Gerrard Pantas Jadi Legenda Liverpool
A
A
A
LIVERPOOL - Kabar soal akan perginya Steven Gerrard jelas membuat pendukung The Reds begitu terguncang. Maklum selama ini Gerrard bukan hanya seorang jenderal lapangan tengah, ikon, apalagi penyeimbang permainan. Lebi dari itu Gerrard adalah Liverpool dan Liverpool adalah Gerrard. Tak heran jika pemain yang terkenal santun dan pendiam ini dimasukkan dalam daftar legenda klub kota pelabuhan itu.
Publik sepakbola Inggris atau khususnya pendukung Si Merah, sebelumnya pernah menyematkan pemain terhebat mereka pada Kenny Dalglish yang memutuskan pensiun pada 1990 lalu. Semuanya ya pasti bermuara pada dedikasi, aksi di lapangan dan tentunya loyalitas Dalglish.
Namun sejak hadirnya Gerrard membuat semua pandangan berubah. Pemain kelahiran Whiston, 34 tahun silam itu telah membuat wajah The Reds tampil berbeda. Gerrard mampu menjalankan tugasnya sebagai kapten yang bisa menaikkan moril saat runtuh atau meredam emosi rekan-rekannya.
Memang jika dibandingkan kondisi Dalglish dan Gerrard sangat berbeda. Jika seniornya hadir di saat penghuni Stadion Anfield itu dalam kondisi puncak. Sedangkan Gerrard ikut merasakan sedihnya saat Liverpool terpuruk.
Label legenda diberikan pada Dalglish karena prestasinya membawa Liverpool meraih gelar Piala Eropa untuk ketiga kalinya dan delapan gelar lainnya selama menjadi pemain dan pelatih. Prestasi tak bersinar juga diperlihatkan Gerrard yang bisa menjadi pahlawan buat timnya saat menggilas AC Milan di Liga Champions pada 2005.
Steven Gerrard mencium trofi Liga Champions usai membawa Liverpool juara usai di final mengalahkan AC Milan
lewat drama adu penalti/bbc
Momen terindah Steven Gerrard saat membawa Liverpool menjadi juara Liga Champions/bbc Kemenangan atas Milan yang diperoleh dari drama adu penalti itu ternyata mengilhami Gerrard 12 bulan kemudian saat membawa Liverpool meraih Piala FA di Cardiff melawan West Ham United. Gerrard memang sepanjang karirnya tidak banyak memberikan gelar pada klubnya seperti pemain lainnya. Namun, ia sering menjadi bagian dari sukses beberapa pertandingan penting.
Sejumlah pemain besar pernah lahir di Liverpool. Pendukung The Reds pernah mengelukan nama Billy Liddell sebelum eranya Bill Shankly. Selanjutnya keemasan itu diteruskan Roger Hunt dan Ian St John. Pada 1970-an dan dekade selanjutnya diisi oleh Kevin Keegan, Dalglish, Graeme Souness, Alan Hansen, Ian Rush dan pemain lainnya.
Setelah itu era pun berganti. Gerrard memulai debutnya pada 29 November 1998. Ia masuk menggantikan Vegard Heggem saat Liverpool bentrok dengan Blackburn Rovers dan menjadi awal dari era dari Steven Gerrard.
Meski posisinya sebagai pemain tengah, Gerrard kerap menjadi aktor penting kemenangan timnya. Bahkan ia tercatat sebagai pemain pertama yang mencetak gol di dua partai final Piala UEFA, saat Liverpool mengalahkan Alaves di Dortmund pada 2001. Ia menambag pundi golnya saat Liverpool mengalahkan Manchester United di final Piala Liga di Cardiff pada 2003 dan Liga Champions. Semua itu tak lepas dari kontribusi Gerrard.
Kecintaan dan loyalitas Gerrard pada Liverpool memang tak bisa dipungkiri lagi. Sejak ia memutuskan akan segera meninggalkan klub kesayangannya itu, Gerrard masih memberikan kado manis dengan dua gol dari titik putih saat menghadapi Leicester City dan menjadikan pertandingan berakhir dengan 2-2.
Publik sepakbola Inggris atau khususnya pendukung Si Merah, sebelumnya pernah menyematkan pemain terhebat mereka pada Kenny Dalglish yang memutuskan pensiun pada 1990 lalu. Semuanya ya pasti bermuara pada dedikasi, aksi di lapangan dan tentunya loyalitas Dalglish.
Namun sejak hadirnya Gerrard membuat semua pandangan berubah. Pemain kelahiran Whiston, 34 tahun silam itu telah membuat wajah The Reds tampil berbeda. Gerrard mampu menjalankan tugasnya sebagai kapten yang bisa menaikkan moril saat runtuh atau meredam emosi rekan-rekannya.
Memang jika dibandingkan kondisi Dalglish dan Gerrard sangat berbeda. Jika seniornya hadir di saat penghuni Stadion Anfield itu dalam kondisi puncak. Sedangkan Gerrard ikut merasakan sedihnya saat Liverpool terpuruk.
Label legenda diberikan pada Dalglish karena prestasinya membawa Liverpool meraih gelar Piala Eropa untuk ketiga kalinya dan delapan gelar lainnya selama menjadi pemain dan pelatih. Prestasi tak bersinar juga diperlihatkan Gerrard yang bisa menjadi pahlawan buat timnya saat menggilas AC Milan di Liga Champions pada 2005.
Steven Gerrard mencium trofi Liga Champions usai membawa Liverpool juara usai di final mengalahkan AC Milan
lewat drama adu penalti/bbc
Momen terindah Steven Gerrard saat membawa Liverpool menjadi juara Liga Champions/bbc Kemenangan atas Milan yang diperoleh dari drama adu penalti itu ternyata mengilhami Gerrard 12 bulan kemudian saat membawa Liverpool meraih Piala FA di Cardiff melawan West Ham United. Gerrard memang sepanjang karirnya tidak banyak memberikan gelar pada klubnya seperti pemain lainnya. Namun, ia sering menjadi bagian dari sukses beberapa pertandingan penting.
Sejumlah pemain besar pernah lahir di Liverpool. Pendukung The Reds pernah mengelukan nama Billy Liddell sebelum eranya Bill Shankly. Selanjutnya keemasan itu diteruskan Roger Hunt dan Ian St John. Pada 1970-an dan dekade selanjutnya diisi oleh Kevin Keegan, Dalglish, Graeme Souness, Alan Hansen, Ian Rush dan pemain lainnya.
Setelah itu era pun berganti. Gerrard memulai debutnya pada 29 November 1998. Ia masuk menggantikan Vegard Heggem saat Liverpool bentrok dengan Blackburn Rovers dan menjadi awal dari era dari Steven Gerrard.
Meski posisinya sebagai pemain tengah, Gerrard kerap menjadi aktor penting kemenangan timnya. Bahkan ia tercatat sebagai pemain pertama yang mencetak gol di dua partai final Piala UEFA, saat Liverpool mengalahkan Alaves di Dortmund pada 2001. Ia menambag pundi golnya saat Liverpool mengalahkan Manchester United di final Piala Liga di Cardiff pada 2003 dan Liga Champions. Semua itu tak lepas dari kontribusi Gerrard.
Kecintaan dan loyalitas Gerrard pada Liverpool memang tak bisa dipungkiri lagi. Sejak ia memutuskan akan segera meninggalkan klub kesayangannya itu, Gerrard masih memberikan kado manis dengan dua gol dari titik putih saat menghadapi Leicester City dan menjadikan pertandingan berakhir dengan 2-2.
(bbk)