Geliat Keys di Melbourne Park
A
A
A
MELBOURNE - Gadis muda dari Illinois, Amerika Serikat, Madison Keys menjadi bahan perbincangan para pengamat tenis sekitar satu tahun lalu. Keys, yang pada saat itu baru menginjak usia 18 tahun, digadang-gadang menjadi penerus ratu tenis dunia, Serena Williams.
Pembicaraan tentang Keys yang semula hanya terjadi di AS, berkembang menjadi topik terhangat dunia manakala gadis itu membuat sensasi di turnamen tenis sekaliber grand slam. Sekitar Juli 2014, dia jadi buah bibir para pecinta tenis.
Keys tampil mengejutkan setelah berhasil menyisihkan Heather Watson dan Mona Barthel. Bukan itu saja, Keys juga menebar ancaman kepada Agnieszka Radwanska di babak ketiga Wimbledon 2014, sebelum akhirnya Keys kalah tiga set 5-7,6-4,3-6.
Sejak saat itu Keys mulai dibanding-bandingkan dengan salah satu idola masa kanak-kanaknya, Serena Williams. Bukan tanpa alasan Keys dikaitkan dengan dengan petenis nomor satu dunia. Pasalnya, dengan usia yang sangat muda, Keys mampu memperlihatkan kombinasi antara kelincahan dan kekuatan.
Kombinasi menakutkan itu kembali diperlihatkan Keys saat berlaga di turnamen grand slam Australia Terbuka 2015, di mana petenis 178cm membuat sensasi besar pertamanya tahun ini ketika menyingkirkan juara Wimbledon 2014, Petra Kvitova di babak ketiga.
Seakan hendak mengatakan “ini bukan kebetulan” Keys melenggang mulus di grand slam awal tahun dengan mengalahkan sahabatnya sendiri, Madison Brengle untuk merebut tiket babak perempat final. Di babak itu lah, petenis kelahiran Rock Island, AS, kembali menjadi pusat perhatian setelah membekuk Venus Williams melalui tiga set 6-3, 4-6, 6-4, pada Rabu (28/1/2015).
Sosok pelatih kemudian menjadi sorotan menyusul gebrakan yang dilakukan Keys di awal tahun ini. Keys dilatih oleh Lindsay Davenport, mantan petenis yang memenangkan tiga gelar grand slam dalam kurun waktu dua tahun, sejak 1998-2000.
Saat ini, anak asuh Davenport tinggal menunggu lawan di babak semi-final Australia Terbuka 2015. Jika berhasil mengalahkan lawannya, Keys hanya tinggal dua langkah lagi untuk menggenggam gelar juara grand slam pertamanya.
Pembicaraan tentang Keys yang semula hanya terjadi di AS, berkembang menjadi topik terhangat dunia manakala gadis itu membuat sensasi di turnamen tenis sekaliber grand slam. Sekitar Juli 2014, dia jadi buah bibir para pecinta tenis.
Keys tampil mengejutkan setelah berhasil menyisihkan Heather Watson dan Mona Barthel. Bukan itu saja, Keys juga menebar ancaman kepada Agnieszka Radwanska di babak ketiga Wimbledon 2014, sebelum akhirnya Keys kalah tiga set 5-7,6-4,3-6.
Sejak saat itu Keys mulai dibanding-bandingkan dengan salah satu idola masa kanak-kanaknya, Serena Williams. Bukan tanpa alasan Keys dikaitkan dengan dengan petenis nomor satu dunia. Pasalnya, dengan usia yang sangat muda, Keys mampu memperlihatkan kombinasi antara kelincahan dan kekuatan.
Kombinasi menakutkan itu kembali diperlihatkan Keys saat berlaga di turnamen grand slam Australia Terbuka 2015, di mana petenis 178cm membuat sensasi besar pertamanya tahun ini ketika menyingkirkan juara Wimbledon 2014, Petra Kvitova di babak ketiga.
Seakan hendak mengatakan “ini bukan kebetulan” Keys melenggang mulus di grand slam awal tahun dengan mengalahkan sahabatnya sendiri, Madison Brengle untuk merebut tiket babak perempat final. Di babak itu lah, petenis kelahiran Rock Island, AS, kembali menjadi pusat perhatian setelah membekuk Venus Williams melalui tiga set 6-3, 4-6, 6-4, pada Rabu (28/1/2015).
Sosok pelatih kemudian menjadi sorotan menyusul gebrakan yang dilakukan Keys di awal tahun ini. Keys dilatih oleh Lindsay Davenport, mantan petenis yang memenangkan tiga gelar grand slam dalam kurun waktu dua tahun, sejak 1998-2000.
Saat ini, anak asuh Davenport tinggal menunggu lawan di babak semi-final Australia Terbuka 2015. Jika berhasil mengalahkan lawannya, Keys hanya tinggal dua langkah lagi untuk menggenggam gelar juara grand slam pertamanya.
(bbk)