Program Naturalisasi Tak Sejalan Prestasi Garuda
A
A
A
HANOI - Skuat tim nasional (timnas) Indonesia diwarnai hadirnya pemain naturalisasi dalam tiga edisi Piala AFF. Tapi kebijakan itu nyatanya tidak sejalan dengan prestasi skuat Garuda dikancah internasional. Jangankan dipentas yang lebih tinggi, didataran Asia Tenggara saja kebijakan itu tidak memberikan dampak apapun.
Program naturalisasi, pertama kali hadir saat PSSI masih dipimpin Nurdin Halid. Cristian Gonzales yang kelahiran Montevideo, Uruguay, jadi pemain asing pertama yang dinaturalisasi. El Loco -julukan bomber yang kini berseragam Arema Cronus itu-, masuk dalam bagian skuad Piala AFF 2010.
Pada kesempatan perdana mengenakan seragam berlambangkan Garuda di dada, Gonzales membawa Indonesia sebagai runner up Piala AFF 2010. Walau gagal mengantar Indonesia keluar sebagai juara, Gonzales tampil cukup impresif sepanjang turnamen dan mampu mencetak tiga gol.
Jika Gonzales jadi satu-satunya pemain naturalisasi di skuat Indonesia pada Piala AFF 2010, jumlah lebih banyak terjadi di komposisi pemain Indonesia di Piala AFF 2012. Di bawah komando Nil Maizar sebagai pelatih kepala, Indonesia mengisi skuadnya dengan tiga pemain bertampang blasteran Indonesia - Belanda.
Pemain-pemain yang dimaksud adalah Raphael Maitimo, Jhon van Beukering, dan Tonnie Cusell. Walau ada tiga pemain naturalisasi di skuat Indonesia pada Piala AFF 2012, Indonesia malah tampil melempem dibandingkan edisi sebelumnya. Indonesia tidak mampu lolos dari persaingan Grup B yang kala itu diisi Singapura, Malaysia, dan Laos.
Dan kini di Piala AFF 2014, hasil tidak jauh berbeda kembali dirasakan Indonesia. Sama seperti di Piala AFF 2012, Indonesia ditempati tiga pemain naturalisasi. Selain Gonzales dan Maitimo yang sudah tampil di ajang Piala AFF sebelumnya, kini hadir nama Victor Igbonefo yang digadang-gadang sebagai benteng pertahanan Indonesia.
Tapi dari dua laga awal Indonsia di Grup A yang berakhir sekali imbang dan sekali kalah, baru nama Maitimo dan Gonzales yang sempat tampil. Sementara Igbonefo yang dari sebelum turnamen sudah dikabarkan cedera, belum dipercaya menunjukan kemampuannya memberi rasa aman bagi barisan pertahanan.
Melihat serentetan hasil itu, bisa dipastikan program naturalisasi belum mampu memberikan dampak positif bagi performa Indonesia. Dan PSSI lewat Wakil Ketua Umum (Waketum) sekaligus Ketua Badan Tim Nasional (BTN), La Nyalla M Mattalitti, sempat berkomentar untuk menghentikan program tersebut.
“Kami tidak akan melakukan lagi (program naturalisasi). Kami tidak akan membiasakan hal tersebut. Karena masih banyak bakat-bakat di Indonesia,” tegas La Nyalla.
Program naturalisasi, pertama kali hadir saat PSSI masih dipimpin Nurdin Halid. Cristian Gonzales yang kelahiran Montevideo, Uruguay, jadi pemain asing pertama yang dinaturalisasi. El Loco -julukan bomber yang kini berseragam Arema Cronus itu-, masuk dalam bagian skuad Piala AFF 2010.
Pada kesempatan perdana mengenakan seragam berlambangkan Garuda di dada, Gonzales membawa Indonesia sebagai runner up Piala AFF 2010. Walau gagal mengantar Indonesia keluar sebagai juara, Gonzales tampil cukup impresif sepanjang turnamen dan mampu mencetak tiga gol.
Jika Gonzales jadi satu-satunya pemain naturalisasi di skuat Indonesia pada Piala AFF 2010, jumlah lebih banyak terjadi di komposisi pemain Indonesia di Piala AFF 2012. Di bawah komando Nil Maizar sebagai pelatih kepala, Indonesia mengisi skuadnya dengan tiga pemain bertampang blasteran Indonesia - Belanda.
Pemain-pemain yang dimaksud adalah Raphael Maitimo, Jhon van Beukering, dan Tonnie Cusell. Walau ada tiga pemain naturalisasi di skuat Indonesia pada Piala AFF 2012, Indonesia malah tampil melempem dibandingkan edisi sebelumnya. Indonesia tidak mampu lolos dari persaingan Grup B yang kala itu diisi Singapura, Malaysia, dan Laos.
Dan kini di Piala AFF 2014, hasil tidak jauh berbeda kembali dirasakan Indonesia. Sama seperti di Piala AFF 2012, Indonesia ditempati tiga pemain naturalisasi. Selain Gonzales dan Maitimo yang sudah tampil di ajang Piala AFF sebelumnya, kini hadir nama Victor Igbonefo yang digadang-gadang sebagai benteng pertahanan Indonesia.
Tapi dari dua laga awal Indonsia di Grup A yang berakhir sekali imbang dan sekali kalah, baru nama Maitimo dan Gonzales yang sempat tampil. Sementara Igbonefo yang dari sebelum turnamen sudah dikabarkan cedera, belum dipercaya menunjukan kemampuannya memberi rasa aman bagi barisan pertahanan.
Melihat serentetan hasil itu, bisa dipastikan program naturalisasi belum mampu memberikan dampak positif bagi performa Indonesia. Dan PSSI lewat Wakil Ketua Umum (Waketum) sekaligus Ketua Badan Tim Nasional (BTN), La Nyalla M Mattalitti, sempat berkomentar untuk menghentikan program tersebut.
“Kami tidak akan melakukan lagi (program naturalisasi). Kami tidak akan membiasakan hal tersebut. Karena masih banyak bakat-bakat di Indonesia,” tegas La Nyalla.
(akr)