Gamang Pulang Kandang
A
A
A
SWISS - PULANG kampung biasanya dibarengi perasaan sukacita. Tapi, tidak demikian dengan Paulo Sousa, pelatih FC Basel.
Kepulangannya ke Viseu, sebuah kota kecil di Portugal, bukanlah untuk melepas rindu. Lebih dari itu, inilah kesempatan baginya untuk menunjukkan kemampuan sebagai arsitek berbakat. Dan, pembuktian itu bukan tugas ringan. Sousa harus membawa anak asuhnya mengalahkan FC Porto.
Kalaupun seri, minimal bisa menetaskan dua gol ke gawang klub kota kelahirannya itu. “Verdammt schwierig, verdammt schwierig(sangat- sangat sulit),” tutur striker Marco Streller, sebelum bertolak ke Portugal. Sousa juga tidak memiliki nama harum di tanah anggur dan ikan sarden ini.
Setidaknya, Carlos Suares, mantan pelatihnya di klub masa kecilnya, CF Repenses, tidak melihat banyak sumbangannya, setidaknya secara finansial, ke klub yang menempanya itu. “Dia hidup sekarang di dunia lain,” tutur Soares kepada tabloid Swiss.
Kendati demikian, imbuh Soares, nama Repenses, ikut terangkat karena keberhasilan Sousa masuk Juventus dan Borussia Dortmund. Di dua klub inilah Sousa merengkuh Liga Champions. “Kami di sini menerima apa adanya. Nama besarnya mengangkat nama kota ini,“ sebut Soares. Apakah Sousa akan menengok klub masa kecilnya ini, Soares tidak bisa memastikan. “Sampai sekarang tidak ada kabar,” katanya.
Sousa berlatih di Repenses sebelum akhirnya membela Benfica. Dia lalu pindah ke Sporting Lisbon dan selanjutnya ke Juventus dan Dortmund. Perpindahannya dari Benfica ke Sporting menuai tudingan sebagai pengkhianat. “Tapi, di Portugal semua klub memiliki fansyang fanatik. Porto pun demikian. Kami tak hanya akan berhadapan dengan sebelas pemain Porto, tapi juga 55.000 suporter di Estadio do Dragao,“ kata Sousa.
Kepulangan Sousa ke kampung halaman hanyalah salah satu kisah yang mewarnai perjuangan Basel. Klub dari kota kimia Swiss ini dalam tiga pekan belakangan membukukan catatan kurang menenteramkan. Mereka tampil kurang meyakinkan saat mengalahkan klub lemah Vaduz serta tumbang dari Saint Gallen yang berkutat di papan tengah.
Streller, penyerang sekaligus der Kapitan, juga tiba-tiba mengumumkan rencana pensiun setelah musim ini berakhir. Streller adalah sosok anutan Basel di kamar ganti setelah Benjamin Huggel dan Alex Frei lebih dulu gantung sepatu. Peluang menetaskan rekor klub Swiss pertama yang masuk perempat final Liga Champions agaknya cukup sulit.
Paling tidak, dalam leg pertama di Basel, Streller dkk kesulitan membendung sepak terjang Porto. Klub asal Portugal ini, ditulis media Swiss, dinilai memiliki kekuatan layaknya Bayern Muenchen, Real Madrid, atau Barcelona. Portugal juga bukan Inggris. Tak sekali pun klub Swiss menang jika bertanding ke sana. “Basel beruntung tidak kalah di laga pertama,” tutur seorang wartawan Swiss.
Meski begitu, jika pun tersingkir, Basel tak harus terlalu risau. Perjalanannya hingga ke perdelapan besar setidaknya sudah membantu kondisi finansial klub. Beberapa tahun lalu, Basel membukukan hingga 105 juta Swiss Franch setara Rp1,3 triliun.
Jumlah yang hanya bisa membuat iri klub-klub Swiss lainnya. Di klasemen sementara Liga Swiss, FC Basel masih memegang posisi puncak. Di Piala Swiss, Die Bebbiejuga sudah sampai ke semifinal.
Krisna Diantha
Kontributor Koran SINDO
Kepulangannya ke Viseu, sebuah kota kecil di Portugal, bukanlah untuk melepas rindu. Lebih dari itu, inilah kesempatan baginya untuk menunjukkan kemampuan sebagai arsitek berbakat. Dan, pembuktian itu bukan tugas ringan. Sousa harus membawa anak asuhnya mengalahkan FC Porto.
Kalaupun seri, minimal bisa menetaskan dua gol ke gawang klub kota kelahirannya itu. “Verdammt schwierig, verdammt schwierig(sangat- sangat sulit),” tutur striker Marco Streller, sebelum bertolak ke Portugal. Sousa juga tidak memiliki nama harum di tanah anggur dan ikan sarden ini.
Setidaknya, Carlos Suares, mantan pelatihnya di klub masa kecilnya, CF Repenses, tidak melihat banyak sumbangannya, setidaknya secara finansial, ke klub yang menempanya itu. “Dia hidup sekarang di dunia lain,” tutur Soares kepada tabloid Swiss.
Kendati demikian, imbuh Soares, nama Repenses, ikut terangkat karena keberhasilan Sousa masuk Juventus dan Borussia Dortmund. Di dua klub inilah Sousa merengkuh Liga Champions. “Kami di sini menerima apa adanya. Nama besarnya mengangkat nama kota ini,“ sebut Soares. Apakah Sousa akan menengok klub masa kecilnya ini, Soares tidak bisa memastikan. “Sampai sekarang tidak ada kabar,” katanya.
Sousa berlatih di Repenses sebelum akhirnya membela Benfica. Dia lalu pindah ke Sporting Lisbon dan selanjutnya ke Juventus dan Dortmund. Perpindahannya dari Benfica ke Sporting menuai tudingan sebagai pengkhianat. “Tapi, di Portugal semua klub memiliki fansyang fanatik. Porto pun demikian. Kami tak hanya akan berhadapan dengan sebelas pemain Porto, tapi juga 55.000 suporter di Estadio do Dragao,“ kata Sousa.
Kepulangan Sousa ke kampung halaman hanyalah salah satu kisah yang mewarnai perjuangan Basel. Klub dari kota kimia Swiss ini dalam tiga pekan belakangan membukukan catatan kurang menenteramkan. Mereka tampil kurang meyakinkan saat mengalahkan klub lemah Vaduz serta tumbang dari Saint Gallen yang berkutat di papan tengah.
Streller, penyerang sekaligus der Kapitan, juga tiba-tiba mengumumkan rencana pensiun setelah musim ini berakhir. Streller adalah sosok anutan Basel di kamar ganti setelah Benjamin Huggel dan Alex Frei lebih dulu gantung sepatu. Peluang menetaskan rekor klub Swiss pertama yang masuk perempat final Liga Champions agaknya cukup sulit.
Paling tidak, dalam leg pertama di Basel, Streller dkk kesulitan membendung sepak terjang Porto. Klub asal Portugal ini, ditulis media Swiss, dinilai memiliki kekuatan layaknya Bayern Muenchen, Real Madrid, atau Barcelona. Portugal juga bukan Inggris. Tak sekali pun klub Swiss menang jika bertanding ke sana. “Basel beruntung tidak kalah di laga pertama,” tutur seorang wartawan Swiss.
Meski begitu, jika pun tersingkir, Basel tak harus terlalu risau. Perjalanannya hingga ke perdelapan besar setidaknya sudah membantu kondisi finansial klub. Beberapa tahun lalu, Basel membukukan hingga 105 juta Swiss Franch setara Rp1,3 triliun.
Jumlah yang hanya bisa membuat iri klub-klub Swiss lainnya. Di klasemen sementara Liga Swiss, FC Basel masih memegang posisi puncak. Di Piala Swiss, Die Bebbiejuga sudah sampai ke semifinal.
Krisna Diantha
Kontributor Koran SINDO
(ftr)