Kolam Dihancurkan, Hazboun Tinggalkan Palestina

Kamis, 25 September 2014 - 16:43 WIB
Kolam Dihancurkan, Hazboun...
Kolam Dihancurkan, Hazboun Tinggalkan Palestina
A A A
INCHEON - Perenang putri Palestina Sabine Hazboun harus berjuang sendiri untuk menuai prestasi di kolam renang. Untuk bisa berlaga di Asian Games 2014, Incheon, Korsel, perenang 20 tahun itu harus meninggalkan negaranya setelah semua fasilitas kolam tempatnya berlatih hancur luluh lantak akibat serangan zionis Israel.

Barcelona, Spanyol dipilih Hazboun untuk berlatih. Sudah tiga tahun perenang berparas cantik itu menetap sekaligus berlatih dan menuntut ilmu.

Tampil di Asian Games menjadi kebanggaan Hazboun. Ia merasa senang bisa kembali berkumpul dengan rekan-rekannya sesama atlet.

"Saya senang akhirnya bisa kembali dengan rekan-rekan dari Palestina. Perasaan saya ingin selalu menjadi bagian dari tim dan saya berharap mereka menghargai dengan apa yang saya lakukan. Di Barcelona saya seorang diri. Saya kesepian dan di sini saya akhirnya bisa kembali menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan. Saya bisa tertawa dengan mereka," ungkap Hazboun dilansir channelasia, Kamis (25/9).

Perenang ini sempat menjadi buah bibir setelah tampil di Olimpiade London 2012 silam. Ia turun di nomor 50 meter gaya bebas dan berhasil menorehkan catatan terbaik pribadinya dengan 28.28 detik. Ia pun berada di posisi 51 dari 74 perenang.

Soal kepergiannya ke Barcelona, perenang kelahiran 11 Juni 1994 itu menuturkan, selain dihancurkan oleh Israel, kolam yang tersisa pun tidak bisa membuatnya berlatih dengan baik. Kolam hanya berjarak 18 meter dan sangat tidak memungkinkan untuk berlatih.

"Buruk sekali untuk berlatih. Bagaimana saya bisa berlatih untuk 100 meter. Dibutuhkan banyak perbaikan. Kolam itu masih sering didatangi orang dan saya pun hanya dua kali dalam sepekan. Orang normal mungkin ingin berenang di sana, tapi tidak untuk profesional," ucapnya.

Beruntung ia berada Bethlehem dimana suasananya tidak mencekam dibandingkan di Gaza. Di wilayah yang selama 50 hari digempur Israel, menurutnya, sudah tidak ada fasilitas kolam renang. Banyak orang di sana yang akhirnya berenang di laut."

Hazboun meninggalkan Bethlehem pada Oktober 2011 silam. Ia berangkat ke Barcelona melalui program olahraga internasional. Jadi selain berlatih, ia pun belajar sebagai penerjemah.

"Ini sangat sulit berada jauh dari Palestina dan keluarga. Saya rindu segalanya. Saya tidak punya kehidupan sosial di Barcelona, hanya berlatih dan berlatih. Semua teman-teman universitas selalu berpesta Kamis dan Jumat. Tapi saya tidak pernah bisa keluar. Saya tidak mengeluh karena akhirnya saya mendapatkan hasil," paparnya.

Lama di negeri orang membuatnya sekarang pandai berbahasa Spanyol dan Inggris. Ia mengungkapkan kadang didera kejenuhan karena dibebani target untuk berprestasi. "Kadang-kadang saya bosan memiliki banyak tanggung jawab, untuk negara dan tekanan dari dalam diri sendiri serta dari mana-mana," katanya.

Palestina sudah manargetkan Hazboun untuk berlaga di Olimpiade Rio 2016 mendatang. Ini merupakan dilema buatnya. Jika ingin berprestasi berarti ia harus kembali meninggalkan rumah dan keluarga untuk terus berlatih.

"Saya menggunakan olahraga renang sebagai pelarian dari kenyataan hidup tapi ternyata saya dihadapkan pada kenyataan yang lain. Sebab, saya tidak mempunyai fasilitas. Saya terjebak tapi saya senang," pungkasnya.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)