Akhir Kutukan
A
A
A
MADRID - Keberhasilan menyingkirkan Bayer Leverkusen 3-2 melalui adu penalti pada leg kedua 16 besar Liga Champions di Estadio Vicente Calderon, dini hari kemarin, mengakhiri catatan buruk Atletico Madrid terhadap adu tendangan 12 pas.
Kalah 0-1 pada legpertama, 25 Februari lalu, membuat Atletico langsung tampil menekan. Gol Mario Suarez pada menit ke-27 membuat agregat menjadi 1-1. Karena tidak ada lagi gol yang tercipta hingga 90 menit waktu normal dan masa perpanjangan waktu, pertandingan pun harus ditentukan lewat adu penalti. Tiga dari lima eksekutor Atletico yakni Suarez, Antoine Griezmann, dan Fernando Torres mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Sementara Leverkusen hanya mampu mencetak dua gol yang disumbangkan oleh Simon Rofles dan Gonzalo Castro. Atletico pun melaju ke perempat final. Bagi Atletico, kesuksesan menumbangkan Leverkusen menorehkan sejarah baru. Itu merupakan kemenangan pertama mereka dalam adu penalti di kompetisi Eropa.
Sebelumnya Los Colchonerostakluk 6-7 dari Derby County pada babak kedua Piala UEFA 1974/1975, 1-3 dari Fiorentina pada putaran pertama Piala UEFA 1988/1990 dan 1-3 dari Villarreal di Final Piala Intertoto 2004. Bersama rival sekotanya, Real Madrid, Atletico menjadi klub kedua Primera Liga yang memastikan lolos ke perempat final Liga Champions musim ini.
Keberhasilan Atletico tidak terlepas dari performa gemilang Jan Oblak. Penjaga gawang asal Slovenia tersebut mendadak disanjung publik Estadio Vicente Calderon berkat performa gemilangnya saat menggagalkan tiga tendangan pemain Leverkusen, Hakan Calhanoglu, Omer Toprak, dan Stefan Kiessling. Padahal, sebelumnya Oblak tidak direncanakan untuk tampil.
Dia bermain lantaran penjaga utama Miguel Angel Moya mengalami cedera pada menit ke-23. Kendati memiliki peran besar terhadap kesuksesan Atletico menembus perempat final, Oblak bersikap merendah. Kiper berusia 22 tahun tersebut mengatakan, keberhasilan Atletico mengalahkan Leverkusen merupakan kerja keras seluruh anggota tim dan dukungan fans.
”Saya bukan pahlawan, tetapi semua orang di stadion ini ikut andil. Kami semua adalah pahlawan. Atmosfer luar biasa yang diberikan fansdi Estadion Vicente Calderon membuat segala sesuatunya mudah bagi saya,” kata Oblak, dilansir Inside Spanish Football. Penampilan gemilang Oblak menuai pujian dari Pelatih Atletico Diego Simeone.
Menurut dia, Oblak memiliki mentalitas yang sangat kuat, khususnya ketika menghadapi tekanan besar dalam pertandingan. ”Selalu tidak mudah saat tendangan penalti. Itu lebih kepada keputusan penendang dan ketenangan penjaga gawang. Oblak harus tampil pada pertandingan sulit, tetapi dirinya sangat siap.
Penyelamatan pertamanya sangat menentukan, Dia memiliki ketenangan luar biasa,” ujarnya. Selain memuji Oblak, Simeone mengaku puas dengan penampilan timnya secara keseluruhan. Pelatih asal Argentina tersebut berharap kemenangan atas Leverkusen menjadi modal bagus bagi Atletico untuk menghadapi perempat final.
”Tim bekerja sangat keras dan selalu ingin mendapatkan lebih. Sangat sulit menjadi salah satu delapan tim terbaik Eropa dua tahun berturut-turut untuk tim seperti Atletico. Bagi kami, semua pertandingan sama. Sebuah tim terkadang tidak selalu tampil baik, tetapi para pemain menempatkan jiwa mereka ke dalam pertandingan. Kemenangan ini memberikan kami kekuatan untuk terus bersaing,” pungkasnya.
Alimansyah
Kalah 0-1 pada legpertama, 25 Februari lalu, membuat Atletico langsung tampil menekan. Gol Mario Suarez pada menit ke-27 membuat agregat menjadi 1-1. Karena tidak ada lagi gol yang tercipta hingga 90 menit waktu normal dan masa perpanjangan waktu, pertandingan pun harus ditentukan lewat adu penalti. Tiga dari lima eksekutor Atletico yakni Suarez, Antoine Griezmann, dan Fernando Torres mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Sementara Leverkusen hanya mampu mencetak dua gol yang disumbangkan oleh Simon Rofles dan Gonzalo Castro. Atletico pun melaju ke perempat final. Bagi Atletico, kesuksesan menumbangkan Leverkusen menorehkan sejarah baru. Itu merupakan kemenangan pertama mereka dalam adu penalti di kompetisi Eropa.
Sebelumnya Los Colchonerostakluk 6-7 dari Derby County pada babak kedua Piala UEFA 1974/1975, 1-3 dari Fiorentina pada putaran pertama Piala UEFA 1988/1990 dan 1-3 dari Villarreal di Final Piala Intertoto 2004. Bersama rival sekotanya, Real Madrid, Atletico menjadi klub kedua Primera Liga yang memastikan lolos ke perempat final Liga Champions musim ini.
Keberhasilan Atletico tidak terlepas dari performa gemilang Jan Oblak. Penjaga gawang asal Slovenia tersebut mendadak disanjung publik Estadio Vicente Calderon berkat performa gemilangnya saat menggagalkan tiga tendangan pemain Leverkusen, Hakan Calhanoglu, Omer Toprak, dan Stefan Kiessling. Padahal, sebelumnya Oblak tidak direncanakan untuk tampil.
Dia bermain lantaran penjaga utama Miguel Angel Moya mengalami cedera pada menit ke-23. Kendati memiliki peran besar terhadap kesuksesan Atletico menembus perempat final, Oblak bersikap merendah. Kiper berusia 22 tahun tersebut mengatakan, keberhasilan Atletico mengalahkan Leverkusen merupakan kerja keras seluruh anggota tim dan dukungan fans.
”Saya bukan pahlawan, tetapi semua orang di stadion ini ikut andil. Kami semua adalah pahlawan. Atmosfer luar biasa yang diberikan fansdi Estadion Vicente Calderon membuat segala sesuatunya mudah bagi saya,” kata Oblak, dilansir Inside Spanish Football. Penampilan gemilang Oblak menuai pujian dari Pelatih Atletico Diego Simeone.
Menurut dia, Oblak memiliki mentalitas yang sangat kuat, khususnya ketika menghadapi tekanan besar dalam pertandingan. ”Selalu tidak mudah saat tendangan penalti. Itu lebih kepada keputusan penendang dan ketenangan penjaga gawang. Oblak harus tampil pada pertandingan sulit, tetapi dirinya sangat siap.
Penyelamatan pertamanya sangat menentukan, Dia memiliki ketenangan luar biasa,” ujarnya. Selain memuji Oblak, Simeone mengaku puas dengan penampilan timnya secara keseluruhan. Pelatih asal Argentina tersebut berharap kemenangan atas Leverkusen menjadi modal bagus bagi Atletico untuk menghadapi perempat final.
”Tim bekerja sangat keras dan selalu ingin mendapatkan lebih. Sangat sulit menjadi salah satu delapan tim terbaik Eropa dua tahun berturut-turut untuk tim seperti Atletico. Bagi kami, semua pertandingan sama. Sebuah tim terkadang tidak selalu tampil baik, tetapi para pemain menempatkan jiwa mereka ke dalam pertandingan. Kemenangan ini memberikan kami kekuatan untuk terus bersaing,” pungkasnya.
Alimansyah
(bbg)