Revolusi Mental
A
A
A
PALERMO - Il tecnico AS Roma Rudi Garcia murka setelah armadanya gagal memetik angka penuh dari Palermo pada giornata 19 Seri A dini hari kemarin. Dia lalu meminta pasukannya mengubah sikap saat di lapangan bila masih ingin meraih scudetto.
Kunjungan Roma ke Stadio Renzo Barbera tidak sesuai harapan. I Lupi hanya meraih satu angka akibat bermain 1-1. Tim tamu bahkan nyaris kalah jika gol Paulo Dybala pada menit kedua, tidak dibalas Mattia Destro pada babak kedua. Garcia lantas kesal karena performa armadanya cukup buruk.
Paling dikritik kinerja pada babak pertama, di mana Kevin Strootman dkk memberi ruang gerak pada Palermo. Roma membiarkan tuan rumah melesakkan gol cepat dan berkali-kali mengancam gawang yang dikawal Morgan de Sanctis.
”Dari seluruh pertandingan ini, kami tidak bermain bagus pada babak pertama. Kami lebih sering berdiam diri, tidak ada pergerakan berarti. Itu sangat berbahaya, terutama saat menghadapi tim yang sedang menanjak. Seperti yang Anda lihat, kami memberi mereka hadiah pada menit kedua,” ucap Garcia, dilansir Football Italia.
Ini kedua kalinya secara beruntun Roma meraih hasil imbang di Seri A. Sebelumnya mereka bermain 1-1 kontra Lazio. Ini bisa menyebabkan selisihnya dengan Juventus melebar menjadi lima angka. Itu dapat terjadi seandainya La Vecchia Signorasukses melibas Hellas Verona semalam.
Sering Roma membuang angka membuat Garcia resah. Faktanya, Roma kini telah 4 kali mencatat hasil imbang dan 2 kalah. Roma telah kehilangan 14 angka, meningkat ketimbang sebelumnya. Pada 2013/2014 Roma kecurian 13 angka dari 19 pertandingan pertama. Statistik itu menjadi indikasi negatif.
Roma diprediksi kembali gagal mengulang sukses 2000/2001 bila tidak ada perubahan. Ya, sejak momen bersejarah tersebut, Roma tidak pernah lagi merajai Italia. Konon itu karena pasukan Serigalamencatat hasil imbang tujuh kali ke atas. Musim lalu contohnya. Roma menelan 7 imbang dan 5 kalah dan harus puas jadi runner-up.
Sekarang torehannya tidak terlalu terpaut jauh. Intinya, Roma hampir mendekati titik nadir. Karena itulah, Garcia memerintahkan para pemain untuk mengubah sikap ketika bertanding. ”Kami baru panas setelah istirahat. Kami mengubah sistem, lebih sering berlari dan bermain dengan intensitas tinggi. Kami harus tampil lebih baik lagi jika tidak ingin terus kehilangan angka seperti ini,” ujar Garcia.
Garcia menginginkan para pemain dapat panas secepat mungkin. Mereka perlu menyadari bahwa setiap detik di dalam pertandingan itu sangat penting. Tekanan harus dilancarkan terus menerus agar lawan tidak mendapat kesempatan mencetak gol.
”Kami harus bisa memberikan terapi kejut (dengan menciptakan gol cepat) pada lawan. Karena itu, kami harus meningkatkan konsistensi. Sebab, permainan kami kurang konsistensi. Perlu ada keseimbangan di semua lini,” pungkas Garcia.
Garcia berharap perubahan itu dapat terlihat saat menjamu Empoli di Coppa Italia, Rabu (21/1). Pasalnya, setelah itu Roma bakal berjumpa Fiorentina, yang saat ini masuk 6 besar.
M Mirza
Kunjungan Roma ke Stadio Renzo Barbera tidak sesuai harapan. I Lupi hanya meraih satu angka akibat bermain 1-1. Tim tamu bahkan nyaris kalah jika gol Paulo Dybala pada menit kedua, tidak dibalas Mattia Destro pada babak kedua. Garcia lantas kesal karena performa armadanya cukup buruk.
Paling dikritik kinerja pada babak pertama, di mana Kevin Strootman dkk memberi ruang gerak pada Palermo. Roma membiarkan tuan rumah melesakkan gol cepat dan berkali-kali mengancam gawang yang dikawal Morgan de Sanctis.
”Dari seluruh pertandingan ini, kami tidak bermain bagus pada babak pertama. Kami lebih sering berdiam diri, tidak ada pergerakan berarti. Itu sangat berbahaya, terutama saat menghadapi tim yang sedang menanjak. Seperti yang Anda lihat, kami memberi mereka hadiah pada menit kedua,” ucap Garcia, dilansir Football Italia.
Ini kedua kalinya secara beruntun Roma meraih hasil imbang di Seri A. Sebelumnya mereka bermain 1-1 kontra Lazio. Ini bisa menyebabkan selisihnya dengan Juventus melebar menjadi lima angka. Itu dapat terjadi seandainya La Vecchia Signorasukses melibas Hellas Verona semalam.
Sering Roma membuang angka membuat Garcia resah. Faktanya, Roma kini telah 4 kali mencatat hasil imbang dan 2 kalah. Roma telah kehilangan 14 angka, meningkat ketimbang sebelumnya. Pada 2013/2014 Roma kecurian 13 angka dari 19 pertandingan pertama. Statistik itu menjadi indikasi negatif.
Roma diprediksi kembali gagal mengulang sukses 2000/2001 bila tidak ada perubahan. Ya, sejak momen bersejarah tersebut, Roma tidak pernah lagi merajai Italia. Konon itu karena pasukan Serigalamencatat hasil imbang tujuh kali ke atas. Musim lalu contohnya. Roma menelan 7 imbang dan 5 kalah dan harus puas jadi runner-up.
Sekarang torehannya tidak terlalu terpaut jauh. Intinya, Roma hampir mendekati titik nadir. Karena itulah, Garcia memerintahkan para pemain untuk mengubah sikap ketika bertanding. ”Kami baru panas setelah istirahat. Kami mengubah sistem, lebih sering berlari dan bermain dengan intensitas tinggi. Kami harus tampil lebih baik lagi jika tidak ingin terus kehilangan angka seperti ini,” ujar Garcia.
Garcia menginginkan para pemain dapat panas secepat mungkin. Mereka perlu menyadari bahwa setiap detik di dalam pertandingan itu sangat penting. Tekanan harus dilancarkan terus menerus agar lawan tidak mendapat kesempatan mencetak gol.
”Kami harus bisa memberikan terapi kejut (dengan menciptakan gol cepat) pada lawan. Karena itu, kami harus meningkatkan konsistensi. Sebab, permainan kami kurang konsistensi. Perlu ada keseimbangan di semua lini,” pungkas Garcia.
Garcia berharap perubahan itu dapat terlihat saat menjamu Empoli di Coppa Italia, Rabu (21/1). Pasalnya, setelah itu Roma bakal berjumpa Fiorentina, yang saat ini masuk 6 besar.
M Mirza
(ftr)