PBSI Buat Terobosan Baru
A
A
A
JAKARTA - PP PBSI memang makin giat membina pebulutangkis-pebulutangkis terbaik negeri ini demi terpenuhinya prestasi. Salah satunya dengan menata sebuah acuan dan parameter fisik kepada para atlet pelatnas.
Untuk itu, PP PBSI telah menetapkan pembobotan kriteria atlet pelatnas yang dibagi menjadi lima komponen berupa Endurance (ketahanan), Strength and Conditioning (kekuatan), Speed (kecepatan), Flexibility (fleksibilitas) serta Coordination (koordinasi).
“Atlet pelatnas harus dipersiapkan fisiknya jelang mengikuti turnamen. Fisik atlet harus tahan untuk mengikuti dua atau tiga turnamen berturut-turut, harus bisa konsisten. Misalnya setelah mengikuti All England, atlet harus siap fisiknya untuk langsung bertanding di Swiss Open. PBSI harus punya parameter seperti ini,” kata Basri Yusuf, Kepala Bidang Pengembangan PP PBSI.
“Dengan adanya parameter fisik ini, PBSI telah menciptakan sistem dan standard yang baku,” tambah Basri.
Terkait dengan penetapan parameter ini, tiap atlet akan memiliki catatan yang disebut rapor atlet pelatnas. Rapor ini akan merangkum seluruh pencapaian atlet (performance analysis) di tiap turnamen, termasuk lima jenis test fisik setiap bulannya, mulai dari target hingga hasil yang didapat.
“Saat ini, tim pelatih harus memaksimalkan performance analysis, karena hal ini sangat penting, dimana negara-negara lain sudah lama menerapkan sistem ini secara terpadu. Misalnya Tiongkok yang sudah lama memanfaatkan teknologi di bulutangkis,” kata Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
Untuk itu, PP PBSI telah menetapkan pembobotan kriteria atlet pelatnas yang dibagi menjadi lima komponen berupa Endurance (ketahanan), Strength and Conditioning (kekuatan), Speed (kecepatan), Flexibility (fleksibilitas) serta Coordination (koordinasi).
“Atlet pelatnas harus dipersiapkan fisiknya jelang mengikuti turnamen. Fisik atlet harus tahan untuk mengikuti dua atau tiga turnamen berturut-turut, harus bisa konsisten. Misalnya setelah mengikuti All England, atlet harus siap fisiknya untuk langsung bertanding di Swiss Open. PBSI harus punya parameter seperti ini,” kata Basri Yusuf, Kepala Bidang Pengembangan PP PBSI.
“Dengan adanya parameter fisik ini, PBSI telah menciptakan sistem dan standard yang baku,” tambah Basri.
Terkait dengan penetapan parameter ini, tiap atlet akan memiliki catatan yang disebut rapor atlet pelatnas. Rapor ini akan merangkum seluruh pencapaian atlet (performance analysis) di tiap turnamen, termasuk lima jenis test fisik setiap bulannya, mulai dari target hingga hasil yang didapat.
“Saat ini, tim pelatih harus memaksimalkan performance analysis, karena hal ini sangat penting, dimana negara-negara lain sudah lama menerapkan sistem ini secara terpadu. Misalnya Tiongkok yang sudah lama memanfaatkan teknologi di bulutangkis,” kata Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
(bbk)