Inikah Alasan Gerrard Pilih MLS ?
A
A
A
LIVERPOOL - Kompetisi sepak bola Major Soccer League (MLS) dipastikan bakal mendapatkan magnet baru dengan akan gabungnya Steven Gerrard. Meski sampai sekarang kapten Liverpool itu belum mengumumkan klub mana yang bakal dituju, setidaknya pemain ini bakal menjadi pemain bintang ketiga setelah David Beckham dan Frank Lampard.
Namun tahukah alasan Gerrard memilih bermain di MLS dibandingkan liga lain di dunia ? Seperti dilaporkan bbc, Senin (5/1/2015), mencoba membeberkan enam hal yang menarik di MLS yang kemungkinan menjadi salah satu daya tarik Gerrard sudi bergabung.
1. Gaji pemain MLS setara dengan gaji pemain divisi 2 Liga Inggris
Upah rata-rata pemain Major League Soccer (MLS) pada 2014 mencapai USD 206.800 atau setara dengan Rp2,6 miliar per tahun. Gaji yang diterima ini sama dengan yang diperoleh pemain divisi dua Liga Inggris atau lazim disebut League One.
Pemain di MLS yang menerima gaji tertinggi pada 2014 masih dipegang tim nasional AS, Clint Dempsey, sebesar USD 6,69 juta (Rp83,6 miliar). Peringkat kedua ditempati rekan Dempsey, Michael Bradley, dengan gaji senilai USD 6,5 juta (Rp80,9 miliar). Jebolan Liga Primer, Jermain Defoe, Robbie Keane, dan Thierry Henry masing-masing mendapat USD 6,18 juta, USD 4,5 juta, dan USD 4,35 juta.
Clint Dempsey pemegang gaji tertinggi peman lokal di MLS
2. Aturan David Beckham
Sepertinya aturan Beckham ini yang menggoda Gerrard. Pada 2014, aturan semua klub hanya boleh menggaji paling tingi USD 3,1 Juta. Namun sejak masuknya Beckham atau tepatnya 2017, semua klub mempunyai kekeluasaan mamksimal menggaji tanpa batas pada tiga pemain.
David Beckham memberikan perubahan sistem penggajian pemain di MLS.
3. Pamor bisbol dan sepak bola ala AS sukar ditandingi
Mungkin ini menjadi tantangan buat Gerrard untuk menaikkan pamor sepak bola di negeri Paman Sam. Sebab, selama ini walau begitu banyak pemain top direkrut ke klub-klub MLS, pamor MLS jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bisbol dan sepak bola ala AS alias American Football yang mirip rugby.
Sebagai gambaran, pertandingan final MLS pada 2014 disaksikan 1,9 juta penonton. Adapun laga final liga American Football atau NFL ditonton 112 juta orang dan final bisbol disaksikan 16,2 juta orang.
American football masih menjadi yang terpopuler besama baseball dibandingkan
sepak bola.
4. MLS berusia 20 tahun
MLS bakal resmi digelar selama 20 musim saat musim tanding dibuka pada Maret mendatang. Liga tersebut pertama kali dibentuk pada 1995 dan pertandingan pembukaan diselenggarakan pada 6 April 1996. Sebelum MLS, AS tidak memiliki liga sepak bola profesional selama 11 tahun mengingat terakhir kali Liga Amerika Utara menggelar pertandingan ialah pada 1984 silam.
5. Jawara klasemen bukan berarti pemenang
Dengan sistem play-off menjadikan penguasa klasemen tidak otomatis menjadi juara. Pada musim 2015, 12 dari 20 klub akan mengikuti play-off atau yang juga dikenal dengan sebutan pascamusim. Klub yang memuncaki klasemen pada musim reguler akan menempati posisi unggulan dalam play-off.
6. Tiada degradasi
MLS tidak mengenal degradasi, sehingga klub yang menempati posisi paling buncit dalam klasemen pada akhir musim tidak terlempar ke divisi yang lebih rendah. Namun, sebuah klub baru bisa saja masuk kompetisi MLS dengan membayar USD 100 juta (Rp1,2 Miliar). Pada 2015, dua klub baru akan berlaga, yakni New York City FC yang juga dimiliki Manchester City dan Orlando SC.
Namun tahukah alasan Gerrard memilih bermain di MLS dibandingkan liga lain di dunia ? Seperti dilaporkan bbc, Senin (5/1/2015), mencoba membeberkan enam hal yang menarik di MLS yang kemungkinan menjadi salah satu daya tarik Gerrard sudi bergabung.
1. Gaji pemain MLS setara dengan gaji pemain divisi 2 Liga Inggris
Upah rata-rata pemain Major League Soccer (MLS) pada 2014 mencapai USD 206.800 atau setara dengan Rp2,6 miliar per tahun. Gaji yang diterima ini sama dengan yang diperoleh pemain divisi dua Liga Inggris atau lazim disebut League One.
Pemain di MLS yang menerima gaji tertinggi pada 2014 masih dipegang tim nasional AS, Clint Dempsey, sebesar USD 6,69 juta (Rp83,6 miliar). Peringkat kedua ditempati rekan Dempsey, Michael Bradley, dengan gaji senilai USD 6,5 juta (Rp80,9 miliar). Jebolan Liga Primer, Jermain Defoe, Robbie Keane, dan Thierry Henry masing-masing mendapat USD 6,18 juta, USD 4,5 juta, dan USD 4,35 juta.
Clint Dempsey pemegang gaji tertinggi peman lokal di MLS
2. Aturan David Beckham
Sepertinya aturan Beckham ini yang menggoda Gerrard. Pada 2014, aturan semua klub hanya boleh menggaji paling tingi USD 3,1 Juta. Namun sejak masuknya Beckham atau tepatnya 2017, semua klub mempunyai kekeluasaan mamksimal menggaji tanpa batas pada tiga pemain.
David Beckham memberikan perubahan sistem penggajian pemain di MLS.
3. Pamor bisbol dan sepak bola ala AS sukar ditandingi
Mungkin ini menjadi tantangan buat Gerrard untuk menaikkan pamor sepak bola di negeri Paman Sam. Sebab, selama ini walau begitu banyak pemain top direkrut ke klub-klub MLS, pamor MLS jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bisbol dan sepak bola ala AS alias American Football yang mirip rugby.
Sebagai gambaran, pertandingan final MLS pada 2014 disaksikan 1,9 juta penonton. Adapun laga final liga American Football atau NFL ditonton 112 juta orang dan final bisbol disaksikan 16,2 juta orang.
American football masih menjadi yang terpopuler besama baseball dibandingkan
sepak bola.
4. MLS berusia 20 tahun
MLS bakal resmi digelar selama 20 musim saat musim tanding dibuka pada Maret mendatang. Liga tersebut pertama kali dibentuk pada 1995 dan pertandingan pembukaan diselenggarakan pada 6 April 1996. Sebelum MLS, AS tidak memiliki liga sepak bola profesional selama 11 tahun mengingat terakhir kali Liga Amerika Utara menggelar pertandingan ialah pada 1984 silam.
5. Jawara klasemen bukan berarti pemenang
Dengan sistem play-off menjadikan penguasa klasemen tidak otomatis menjadi juara. Pada musim 2015, 12 dari 20 klub akan mengikuti play-off atau yang juga dikenal dengan sebutan pascamusim. Klub yang memuncaki klasemen pada musim reguler akan menempati posisi unggulan dalam play-off.
6. Tiada degradasi
MLS tidak mengenal degradasi, sehingga klub yang menempati posisi paling buncit dalam klasemen pada akhir musim tidak terlempar ke divisi yang lebih rendah. Namun, sebuah klub baru bisa saja masuk kompetisi MLS dengan membayar USD 100 juta (Rp1,2 Miliar). Pada 2015, dua klub baru akan berlaga, yakni New York City FC yang juga dimiliki Manchester City dan Orlando SC.
(bbk)