Soal Penjualan Tiket, Bundesliga Ogah Tiru Liga Inggris
A
A
A
MUENCHEN - Ide untuk meniru sistem tiket yang berlaku di Liga Premier Inggris ke Bundesliga Jerman ditolak keras oleh direktur Bundesliga, Christian Seifert. Menurutnya, hal itu justru akan membuat kompetisi sepak bola tertinggi di Jerman itu bergejolak.
Seperti diketahui, Liga Premier Inggris membolehkan setiap tim perserta untuk mematok harga tiket sendiri. Sistem itu membuat klub mematok harga tinggi untuk para fan yang ingin menyaksikkan pertandingan langsung di stadion. Alhasil, tak jarang para fan berdemo soal mahalnya harga tiket yang harus mereka bayar.
Dikutip dari Guardian, Jumat (15/8). Seifert mengungkapkan, Bundesliga memiliki filosofi berbeda terkait hubungan fans dengan klub. Menurutnya, setiap tim Bundesliga ingin para fan mereka dari berbagai kalangan dapat menyaksikan langsung pertandingan di stadion.
"Mereka ingin semua memiliki kesempatan. Akan sangat mudah bagi mereka menaikan tiket dan menghasilkan banyak uang dari fans. Tetapi klub tidak ingin memilih demikian," kata Seifert.
"Dari pandangan ekonomi murni, Anda dapat mengatakan itu sebuah kesalahan. Tetapi, dari perspektif holistik, saya akan katakan itu adalah pendekatan yang bagus," sambungnya.
Dibanding dengan Liga Premier Inggris, pendapatan klub Bundesliga dari sektor tiket memang kalah. Ambil contoh Bayern Muenchen yang meraih 30 sampai 40 juta euro atau sekitar Rp 624 miliar lebih sedikit dari Manchester United setiap tahunnya.
Namun demikian, dari sektor jumlah penonton di stadion, Bundesliga mencetak rata-rata 43.500 penonton setiap tahunnya. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dari seluruh liga di dunia dan lebih 9000 dari yang dicatat Liga Premier Inggris.
Seperti diketahui, Liga Premier Inggris membolehkan setiap tim perserta untuk mematok harga tiket sendiri. Sistem itu membuat klub mematok harga tinggi untuk para fan yang ingin menyaksikkan pertandingan langsung di stadion. Alhasil, tak jarang para fan berdemo soal mahalnya harga tiket yang harus mereka bayar.
Dikutip dari Guardian, Jumat (15/8). Seifert mengungkapkan, Bundesliga memiliki filosofi berbeda terkait hubungan fans dengan klub. Menurutnya, setiap tim Bundesliga ingin para fan mereka dari berbagai kalangan dapat menyaksikan langsung pertandingan di stadion.
"Mereka ingin semua memiliki kesempatan. Akan sangat mudah bagi mereka menaikan tiket dan menghasilkan banyak uang dari fans. Tetapi klub tidak ingin memilih demikian," kata Seifert.
"Dari pandangan ekonomi murni, Anda dapat mengatakan itu sebuah kesalahan. Tetapi, dari perspektif holistik, saya akan katakan itu adalah pendekatan yang bagus," sambungnya.
Dibanding dengan Liga Premier Inggris, pendapatan klub Bundesliga dari sektor tiket memang kalah. Ambil contoh Bayern Muenchen yang meraih 30 sampai 40 juta euro atau sekitar Rp 624 miliar lebih sedikit dari Manchester United setiap tahunnya.
Namun demikian, dari sektor jumlah penonton di stadion, Bundesliga mencetak rata-rata 43.500 penonton setiap tahunnya. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dari seluruh liga di dunia dan lebih 9000 dari yang dicatat Liga Premier Inggris.
(dka)