Mau Jadi Juara Dunia? Nico Thomas: Harus Disiplin, Jangan Diselipin
Kamis, 01 Oktober 2020 - 23:58 WIB
JAKARTA - Nico Thomas menceritakan bagaimana kakaknya Charles Thomas mendidiknya untuk menjadi juara dunia kelas terbang mini versi IBF dan OPBF. Pria kelahiran Ambon, 10 Juni 1966 itu berbicara dalam podcast V’s Boxing Indonesia di bawah promotor tinju Internasional, Milasari Kusumo Anggraini, dengan host Ary Sudarsono, Selasa (30/1/2020).
Dalam kesempatan itu, Nico bercerita bagaimana Charles, yang merupakan mantan juara nasional tinju amatir Indonesia mendidiknya hingga menjadi juara dunia. Mungkin saat itu banyak yang berpikir dilatih kakak kandung sendiri akan lebih mudah dan santai, siapa bilang? (Baca juga: Kisah Perjalanan Muhammad Rachman: Air Seni Keluar Darah hingga Jadi Juara Dunia (Bagian 1) )
Nico mengatakan butuh kerja keras dan motivasi yang luar biasa. Dia juga mengklaim tidak ada petinju yang latihannya seperti dirinya. (Baca juga: Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup) )
"Kalau saya lari (latihan) kecepatan agak turun, abang saya teriak 'woy gak tau malu, mau makanan orang tapi latihannya seperti ini'. Sakit enggak, sakit tentunya," kata Nico.
"Saya pernah diturunkan saat keluar pintu tol jagorawi pas mengarah ke Ciawi. Saat diturunkan saya menggunakan jaket berisi pasir dan kalau kita berkeringat airnya semakin banyak. Dan, dari Ciawi itu saya berlari sampai Cianjur."
Latihan keras dan motivasi besar itulah yang membuat Nico berada di panggung juara. Pria berkumis itu pun berpesan pada petinju di Indonesia bahwa disiplin jangan diselipin.
"Itu fakta. Kalau diselipin di bawah bantal selamat itu. Harusnya bangun jam 06.30 jadi 07.30."
Disinggung apakah petinju berbakat di Tanah Air masih banyak, Nico menjelaskan masih banyak. Tetapi masih ada banyak kendala, mulai dari pembinaan, pertandingan, dan promotor.
Sekadar informasi, Nico Thomas merupakan mantan juara dunia kelas terbang mini pada 1989 setelah mengalahkan Samuth Sithnareupol dengan kemenangan angka. Selang 100 hari kemudian, dia kehilangan gelarnya setelah dipermalukan Eric Chavez dengan kekalahan KO di Istora Senayan.
Pada 2003, Nico kemudian memegang gelar OPBF. Dan, petinju yang terobsesi bertarung hingga 100 pertarungan itu akhirnya memutuskan pensiun pada 2006, setelah menyelesaikan 92 pertarungan.
Dalam kesempatan itu, Nico bercerita bagaimana Charles, yang merupakan mantan juara nasional tinju amatir Indonesia mendidiknya hingga menjadi juara dunia. Mungkin saat itu banyak yang berpikir dilatih kakak kandung sendiri akan lebih mudah dan santai, siapa bilang? (Baca juga: Kisah Perjalanan Muhammad Rachman: Air Seni Keluar Darah hingga Jadi Juara Dunia (Bagian 1) )
Nico mengatakan butuh kerja keras dan motivasi yang luar biasa. Dia juga mengklaim tidak ada petinju yang latihannya seperti dirinya. (Baca juga: Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup) )
"Kalau saya lari (latihan) kecepatan agak turun, abang saya teriak 'woy gak tau malu, mau makanan orang tapi latihannya seperti ini'. Sakit enggak, sakit tentunya," kata Nico.
"Saya pernah diturunkan saat keluar pintu tol jagorawi pas mengarah ke Ciawi. Saat diturunkan saya menggunakan jaket berisi pasir dan kalau kita berkeringat airnya semakin banyak. Dan, dari Ciawi itu saya berlari sampai Cianjur."
Latihan keras dan motivasi besar itulah yang membuat Nico berada di panggung juara. Pria berkumis itu pun berpesan pada petinju di Indonesia bahwa disiplin jangan diselipin.
"Itu fakta. Kalau diselipin di bawah bantal selamat itu. Harusnya bangun jam 06.30 jadi 07.30."
Disinggung apakah petinju berbakat di Tanah Air masih banyak, Nico menjelaskan masih banyak. Tetapi masih ada banyak kendala, mulai dari pembinaan, pertandingan, dan promotor.
Sekadar informasi, Nico Thomas merupakan mantan juara dunia kelas terbang mini pada 1989 setelah mengalahkan Samuth Sithnareupol dengan kemenangan angka. Selang 100 hari kemudian, dia kehilangan gelarnya setelah dipermalukan Eric Chavez dengan kekalahan KO di Istora Senayan.
Pada 2003, Nico kemudian memegang gelar OPBF. Dan, petinju yang terobsesi bertarung hingga 100 pertarungan itu akhirnya memutuskan pensiun pada 2006, setelah menyelesaikan 92 pertarungan.
(mirz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda