Rfef Ancam Mogok

Jum'at, 08 Mei 2015 - 08:54 WIB
Rfef Ancam Mogok
Rfef Ancam Mogok
A A A
MADRID - Intervensi pemerintah terhadap kompetisi sepak bola domestik tidak hanya terjadi di Indonesia. Asosiasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) mengancam mogok akibat peraturan baru tentang hak siar Primera Liga.

Regulasi yang memicu kemarahan RFEF adalah tentang kontrak kolektif televisi. Dalam peraturan yang ditetapkan pekan lalu, 50% pendapatan dari layar kaca harus dibagi rata kepada 20 kontestan Primera Liga. Tujuannya agar tidak terjadi kesenjangan pendapatan antara Real Madrid dan Barcelona dengan 18 klub lain.

“Berbeda dengan organisasi lain, RFEF tidak menerima rancangan peraturan tersebut. Padahal, kami sudah minta dengan niat memberikan kontribusi dan memperbaikinya. Namun, pada saat-saat terakhir barulah pemerintah menawari kami sebagian informasi dari data yang dibutuhkan,” bunyi pernyataan resmi organisasi pemimpin Angel Maria Villar itu, dikutip Marca.

Ancaman penundaan liga yang rencananya dimulai Minggu (16/5) itu berlaku pada Primera Liga, Segunda Division, Segunda Division B, dan semua kompetisi di bawah naungan RFEF, termasuk Copa del Rey dan kompetisi amatir. Jika pemogokan benar-benar terjadi, akan ada lebih dari 600.000 pemain dan 30.000 laga di seluruh Spanyol yang ikut terpengaruh.

Menariknya, regulasi baru pemerintah itu ternyata didukung penuh operator Primera Liga (LFP). Lembaga independen di bawah naungan RFEF itu justru menyebut seruan mogok sebagai “tidak sah”. Bahkan, inisiatif utama munculnya regulasi itu sebenarnya datang langsung dari LFP. Karena itu, lembaga pemimpin Javier Tebas tersebut berencana menggugat RFEF jika ancaman mogok tersebut benar-benar dilaksanakan pekan depan.

“LFP ingin menegaskan pentingnya peraturan (tentang hak siar) itu. Itu merupakan sesuatu yang bersejarah bagi sepak bola Spanyol,” bunyi tanggapan LFP terkait ancaman RFEF, dikutip Reuters. Catatan menunjukkan, peraturan lama soal pembagian uang dari hak siar televisi tidak sama untuk semua tim.

Dengan perputaran uang yang mencapai 650 juta euro, Madrid dan Barcelona biasanya mendapatkan jatah paling banyak. Sebanyak 325 juta euro akan diserahkan pada Madrid dan Barcelona atau masing-masing menerima sekitar 162 juta euro. Tim yang popularitasnya berada di posisi 3-5 akan mendapat 37 juta euro, 32 juta euro, dan 25 juta euro.

Sementara tim di urutan 6- 15 mendapat antara 25 juta euro hingga 15 juta euro. Sementara lima tim terbawah hanya meraup tidak lebih dari 14 juta euro. Perbedaan pendistribusian ini bisa terjadi karena klub-klub Spanyol dibebaskan untuk mencari serta mengatur pemasukan hak siar sendiri. Pemerintah menilai pembagian seperti ini tidak adil dan akan menciptakan kecemburuan.

Faktanya, hanya Madrid dan Barcelona yang bisa membeli pemain mahal, sedangkan klub miskin hanya bisa gigit jari. Pengaruh lain adalah ancaman pailit. Banyak klub-klub medioker kesulitan keuangan karena kecilnya pemasukan dari hak siar. Contohnya Malaga yang kini terancam bangkrut. Tidak jarang di antara mereka yang terseok-seok dalam persaingan karena tidak mampu merekrut pemain berkualitas.

Jadi, atas saran LFP, pemerintah pusat mengeluarkan peraturan tersebut. Nantinya, 20 tim yang mengikuti Primera Liga bisa mendapatkan pemasukan sama besar. Masalahnya, RFEF tidak sependapat. Mereka menilai peraturan itu sangat merugikan karena RFEF hanya menerima 4,55% dari total pendapatan.

RFEF menilai jumlah itu tidak memadai. RFEF kesal karena pemerintah pusat mengeluarkan keputusan sepihak. Padahal, RFEF sudah membahas persoalan ini selama lebih dari tiga bulan. Itulah sebabnya RFEF mengancam akan menunda seluruh pertandingan terhitung mulai Sabtu (16/5).

M mirza
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0878 seconds (0.1#10.140)