Pelajaran Berharga
A
A
A
PARMA - Juventus mendapat pelajaran berharga saat meladeni Parma pada perempat final Coppa Italia. La Vecchia Signora alias Si Nyonya Tua sekarang tidak bisa lagi menganggap diri sendiri sebagai tim paling superior di Italia.
Juventus memetik kemenangan kala bertandang ke Stadio Ennio Tardini dini hari kemarin. Namun, sukses penguasa Seri A itu diraih secara tidak meyakinkan. Mereka hanya unggul 1-0, itu juga berkat gol Alvaro Morata menjelang bubaran. Gol hasil operan Fernando Llorente itu menyelamatkan tim tamu dari kemungkinan perpanjangan waktu atau adu penalti.
Hasil ini yang jadi perbincangan mengingat jauh dari prediksi awal. Tadinya Juventus diyakini bakal menang mudah mengingat unggul segala-galanya. Si Nyonya Tua memimpin klasemen sementara Seri A dan datang bermodalkan empat kemenangan beruntun. Sementara Parma merupakan juru kunci dan selalu kalah selama dua partai sebelumnya. Kenyataannya justru cukup berbeda.
Entah karena banyak menurunkan pemain lapis kedua atau karena faktor lain. Yang pasti, Juventus kesulitan mengimbangi agresivitas Parma. Gawang yang dikawal Marco Storari beberapa kali diancam tuan rumah, meski tidak ada yang menemui sasaran. Ironisnya, lini depan Juventus kurang mengancam.
Menurut statistik, Juventus lebih dominan dengan melakukan 12 upaya, tapi hanya tiga yang tepat sasaran. Inilah yang kemudian membuat performa armada Massimiliano Allegri itu dikritik. Tim pelapis ditengarai tidak tampil sebagus pemain utama. “Anda tidak bisa selalu menang dengan kedudukan 2-0 atau 3-0,” tutur Allegri, dilansir Football-Italia.
Allegri menilai, tidak sepatutnya mengkritik kinerja para pemain. Sebab, yang terpenting adalah hasil akhir. Menurut dia, memetik kemenangan lebih penting ketimbang hanya bermain bagus. “Saya pikir ini hasil yang penting. Ini menunjukkan para pemain yang jarang bermain selalu siap saat dibutuhkan,” ujar mantan pelatih AC Milan itu.
Sukses ini menjaga peluang Juventus untuk memenangi Coppa Italia setelah puasa gelar tersebut selama 20 tahun. Mereka kini hanya perlu memenangi dua fase lagi sebelum mengangkat trofi. Selanjutnya mereka akan melawan pemenang duel AS Roma versus Fiorentina yang akan berlangsung 4 Februari mendatang di Stadio Olimpico. Setidaknya hasil ini sekaligus merawat mental seluruh pemain Juventus.
Pasalnya, setelah ini mereka bakal menghadapi dua partai sulit, yakni mengunjungi Udinese, 1 Februari nanti, dan menjamu AC Milan, sepekan kemudian. Dua laga itu harus dimaksimalkan agar terus menjauh dari kejaran Roma. Sementara itu, Pelatih Parma Roberto Donadoni masih belum menerima kekalahan ini. Dia tidak mengerti mengapa timnya yang harus tersingkir dari Coppa Italia.
Dia mengatakan, Parma seharusnya melaju jika wasit bekerja dengan bagus. Donadoni menilai, gol Juventus semestinya dianulir. Itu karena Llorente yang mengumpankan bola kepada Morata terlihat berada dalam posisi offside . Seandainya gol itu dibatalkan, hasil akhirnya mungkin akan berbeda. Dia yakin Parma bisa menang jika laga berlanjut hingga perpanjangan waktu atau adu penalti.
“Kami memainkan pertandingan yang bagus. Saya senang dengan performa para pemain. Saya hanya kecewa karena kami kalah pada menit ke-90 akibat gol offside . Ini mirip seperti apa yang kami alami pada akhir pekan lalu saat melawan Cesena,” ujar Donadoni. Donadoni hanya berharap pasukannya bisa segera bangkit. Pasalnya, berikutnya mereka harus melakoni laga tidak kalah berat, yakni meladeni Milan di Giuseppe Meazza. Angka penuh wajib diraih bila ingin keluar dari zona degradasi.
M mirza
Juventus memetik kemenangan kala bertandang ke Stadio Ennio Tardini dini hari kemarin. Namun, sukses penguasa Seri A itu diraih secara tidak meyakinkan. Mereka hanya unggul 1-0, itu juga berkat gol Alvaro Morata menjelang bubaran. Gol hasil operan Fernando Llorente itu menyelamatkan tim tamu dari kemungkinan perpanjangan waktu atau adu penalti.
Hasil ini yang jadi perbincangan mengingat jauh dari prediksi awal. Tadinya Juventus diyakini bakal menang mudah mengingat unggul segala-galanya. Si Nyonya Tua memimpin klasemen sementara Seri A dan datang bermodalkan empat kemenangan beruntun. Sementara Parma merupakan juru kunci dan selalu kalah selama dua partai sebelumnya. Kenyataannya justru cukup berbeda.
Entah karena banyak menurunkan pemain lapis kedua atau karena faktor lain. Yang pasti, Juventus kesulitan mengimbangi agresivitas Parma. Gawang yang dikawal Marco Storari beberapa kali diancam tuan rumah, meski tidak ada yang menemui sasaran. Ironisnya, lini depan Juventus kurang mengancam.
Menurut statistik, Juventus lebih dominan dengan melakukan 12 upaya, tapi hanya tiga yang tepat sasaran. Inilah yang kemudian membuat performa armada Massimiliano Allegri itu dikritik. Tim pelapis ditengarai tidak tampil sebagus pemain utama. “Anda tidak bisa selalu menang dengan kedudukan 2-0 atau 3-0,” tutur Allegri, dilansir Football-Italia.
Allegri menilai, tidak sepatutnya mengkritik kinerja para pemain. Sebab, yang terpenting adalah hasil akhir. Menurut dia, memetik kemenangan lebih penting ketimbang hanya bermain bagus. “Saya pikir ini hasil yang penting. Ini menunjukkan para pemain yang jarang bermain selalu siap saat dibutuhkan,” ujar mantan pelatih AC Milan itu.
Sukses ini menjaga peluang Juventus untuk memenangi Coppa Italia setelah puasa gelar tersebut selama 20 tahun. Mereka kini hanya perlu memenangi dua fase lagi sebelum mengangkat trofi. Selanjutnya mereka akan melawan pemenang duel AS Roma versus Fiorentina yang akan berlangsung 4 Februari mendatang di Stadio Olimpico. Setidaknya hasil ini sekaligus merawat mental seluruh pemain Juventus.
Pasalnya, setelah ini mereka bakal menghadapi dua partai sulit, yakni mengunjungi Udinese, 1 Februari nanti, dan menjamu AC Milan, sepekan kemudian. Dua laga itu harus dimaksimalkan agar terus menjauh dari kejaran Roma. Sementara itu, Pelatih Parma Roberto Donadoni masih belum menerima kekalahan ini. Dia tidak mengerti mengapa timnya yang harus tersingkir dari Coppa Italia.
Dia mengatakan, Parma seharusnya melaju jika wasit bekerja dengan bagus. Donadoni menilai, gol Juventus semestinya dianulir. Itu karena Llorente yang mengumpankan bola kepada Morata terlihat berada dalam posisi offside . Seandainya gol itu dibatalkan, hasil akhirnya mungkin akan berbeda. Dia yakin Parma bisa menang jika laga berlanjut hingga perpanjangan waktu atau adu penalti.
“Kami memainkan pertandingan yang bagus. Saya senang dengan performa para pemain. Saya hanya kecewa karena kami kalah pada menit ke-90 akibat gol offside . Ini mirip seperti apa yang kami alami pada akhir pekan lalu saat melawan Cesena,” ujar Donadoni. Donadoni hanya berharap pasukannya bisa segera bangkit. Pasalnya, berikutnya mereka harus melakoni laga tidak kalah berat, yakni meladeni Milan di Giuseppe Meazza. Angka penuh wajib diraih bila ingin keluar dari zona degradasi.
M mirza
(bbg)