), Eden Hazard (Belgia), hingga Alex Song (Kamerun). Setelah performa di Brasil, sangat sulit bagi pemain yang sudah senior untuk mengulanginya empat tahun mendatang.*
Mereka Yang Gagal Total di Piala Dunia 2014
Luis Suarez (Uruguay)
Inilah pemain bintang yang memiliki level kecerdasan sekaligus kebodohan yang sangat berimbang. Cerdas dalam mengonversi peluang menjadi gol menempatkan striker Uruguay ini sebagai salah satu penyerang terbaik dunia. Bersama Liverpool dia menjadi top scorer Liga Inggris musim lalu. Tapi kebodohannya juga menjadi-jadi untuk urusan profesionalisme. Gigitan yang dialamatkan ke bahu Giorgio Chiellini menamatkan perjalanannya di Piala Dunia dan bahkan mungkin mengakhiri karirnya di Anfield. Kegagalan paling memalukan di Piala Dunia.
Cristiano Ronaldo (Portugal)
Datang ke Amerika Selatan sebagai pemain terbaik dunia tak membuat Portugal mendapat berkah dari Ronaldo. Tampaknya pemain Real Madrid ini harus menyadari bahwa tim nasional bukanlah tempat yang ideal untuk menimba prestasi. Dikelilingi elemen tim yang sangat biasa, pada akhirnya menjadikan kualitas Ronaldo ikut-ikutan menjadi sangat biasa. Ini bukan mutlak kegagalan individu, tapi elemen tim juga sangat menentukan.
Steven Gerrard (Inggris)
Akhir perjalanan Steven Gerrard di Piala Dunia. Dan dia tidak mendapatkan apa-apa. Dengan usia 34 tahun, hampir mustahil dia masih tercantum dalam tim Inggris di Piala Dunia 2018 nanti. Sebenarnya momentum terbaik untuk meraih prestasi membanggakan adalah di Brasil. Tapi sayang, senioritas dan pengaruh yang sukses diberikannya untuk Liverpool tak berlaku di level tim nasional. Gerrard hanya sebatas bintang yang numpang lewat di turnamen sekelas Piala Dunia.
David Luiz & Hulk (Brasil)
David Luiz dan Hulk mewakili benar bagaimana kualitas tim Brasil selama Piala Dunia. Hulk ompong di lini depan, David Luiz labil di lini pertahanan. Dua kali kekalahan beruntung dengan skor besar, kontra Jerman dan Belanda, bisa memberi efek masa depan yang buruk kepada dua pemain tersebut. Hulk tampaknya tak akan lagi dipercaya di tim Samba, walau David Luiz masih mungkin diberi kesempatan.
Mario Balotelli (Italia)
Saat tim sedang krisis penyerang, Balotelli sejatinya menjadi harapan Italia untuk lebih baik dibanding Piala Dunia 2010 silam. Sayang striker keras kepala ini tak mampu mengulang performa terbaiknya. Hanya menciptakan satu gol, tak cukup membawa Italia lolos dari fase grup dan tersingkir oleh tim sekelas Kosta Rika.
Iker Casillas dan semua pemain Spanyol.
Tim dengan gugusan bintang ini ambruk secara bersamaan. Dituding telah kehilangan motivasi, juara bertahan yang memiliki pemain sekelas Iker Casillas, Gerard Pique, David Silva, Andres Iniesta, hingga striker yang masih hangat sekelas Diego Costa, terjun bebas dalam kegagalan yang sangat memalukan. Datang sebagai favorit juara, dalam sekejap Spanyol bukan siapa-siapa. Ini bencana terbesar sepanjang Piala Dunia 2014
Tapi bagi pemain yang berada di level atas, jelas turnamen seperti ini bisa menjadi siksaan batin tersendiri. Memiliki rekor memukau bersama klub, nyatanya tidak memberikan pengaruh sama sekali di level tim nasional. Cristiano Ronaldo bisa dijadikan contoh kasus ini.
Peraih Ballon D'Or asal Portugal ini melanjutkan kutukan bahwa peraih gelar pesepakbola terbaik dunia tak pernah sukses di Piala Dunia berikutnya. Mengawali turnamen dengan kekalahan empat gol, sulit bagi seorang Ronaldo mengangkat timnya ketika di sekelilingnya hanya ada pemain-pemain medioker.
Dia tidak seperti Neymar dan Lionel Messi yang masih dikelilingi pemain dengan kemampuan mumpuni. 'Bintang yang terlahir di tempat yang salah' mungkin menjadi sebutan yang cocok buat dia. Dia hanya meraih kegemilangan individual bersama klub, tanpa pernah memiliki prestasi membanggakan bersama tim nasional.
Ronaldo mungkin tidak pernah mengangkat trofi bersama negaranya sepanjang sejarah, seperti yang dialami Steven Gerrard. Gelandang Liverpool ini hanya besar di nama. Seantero dunia menyebut Gerrard sebagai salah satu gelandang terbaik, tapi itu tak pernah dibuktikan di level tertinggi.
Sialnya, penampilan di Brasil mungkin menjadi terakhir kalinya bagi Gerrard di Piala Dunia karena sudah uzur. Begitu pula dengan striker Brasil Hulk yang memiliki nama asli Givanildo Vieira de Sousa. Dengan permainan seperti itu, mungkin dia tak akan dibawa ke Piala Dunia di Rusia 2018.
Dunia mencemooh striker Brasil lain yakni Fred, tapi Hulk lebih parah karena tak mampu mencetak satu gol pun. Penyelesaian peluangnya jauh lebih rendah dibanding jumlah protesnya kepada wasit. David Luiz juga masuk kategori 'Bintang Jatuh' setelah gagal membawa timnya melaju ke final.
Pemain lain yang masuk kategori ini antara lain Iker Casillas dan seluruh pemain Spanyol, Pepe (Portugal), Eden Hazard (Belgia), hingga Alex Song (Kamerun). Setelah performa di Brasil, sangat sulit bagi pemain yang sudah senior untuk mengulanginya empat tahun mendatang.*
Mereka Yang Gagal Total di Piala Dunia 2014
Luis Suarez (Uruguay)
Inilah pemain bintang yang memiliki level kecerdasan sekaligus kebodohan yang sangat berimbang. Cerdas dalam mengonversi peluang menjadi gol menempatkan striker Uruguay ini sebagai salah satu penyerang terbaik dunia. Bersama Liverpool dia menjadi top scorer Liga Inggris musim lalu. Tapi kebodohannya juga menjadi-jadi untuk urusan profesionalisme. Gigitan yang dialamatkan ke bahu Giorgio Chiellini menamatkan perjalanannya di Piala Dunia dan bahkan mungkin mengakhiri karirnya di Anfield. Kegagalan paling memalukan di Piala Dunia.
Cristiano Ronaldo (Portugal)
Datang ke Amerika Selatan sebagai pemain terbaik dunia tak membuat Portugal mendapat berkah dari Ronaldo. Tampaknya pemain Real Madrid ini harus menyadari bahwa tim nasional bukanlah tempat yang ideal untuk menimba prestasi. Dikelilingi elemen tim yang sangat biasa, pada akhirnya menjadikan kualitas Ronaldo ikut-ikutan menjadi sangat biasa. Ini bukan mutlak kegagalan individu, tapi elemen tim juga sangat menentukan.
Steven Gerrard (Inggris)
Akhir perjalanan Steven Gerrard di Piala Dunia. Dan dia tidak mendapatkan apa-apa. Dengan usia 34 tahun, hampir mustahil dia masih tercantum dalam tim Inggris di Piala Dunia 2018 nanti. Sebenarnya momentum terbaik untuk meraih prestasi membanggakan adalah di Brasil. Tapi sayang, senioritas dan pengaruh yang sukses diberikannya untuk Liverpool tak berlaku di level tim nasional. Gerrard hanya sebatas bintang yang numpang lewat di turnamen sekelas Piala Dunia.
David Luiz & Hulk (Brasil)
David Luiz dan Hulk mewakili benar bagaimana kualitas tim Brasil selama Piala Dunia. Hulk ompong di lini depan, David Luiz labil di lini pertahanan. Dua kali kekalahan beruntung dengan skor besar, kontra Jerman dan Belanda, bisa memberi efek masa depan yang buruk kepada dua pemain tersebut. Hulk tampaknya tak akan lagi dipercaya di tim Samba, walau David Luiz masih mungkin diberi kesempatan.
Mario Balotelli (Italia)
Saat tim sedang krisis penyerang, Balotelli sejatinya menjadi harapan Italia untuk lebih baik dibanding Piala Dunia 2010 silam. Sayang striker keras kepala ini tak mampu mengulang performa terbaiknya. Hanya menciptakan satu gol, tak cukup membawa Italia lolos dari fase grup dan tersingkir oleh tim sekelas Kosta Rika.
Iker Casillas dan semua pemain Spanyol.
Tim dengan gugusan bintang ini ambruk secara bersamaan. Dituding telah kehilangan motivasi, juara bertahan yang memiliki pemain sekelas Iker Casillas, Gerard Pique, David Silva, Andres Iniesta, hingga striker yang masih hangat sekelas Diego Costa, terjun bebas dalam kegagalan yang sangat memalukan. Datang sebagai favorit juara, dalam sekejap Spanyol bukan siapa-siapa. Ini bencana terbesar sepanjang Piala Dunia 2014
(aww)