Ketika Filsuf Bertemu Profesor

Senin, 09 Maret 2015 - 09:47 WIB
Ketika Filsuf Bertemu Profesor
Ketika Filsuf Bertemu Profesor
A A A
Louis van Gaal dan Arsene Wenger bukan nakhoda biasa. Keduanya tidak melihat segala sesuatu dengan sederhana. Van Gaal dan Wenger selalu memiliki tujuan yang lebih besar. Tidak heran keduanya disebut filsuf dan profesor.

Lahir tidak lama setelah Perang Dunia II, Van Gaal dan Wenger selamat dari lekang waktu dan melatih klub di level tertinggi. Sebuah capaian luar biasa mengingat banyaknya arsitek muda yang bermunculan. Wenger, 20 bulan lebih tua ketimbang Van Gaal, mulai bekerja tujuh tahun mendahului koleganya sejak 1984. Mereka sudah meraih gelar domestik di lima liga Eropa (Prancis, Belanda, Inggris, Spanyol, Jerman).

Van Gaal menambah koleksi dengan memenangkan dua kompetisi Eropa. Sementara Wenger menjadi runnerupdi tiga ajang Benua Biru, termasuk Piala Winners yang berhenti digelar. Keduanya total terlibat di 2.300 pertandingan lebih dengan angka kemenangan melampaui 1.300. Mereka sama-sama memberi ban kapten pada Robin van Persie, Wenger melakukannya di Arsenal dan Van Gaal bersama tim nasional Belanda.

Van Gaal pernah memimpin Bayern Muenchen dan Barcelona, dua klub yang pernah mendekati Wenger pada masa lalu. Meski memiliki banyak kesamaan, keduanya jarang berhadapan. Perempat final Piala FA di Old Trafford dini hari nanti merupakan duel keempat mereka. Keduanya membagi hasil 1-1 di Camp Nou pada Liga Champions 1998/1999.

Van Gaal kemudian berjaya 4-2 pada duel kedua di London, meski gol tuan rumah dicetak eks anak buahnya di Ajax Amsterdam: Dennis Bergkamp dan Marc Overmars. Van Gaal kemudian memetik hasil positif kedua (2-1) di Emirates November 2014 pada Liga Primer. Tidak hanya itu, Wenger juga kerap menderita kala bersua anak didik Van Gaal, mencakup Frank Rijkaard, Pep Guardiola, atau Jose Mourinho.

Dengan rekor buruk, mampukah Wenger memperbaiki catatan melawan Van Gaal? Nakhoda asal Prancis ini akan mencoba melakukannya mengandalkan gaya atraktif. Sementara Van Gaal lebih fleksibel sembari menanam filosofi permainan pada musim pertamanya di Manchester United (MU).

Ironis sebenarnya. Di Arsenal, Wenger mengadopsi pola umpan pendek yang ditanam Van Gaal di Barcelona. Namun, Van Gaal seperti ditunjukkan MU dan Belanda di Piala Dunia 2014, kini mengedepankan pragmatisme dan hasil seiring bertambahnya usia. Van Gaal sudah menganut ideologi baru yang jauh berbeda dari aliran Wenger.

Harley Ikhsan
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0265 seconds (0.1#10.140)