18 Pemain Disanksi, PSIS Cari Alternatif
A
A
A
SEMARANG - Manajemen PSIS Semarang diminta berancang-ancang untuk memburu pemain alternatif menyusul disanksinya 18 pemain musim ini oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Perhatian pengelola Mahesa Jenar diminta tidak hanya terfokus pada sanksi dari Komdis melainkan juga sudah harus menyiapkan tim musim depan.
Apalagi, musim depan ada larangan pemain asing menghuni tim Divisi Utama sehingga harus benar-benar mendapat pemain lokal yang berkualitas. Selama ini pengelola tim cenderung merekrut pemain asing yang sudah memiliki jam terbang dengan kualitas mumpuni.
Karena ada larangan legiun asing di kasta kedua Liga Indonesia, dibutuhkan ketelitian dalam merekrut pemain lokal, apalagi yang belum berpengalaman bermain di liga profesional.
''Ini kesempatan bagi talenta lokal untuk menunjukkan kualitasnya. Selama ini keberadaan pemain lokal kalah bersaing dengan hadirnya pemain asing, karena memang memiliki kemampuan di atas rata-rata,''ujar mantan pemain PSIS era 1985-1987 Daud Joko Ganafianto.
Daud berharap supaya manajamen PSIS segera mencari pemain alternatif. Pengelola tim kota Atlas sebaiknya tidak terlalu berharap lebih dari upaya banding dari sanksi Komdis, apalagi sampai berandai-andai semua pemain bakal terbebas dari sanksi.
''Kalaupun bandingnya dikabulkan, itu nanti tidak akan 100 %. Makanya jangan terlalu berharap terhadap pemain yang berlabel sanksi Komdis,''ujar pemilik Semarang Football Academy (SFA) ini.
Menurut dia, sebenarnya PSIS musim ini luar biasa. Hanya tinggal selangkah lagi promosi ke Indonesia Super League (ISL), sayang ada tragedi sepak bola gajah, saat bertemu dengan PSS Sleman, Minggu (26/10) lalu.
Jika sanksi dari Komdis tidak berubah, PSIS Semarang hanya menyisakan empat pemain saja di antaranya Fauzan Fajri, M Yunus, Welly Siagian, dan kiper ketiga Fajar Setya. Sementara, 18 pemain lainnya disanksi bervariasi, ada yang seumur hidup dilarang bermain bola, 5 tahun, dan satu tahun dengan denda bervariasi.
Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho mengatakan, saat ini manajemen fokus secara maksimal mengurus upaya banding baik itu kepada pemain, ofisial, dan tim pelatih ke Komisi Banding PSSI. Tolok ukurnya akan dilihat dari hasil upaya banding tersebut mana saja pemain yang bisa bermain, atau yang terpaksa harus absen untuk sementara waktu musim depan.
''Kalau kita rekrut sekarang, kalau ternyata pemain yang ada saat ini bisa main musim depan, kan malah dobel-dobel. Lagi pula kami juga belum menunjuk pelatih musim depan, takutnya nanti tidak sesuai dengan keinginan pelatih dan kebutuhan tim,''tuturnya.
Menurut Setyo, hingga saat ini kapan dimulainya kompetisi Divisi Utama musim depan juga belum ada kejelasan, apakah akan digelar mulai Maret atau April. Segala sesuatunya terkait dengan pembentukan tim harus menunggu jadwal kompetisi.
Apalagi, musim depan ada larangan pemain asing menghuni tim Divisi Utama sehingga harus benar-benar mendapat pemain lokal yang berkualitas. Selama ini pengelola tim cenderung merekrut pemain asing yang sudah memiliki jam terbang dengan kualitas mumpuni.
Karena ada larangan legiun asing di kasta kedua Liga Indonesia, dibutuhkan ketelitian dalam merekrut pemain lokal, apalagi yang belum berpengalaman bermain di liga profesional.
''Ini kesempatan bagi talenta lokal untuk menunjukkan kualitasnya. Selama ini keberadaan pemain lokal kalah bersaing dengan hadirnya pemain asing, karena memang memiliki kemampuan di atas rata-rata,''ujar mantan pemain PSIS era 1985-1987 Daud Joko Ganafianto.
Daud berharap supaya manajamen PSIS segera mencari pemain alternatif. Pengelola tim kota Atlas sebaiknya tidak terlalu berharap lebih dari upaya banding dari sanksi Komdis, apalagi sampai berandai-andai semua pemain bakal terbebas dari sanksi.
''Kalaupun bandingnya dikabulkan, itu nanti tidak akan 100 %. Makanya jangan terlalu berharap terhadap pemain yang berlabel sanksi Komdis,''ujar pemilik Semarang Football Academy (SFA) ini.
Menurut dia, sebenarnya PSIS musim ini luar biasa. Hanya tinggal selangkah lagi promosi ke Indonesia Super League (ISL), sayang ada tragedi sepak bola gajah, saat bertemu dengan PSS Sleman, Minggu (26/10) lalu.
Jika sanksi dari Komdis tidak berubah, PSIS Semarang hanya menyisakan empat pemain saja di antaranya Fauzan Fajri, M Yunus, Welly Siagian, dan kiper ketiga Fajar Setya. Sementara, 18 pemain lainnya disanksi bervariasi, ada yang seumur hidup dilarang bermain bola, 5 tahun, dan satu tahun dengan denda bervariasi.
Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho mengatakan, saat ini manajemen fokus secara maksimal mengurus upaya banding baik itu kepada pemain, ofisial, dan tim pelatih ke Komisi Banding PSSI. Tolok ukurnya akan dilihat dari hasil upaya banding tersebut mana saja pemain yang bisa bermain, atau yang terpaksa harus absen untuk sementara waktu musim depan.
''Kalau kita rekrut sekarang, kalau ternyata pemain yang ada saat ini bisa main musim depan, kan malah dobel-dobel. Lagi pula kami juga belum menunjuk pelatih musim depan, takutnya nanti tidak sesuai dengan keinginan pelatih dan kebutuhan tim,''tuturnya.
Menurut Setyo, hingga saat ini kapan dimulainya kompetisi Divisi Utama musim depan juga belum ada kejelasan, apakah akan digelar mulai Maret atau April. Segala sesuatunya terkait dengan pembentukan tim harus menunggu jadwal kompetisi.
(aww)