Harus Berubah
A
A
A
BAK dua sisi mata uang, penampilan AS Roma pada paruh kedua musim 2014/2015 berbeda 180 derajat dengan putaran pertama. Sejak tahun berganti, Serigala Ibu Kota Italia itu kehilangan tajinya.
Fakta menunjukkan, 10 skor imbang yang dihasilkan telah membuat Roma kehilangan kesempatan menjuarai Seri A. Bahkan, saat seharusnya menciptakan kemenangan demi mengudeta Lazio, tim asuhan Rudi Garcia itu justru dikalahkan Inter Milan 1-2 di Stadio Giuseppe Meazza, dini hari kemarin.
Dampaknya, pemain seperti Miralem Pjanick mulai pesimistis dengan posisi pada klasemen akhir. Gelandang asal Bosnia-Herzegovina itu tidak yakin Roma akan finis tepat di bawah Juventus. Berikut petikan wawancara mantan punggawa Olympique Lyon itu tentang situasi terkini di Trigoria, dilansir berbagai sumber.
Apa yang terjadi dengan Roma?
Kami harus bangkit sesegera mungkin. Kami tidak mungkin melanjutkan kebiasaan (buruk) ini. Saya tidak tahu mengapa. Saya hanya merasa kami seperti dikutuk sulit menang lagi. Sulit menerima kondisi seperti ini (dikalahkan Inter 1-2).
Roma telah kehilangan posisi 2. Bahkan, bukan tidak mungkin akan terlempar dari posisi 3. Komentar Anda?
Kami harus kembali ke karakter awal kami. Masih ada enam pertandingan lagi. Situasinya memang tidak menguntungkan. Namun, kami harus berjuang sekuat tenaga untuk menghasilkan sebanyak mungkin poin. Sebenarnya kami datang ke sini (kandang Inter) untuk mendapatkan poin, tapi sayang kami gagal. Jadi, kami harus melihat ke depan.
Hasil dan penampilan Roma pada 2015 berbeda dengan 2014. Apa penyebabnya? Apakah ada faktor psikologis?
Psikologis? Mungkin saja. Intinya, kami harus mengubah cara bermain dan memperlakukan sebuah pertandingan. Kami harus menemukan kembali gairah yang hilang itu. Kami harus mampu merasakan lagi semangat tempur menggebu yang dulu pernah kami miliki. Tim ini membutuhkan suntikan motivasi untuk menghasilkan kemenangan.
Mungkinkah Roma bangkit pada enam pertandingan sisa?
Seharusnya kami bisa. Kami harus merasa lapar kemenangan. Kami tidak boleh berpuas diri hingga kompetisi berakhir. Memang harus ada perubahan drastis. Kami tidak boleh lagi memaafkan diri kami sendiri saat hasil pertandingan hanya imbang. Kami tidak boleh puas dengan satu poin, apalagi kekalahan.
Apakah ada yang salah dengan starting line-up Roma pada paruh kedua?
Maksud saya, semangat itu tidak boleh hanya dimiliki para pemain yang masuk startinglineup, melainkan semua anggota tim. Semua orang harus memberikan kelebihannya. Lebih banyak. Musim lalu beberapa pemain justru menjadi pahlawan saat memulai pertandingan dari bench. Saya harap hal itu muncul lagi musim ini.
Seberapa sulit lawan-lawan Roma pada enam pertandingan selanjutnya?
Seharusnya tidak terlalu sulit. Saya rasa jika mampu mengalahkan Sassuolo dan Genoa, kami akan benar-benar siap menghadapi pekan-pekan penentuan. Kemenangan tersebut penting karena kami masih akan menghadapi Milan dan Lazio.
Bagaimana dengan tim-tim lain di bawah Roma, seperti Napoli dan Sampdoria? Mungkinkah mereka menggusur Roma?
Saya tidak ingin membicarakan tim lain. Saya tidak peduli dengan hasil pertandingan mereka. Saya hanya ingin fokus. Sebab, persaingan pasti semakin ketat.
Andri ananto
Fakta menunjukkan, 10 skor imbang yang dihasilkan telah membuat Roma kehilangan kesempatan menjuarai Seri A. Bahkan, saat seharusnya menciptakan kemenangan demi mengudeta Lazio, tim asuhan Rudi Garcia itu justru dikalahkan Inter Milan 1-2 di Stadio Giuseppe Meazza, dini hari kemarin.
Dampaknya, pemain seperti Miralem Pjanick mulai pesimistis dengan posisi pada klasemen akhir. Gelandang asal Bosnia-Herzegovina itu tidak yakin Roma akan finis tepat di bawah Juventus. Berikut petikan wawancara mantan punggawa Olympique Lyon itu tentang situasi terkini di Trigoria, dilansir berbagai sumber.
Apa yang terjadi dengan Roma?
Kami harus bangkit sesegera mungkin. Kami tidak mungkin melanjutkan kebiasaan (buruk) ini. Saya tidak tahu mengapa. Saya hanya merasa kami seperti dikutuk sulit menang lagi. Sulit menerima kondisi seperti ini (dikalahkan Inter 1-2).
Roma telah kehilangan posisi 2. Bahkan, bukan tidak mungkin akan terlempar dari posisi 3. Komentar Anda?
Kami harus kembali ke karakter awal kami. Masih ada enam pertandingan lagi. Situasinya memang tidak menguntungkan. Namun, kami harus berjuang sekuat tenaga untuk menghasilkan sebanyak mungkin poin. Sebenarnya kami datang ke sini (kandang Inter) untuk mendapatkan poin, tapi sayang kami gagal. Jadi, kami harus melihat ke depan.
Hasil dan penampilan Roma pada 2015 berbeda dengan 2014. Apa penyebabnya? Apakah ada faktor psikologis?
Psikologis? Mungkin saja. Intinya, kami harus mengubah cara bermain dan memperlakukan sebuah pertandingan. Kami harus menemukan kembali gairah yang hilang itu. Kami harus mampu merasakan lagi semangat tempur menggebu yang dulu pernah kami miliki. Tim ini membutuhkan suntikan motivasi untuk menghasilkan kemenangan.
Mungkinkah Roma bangkit pada enam pertandingan sisa?
Seharusnya kami bisa. Kami harus merasa lapar kemenangan. Kami tidak boleh berpuas diri hingga kompetisi berakhir. Memang harus ada perubahan drastis. Kami tidak boleh lagi memaafkan diri kami sendiri saat hasil pertandingan hanya imbang. Kami tidak boleh puas dengan satu poin, apalagi kekalahan.
Apakah ada yang salah dengan starting line-up Roma pada paruh kedua?
Maksud saya, semangat itu tidak boleh hanya dimiliki para pemain yang masuk startinglineup, melainkan semua anggota tim. Semua orang harus memberikan kelebihannya. Lebih banyak. Musim lalu beberapa pemain justru menjadi pahlawan saat memulai pertandingan dari bench. Saya harap hal itu muncul lagi musim ini.
Seberapa sulit lawan-lawan Roma pada enam pertandingan selanjutnya?
Seharusnya tidak terlalu sulit. Saya rasa jika mampu mengalahkan Sassuolo dan Genoa, kami akan benar-benar siap menghadapi pekan-pekan penentuan. Kemenangan tersebut penting karena kami masih akan menghadapi Milan dan Lazio.
Bagaimana dengan tim-tim lain di bawah Roma, seperti Napoli dan Sampdoria? Mungkinkah mereka menggusur Roma?
Saya tidak ingin membicarakan tim lain. Saya tidak peduli dengan hasil pertandingan mereka. Saya hanya ingin fokus. Sebab, persaingan pasti semakin ketat.
Andri ananto
(ars)