Firdhana Wahyu Putra, Antara Belajar dan Kompetisi Silat
A
A
A
YOGYAKARTA - Memiliki dua aktifitas yang sama-sama menjadi kebutuhan, terkadang membuat seseorang menjadi gamang untuk melangkah. Namun dengan upaya memotifasi diri sendiri, bahwa kepentingan bangsa lebih utama keyakinan diri untuk meraih prestasi terus akan terpatri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Firdhana Wahyu Putra, atlet pencak silat asli Yogyakarta yang sudah mengarumkan Indonesia di kancah kompetisi internasional.
Mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ilmu Olah raga UNY tersebut, terakhir mampu meraih medali emas pada kompetisi Asean University Game (AUG) yang berlangsung di Sumatera Selatan. Meski sempat gamang untuk melakoni tanding, atlet IPSI DIY tersebut akhirnya bisa merebut tempat terhormat dan mengumandangkan Indonesia Raya.
Kegamangan muncul tatkala, harus meninggalkan bangku kuliah selama hampir satu bulan lamanya. Tiga pekan untuk mengikuti pemusatan latihan dan satu pekan untuk mengikuti kompetisi di Palembang. “Berangkat 22 November dan pulangnya tepat 22 Desember (2014),” tandas Firdhana.
Atlet yang mengawali karir di Pencaksilat sejak duduk di bangku taman kanak-kanak tersebut, saat ini tercatat sudah menjadi kader kepala di Tapak Suci yang menjadi titik awal pengembangan karirnya sebagai olahragawan. Kini perjuangan panjang yang dilalui, telah menjadikannya sebagai salah satu dari atlet yang sering mendapatkan kepercayaan untuk mengikuti kompetisi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pasca menjuarai AUG di Palembang, kini warga Bantul tersebut sedang menunggu turunnya surat untuk mengikuti pemusatan latihan nasional atau pelatnas prima. Direncanakan peserta pelatnas akan ditampilan di Seagames dan direncanakan di Asia Games 2018 direncanakan pencaksilat juga akan menjadi ajang yang dikompetisikan.
Kendati karir di pencak silat cukup berkembang, Firdhana tetap memberikan target secara pribadi untuk menyelesaikan pendidikannya di UNY. “Tidak boleh lebih dari delapan semester. Targetnya di 2016 nanti sudah harus bisa selesai,” tandasnya.
Beruntung aktivitasnya menjadi atlet sudah pasti mendapatkan dukungan dari tempatnya belajar yakni Fakultas Ilmu Olahraga UNY. Tidak hanya dari tempatnya menuntut ilmu, dukungan penuh juga diberian orang tua. “Kebetulan bapak yang pertama kali mengajak latihan adalah guru dan juga atlet pencaksilat dan saat ini aktifitas sebagai wasit nasioal,” tambahnya.
Namun dukungan dan prestasi yang dicapai terus memberikan semangat untuk bisa mengelola waktu dengan baik. Dua sisi aktifitas yakni belajar dan pencaksilat terus dimaksimalkan untuk menjawab kepercayaan dari semua pihak. Baik dari keluarga maupun dunia pencaksilat setidaknya di IPSI DIY yang telah memberikan kepercayaan untuk mengisi pelatda.
Termasuk di level nasional, yang ditargetkan secara pribadi bisa masuk dalam tim inti Seagames melalui pelatnas prima. “Semuanya harus bisa teroptimalkan, latihan mendapatkan porsi belajar juga harus bisa terselesaikan,” pungkasnya
Mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ilmu Olah raga UNY tersebut, terakhir mampu meraih medali emas pada kompetisi Asean University Game (AUG) yang berlangsung di Sumatera Selatan. Meski sempat gamang untuk melakoni tanding, atlet IPSI DIY tersebut akhirnya bisa merebut tempat terhormat dan mengumandangkan Indonesia Raya.
Kegamangan muncul tatkala, harus meninggalkan bangku kuliah selama hampir satu bulan lamanya. Tiga pekan untuk mengikuti pemusatan latihan dan satu pekan untuk mengikuti kompetisi di Palembang. “Berangkat 22 November dan pulangnya tepat 22 Desember (2014),” tandas Firdhana.
Atlet yang mengawali karir di Pencaksilat sejak duduk di bangku taman kanak-kanak tersebut, saat ini tercatat sudah menjadi kader kepala di Tapak Suci yang menjadi titik awal pengembangan karirnya sebagai olahragawan. Kini perjuangan panjang yang dilalui, telah menjadikannya sebagai salah satu dari atlet yang sering mendapatkan kepercayaan untuk mengikuti kompetisi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pasca menjuarai AUG di Palembang, kini warga Bantul tersebut sedang menunggu turunnya surat untuk mengikuti pemusatan latihan nasional atau pelatnas prima. Direncanakan peserta pelatnas akan ditampilan di Seagames dan direncanakan di Asia Games 2018 direncanakan pencaksilat juga akan menjadi ajang yang dikompetisikan.
Kendati karir di pencak silat cukup berkembang, Firdhana tetap memberikan target secara pribadi untuk menyelesaikan pendidikannya di UNY. “Tidak boleh lebih dari delapan semester. Targetnya di 2016 nanti sudah harus bisa selesai,” tandasnya.
Beruntung aktivitasnya menjadi atlet sudah pasti mendapatkan dukungan dari tempatnya belajar yakni Fakultas Ilmu Olahraga UNY. Tidak hanya dari tempatnya menuntut ilmu, dukungan penuh juga diberian orang tua. “Kebetulan bapak yang pertama kali mengajak latihan adalah guru dan juga atlet pencaksilat dan saat ini aktifitas sebagai wasit nasioal,” tambahnya.
Namun dukungan dan prestasi yang dicapai terus memberikan semangat untuk bisa mengelola waktu dengan baik. Dua sisi aktifitas yakni belajar dan pencaksilat terus dimaksimalkan untuk menjawab kepercayaan dari semua pihak. Baik dari keluarga maupun dunia pencaksilat setidaknya di IPSI DIY yang telah memberikan kepercayaan untuk mengisi pelatda.
Termasuk di level nasional, yang ditargetkan secara pribadi bisa masuk dalam tim inti Seagames melalui pelatnas prima. “Semuanya harus bisa teroptimalkan, latihan mendapatkan porsi belajar juga harus bisa terselesaikan,” pungkasnya
(bbk)