Gajian Pemain Persela Cuma Sampai April
A
A
A
LAMONGAN - Persela Lamongan mengambil keputusan memutus kontrak pemain setelah QNB League 2015 dihentikan secara permanen. Pemutusan kontrak dianggap opsi paling logis mengingat tak ada lagi kegiatan sepak bola sepanjang tahun ini.
Manajer Persela Lamongan Yunan Achmady mengatakan sementara ini keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk timnya. Dikatakan dia, sangat tidak mungkin melanjutkan kontrak pemain jika tim hanya berlatih tanpa pertandingan kompetisi resmi.
Walau begitu, pemutusan kontrak ini masih perlu diikuti pembicaraan lebih mendalam dengan pelatih dan pemain. Manajemen Pesela masih mencari opsi lain alias jalan terbaik dan tidak sekadar memutus kontrak elemen tim di tengah jalan ketika kompetisi terhenti.
"Kami akan membicarakan lagi keputusan pembubaran tim ini. Mungkin ada kebijakan lebih baik, misalnya pemain terikat komitmen tetap berada di Persela musim depan. Tapi ini masih tergantung bagaimana pendapat pemain dan pelatih," jelas Yunan Achmadi, Manager Persela Lamongan.
Opsi pembubaran tim, disebutkan Yunan, sangat logis dan terpaksa harus diterima semua pihak. Sebab sangat tidak mungkin manajemen membayarkan gaji sesuai durasi kontrak, sedangkan klub tak punya pendapatan apa pun, baik dari sponsor maupun penjualan tiket pertandingan.
"Dalam klausul kontrak sudah tertera bahwa kerjasama kontrak antara klub dengan pemain bisa berakhir kalau ada situasi khusus. Pemberhentian liga oleh Exco PSSI juga dikarenakan force majeure. Namun, pemain tetap terima gaji hingga April," lanjut dia.
Dia juga belum bisa berkomentar saat ditanya seandainya kompetisi bergulir kembali. Yunan hanya memastikan saat ini Khoirul Huda dkk masih vakum dari rutinitas latihan hingga batas waktu yang belum ditentukan. "Akan ada pembicaraan lagi," tandasnya.
Pelatih Persela Iwan Setiawan mengatakan, dirinya siap menghadapi keputusan apa pun yang dibuat manajemen Laskar Joko Tingkir. Walau harus memimpin Lamongan hanya di dua pertandingan, Iwan menyadari sulit untuk mempertahankan eksistensi tim.
"Kalau memang tidak ada kompetisi apa pun, ya jelas tidak mungkin tim dipertahankan. Siapa yang akan gaji pemain dan pelatih? Manajemen juga tak punya pemasukan. Walau pahit, saya rasa keputusan pembubaran tim adalah opsi yang harus diterima," urai Iwan.
Bahkan jika Persela mempertahankan pemain sembari berharap ada kompetisi lagi, Iwan juga tak mempersoalkan jika ada rasionalisasi gaji pemain dan pelatih. "Sekarang tim tidak ada kegiatan. Saya bisa memaklumi kalau ada rasionalisasi gaji," kata dia.
Manajer Persela Lamongan Yunan Achmady mengatakan sementara ini keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk timnya. Dikatakan dia, sangat tidak mungkin melanjutkan kontrak pemain jika tim hanya berlatih tanpa pertandingan kompetisi resmi.
Walau begitu, pemutusan kontrak ini masih perlu diikuti pembicaraan lebih mendalam dengan pelatih dan pemain. Manajemen Pesela masih mencari opsi lain alias jalan terbaik dan tidak sekadar memutus kontrak elemen tim di tengah jalan ketika kompetisi terhenti.
"Kami akan membicarakan lagi keputusan pembubaran tim ini. Mungkin ada kebijakan lebih baik, misalnya pemain terikat komitmen tetap berada di Persela musim depan. Tapi ini masih tergantung bagaimana pendapat pemain dan pelatih," jelas Yunan Achmadi, Manager Persela Lamongan.
Opsi pembubaran tim, disebutkan Yunan, sangat logis dan terpaksa harus diterima semua pihak. Sebab sangat tidak mungkin manajemen membayarkan gaji sesuai durasi kontrak, sedangkan klub tak punya pendapatan apa pun, baik dari sponsor maupun penjualan tiket pertandingan.
"Dalam klausul kontrak sudah tertera bahwa kerjasama kontrak antara klub dengan pemain bisa berakhir kalau ada situasi khusus. Pemberhentian liga oleh Exco PSSI juga dikarenakan force majeure. Namun, pemain tetap terima gaji hingga April," lanjut dia.
Dia juga belum bisa berkomentar saat ditanya seandainya kompetisi bergulir kembali. Yunan hanya memastikan saat ini Khoirul Huda dkk masih vakum dari rutinitas latihan hingga batas waktu yang belum ditentukan. "Akan ada pembicaraan lagi," tandasnya.
Pelatih Persela Iwan Setiawan mengatakan, dirinya siap menghadapi keputusan apa pun yang dibuat manajemen Laskar Joko Tingkir. Walau harus memimpin Lamongan hanya di dua pertandingan, Iwan menyadari sulit untuk mempertahankan eksistensi tim.
"Kalau memang tidak ada kompetisi apa pun, ya jelas tidak mungkin tim dipertahankan. Siapa yang akan gaji pemain dan pelatih? Manajemen juga tak punya pemasukan. Walau pahit, saya rasa keputusan pembubaran tim adalah opsi yang harus diterima," urai Iwan.
Bahkan jika Persela mempertahankan pemain sembari berharap ada kompetisi lagi, Iwan juga tak mempersoalkan jika ada rasionalisasi gaji pemain dan pelatih. "Sekarang tim tidak ada kegiatan. Saya bisa memaklumi kalau ada rasionalisasi gaji," kata dia.
(sha)