Pantai Gading Menanti Terlalu Lama
A
A
A
PUASA 23 tahun, peluang Pantai Gading mengakhiri hasil-hasil negatif Piala Afrika terbentang luas di depan mata.
Setelah menyingkirkan tim kuat Aljazair pada perempat final, dini hari nanti Les Elephants akan menghadapi kuda hitam Republik Demokratik (RD) Kongo pada semifinal di Estadio de Bata. Sebagai tim bertabur bintang, Pantai Gading diyakini akan melangkah ke final dan juara. Berikut petikan wawancara nakhoda Pantai Gading asal Prancis, Herve Renard, dilansir dari berbagai sumber.
Terakhir kali Pantai Gading juara pada 1992. Bukankah itu sudah sangat lama?
Tentu saja. Rakyat kami sudah menanti terlalu lama. Kami ke final pada 2006 dan 2012. Tahun ini kami kembali lagi ke semifinal setelah pada 2015 terhenti di perempat final. Semoga keinginan rakyat bisa terwujud tahun ini di tempat ini (Guinea Khatulistiwa).
Tim ini tinggal dua langkah lagi juara. Komentar Anda?
Saya tidak ingin berandai-andai. Sepak bola bukan matematika. Tidak ada jaminan tim yang diunggulkan bisa juara. Intinya, saya ingin para pemain bekerja keras dan tidak terlena dengan pencapaian saat ini.
Jadi, menurut Anda, tim ini bisa saja gagal ke final?
Saat saya melatih Zambia (di Piala Afrika 2012), Pantai Gading berada di atas kami. Namun, kami menang di final lewat adu penalti (Zambia juara setelah mengalahkan Pantai Gading). Di sepak bola, Anda harus realistis. Anda harus melangkah perlahan-lahan, setahap demi setahap. Setiap laga harus diperlakukan dengan cara berbeda. Harus ada taktik yang berbeda untuk memenangkan laga.
Dari empat tim semifinalis, Pantai Gading diunggulkan bertemu Ghana di final. Mungkinkah skenario itu terjadi?
Mengapa tidak? Ini sepak bola. Atau, bisa saja sebaliknya Guinea (Khatulistiwa) dan Kongo.
Tentang lawan di semifinal, kualitas Kongo seperti apa?
Bisa mencapai semifinal membuktikan kualitas sebuah tim. Saya rasa mereka tim yang tangguh. Mereka memiliki pemain yang sangat kompak. Kerja sama tim menjadi ciri khas Kongo. Namun, saya sudah tahu apa yang harus dilakukan para pemain Pantai Gading. Semoga strategi yang kami rancang berjalan baik.
Andri ananto
Setelah menyingkirkan tim kuat Aljazair pada perempat final, dini hari nanti Les Elephants akan menghadapi kuda hitam Republik Demokratik (RD) Kongo pada semifinal di Estadio de Bata. Sebagai tim bertabur bintang, Pantai Gading diyakini akan melangkah ke final dan juara. Berikut petikan wawancara nakhoda Pantai Gading asal Prancis, Herve Renard, dilansir dari berbagai sumber.
Terakhir kali Pantai Gading juara pada 1992. Bukankah itu sudah sangat lama?
Tentu saja. Rakyat kami sudah menanti terlalu lama. Kami ke final pada 2006 dan 2012. Tahun ini kami kembali lagi ke semifinal setelah pada 2015 terhenti di perempat final. Semoga keinginan rakyat bisa terwujud tahun ini di tempat ini (Guinea Khatulistiwa).
Tim ini tinggal dua langkah lagi juara. Komentar Anda?
Saya tidak ingin berandai-andai. Sepak bola bukan matematika. Tidak ada jaminan tim yang diunggulkan bisa juara. Intinya, saya ingin para pemain bekerja keras dan tidak terlena dengan pencapaian saat ini.
Jadi, menurut Anda, tim ini bisa saja gagal ke final?
Saat saya melatih Zambia (di Piala Afrika 2012), Pantai Gading berada di atas kami. Namun, kami menang di final lewat adu penalti (Zambia juara setelah mengalahkan Pantai Gading). Di sepak bola, Anda harus realistis. Anda harus melangkah perlahan-lahan, setahap demi setahap. Setiap laga harus diperlakukan dengan cara berbeda. Harus ada taktik yang berbeda untuk memenangkan laga.
Dari empat tim semifinalis, Pantai Gading diunggulkan bertemu Ghana di final. Mungkinkah skenario itu terjadi?
Mengapa tidak? Ini sepak bola. Atau, bisa saja sebaliknya Guinea (Khatulistiwa) dan Kongo.
Tentang lawan di semifinal, kualitas Kongo seperti apa?
Bisa mencapai semifinal membuktikan kualitas sebuah tim. Saya rasa mereka tim yang tangguh. Mereka memiliki pemain yang sangat kompak. Kerja sama tim menjadi ciri khas Kongo. Namun, saya sudah tahu apa yang harus dilakukan para pemain Pantai Gading. Semoga strategi yang kami rancang berjalan baik.
Andri ananto
(ftr)