Kisah Perjalanan Muhammad Rachman: Air Seni Keluar Darah hingga Jadi Juara Dunia (Bagian 1)
loading...
A
A
A
Bakat tumbuh karena latihan. Itulah slogan yang digunakan Muhammad Rachman saat bercerita mengenai perjuangannya menjadi juara dunia tinju kelas terbang mini versi IBF dan WBA, dalam podcast V’s Boxing Indonesia di bawah promotor tinju Internasional, Milasari Kusumo Anggraini, dengan host Ary Sudarsono, Senin (21/9/2020).
Perjalanan karier Muhammad Rachman menuju panggung juara dunia tidaklah mudah. Ada banyak rintangan yang dihadapinya ketika ia memilih menekuni olahraga tinju. Dia menuturkan pertama kali menyukai tinju lantaran dirinya kerap menyaksikan pertarungan Ellyas Pical, Nicholas Thomas, hingga Muhammad Ali lewat tayangan televisi. (Baca juga: Lewat Tinju, Promotor Milasari Ingin Hidupkan Kembali Sport Tourism )
Saat itu, Rachman masih menempuh pendidikan di Merauke, Papua. "Pada saat saya masih di Marauke, saat itu saya masih suka menonton Muhammad Ali, Elyas Pikal, dan Nicholas Thomas. Saat saya masih bersekolah saya sudah berkata kepada bapak saya, nanti saya akan menjadi juara dunia. Waktu saya menyaksikan pertandingan Nicholas Thomas, saya berkata bahwa saya akan memukul KO dia, dan itu terbukti," kata Muhammad Rachman.
Muhammad Rachman menambahkan, awal mula dirinya mulai belajar tinju ketika ia tinggal di Merauke. Setelah menyelesaikan sekolah, dia lantas berkelana ke Surabaya, Probolinggo, Blitar, hingga ke Jakarta. Itu semua dilakukan hanya demi meraih kesuksesan menjadi seorang juara dunia di olahraga tinju. (Baca juga: Javier Molina Malang, Petinju yang Terbuang Jadi Pegawai Gudang )
"Saat itu saya di Merauke, belajar tinju amatir. Karena di daerah tersebut tidak ada pertandingan, maka perjalanan karier saya hanya latihan dan latihan. Artinya, ini miskin kompetisi. Iya, itu semua karena tinju. Ada satu kota di Solo dan itu sampai reformasi. Waktu itu saya sempat menjadi sparring partner Anis Roga waktu ia akan mengikuti kejuaraan dunia di Amerika. Setelah itu, saya ditarik ke Probolinggo untuk latihan di sana."
"Saat itu masih fokus di tinju dan saya ingin mencari mana sasana yang memiliki manajemen yang baik dan kita bisa cepat diorbitkan. Dan, saya akhirnya menemukan tempat yang pas di Probolinggo."
Di Probolinggo, Muhammad Rachman bertemu M Yunus. Dia adalah pelatih yang mampu mendongkrak popularitasnya sebagai petinju kelas dunia. Meskipun tidak memiliki latar belakang sebagai mantan petinju, namun Yunus mampu membawa The Predator - julukan - Muhammad Rachman, dapat diperhitungkan di kelas terbang mini.
"M Yunus dengan saya seperti seorang ayah dengan anaknya, kakak dengan adiknya. Ada sesuatu yang membuat kami memiliki koneksi yang sama untuk memahami program latihan ini cocok. Kami sering berkomunikasi mengenai pola latihan dan dia selalu menerima masukan dari saya."
Air Seni Keluarkan Darah hingga Jadi Juara Dunia
Muhammad Rachman menuturkan program latihan M Yunus di Probolinggo terbilang berat atau bahkan sangat berat. Pasalnya, dirinya pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan lantaran air seninya mengeluarkan darah.
Perjalanan karier Muhammad Rachman menuju panggung juara dunia tidaklah mudah. Ada banyak rintangan yang dihadapinya ketika ia memilih menekuni olahraga tinju. Dia menuturkan pertama kali menyukai tinju lantaran dirinya kerap menyaksikan pertarungan Ellyas Pical, Nicholas Thomas, hingga Muhammad Ali lewat tayangan televisi. (Baca juga: Lewat Tinju, Promotor Milasari Ingin Hidupkan Kembali Sport Tourism )
Saat itu, Rachman masih menempuh pendidikan di Merauke, Papua. "Pada saat saya masih di Marauke, saat itu saya masih suka menonton Muhammad Ali, Elyas Pikal, dan Nicholas Thomas. Saat saya masih bersekolah saya sudah berkata kepada bapak saya, nanti saya akan menjadi juara dunia. Waktu saya menyaksikan pertandingan Nicholas Thomas, saya berkata bahwa saya akan memukul KO dia, dan itu terbukti," kata Muhammad Rachman.
Muhammad Rachman menambahkan, awal mula dirinya mulai belajar tinju ketika ia tinggal di Merauke. Setelah menyelesaikan sekolah, dia lantas berkelana ke Surabaya, Probolinggo, Blitar, hingga ke Jakarta. Itu semua dilakukan hanya demi meraih kesuksesan menjadi seorang juara dunia di olahraga tinju. (Baca juga: Javier Molina Malang, Petinju yang Terbuang Jadi Pegawai Gudang )
"Saat itu saya di Merauke, belajar tinju amatir. Karena di daerah tersebut tidak ada pertandingan, maka perjalanan karier saya hanya latihan dan latihan. Artinya, ini miskin kompetisi. Iya, itu semua karena tinju. Ada satu kota di Solo dan itu sampai reformasi. Waktu itu saya sempat menjadi sparring partner Anis Roga waktu ia akan mengikuti kejuaraan dunia di Amerika. Setelah itu, saya ditarik ke Probolinggo untuk latihan di sana."
"Saat itu masih fokus di tinju dan saya ingin mencari mana sasana yang memiliki manajemen yang baik dan kita bisa cepat diorbitkan. Dan, saya akhirnya menemukan tempat yang pas di Probolinggo."
Di Probolinggo, Muhammad Rachman bertemu M Yunus. Dia adalah pelatih yang mampu mendongkrak popularitasnya sebagai petinju kelas dunia. Meskipun tidak memiliki latar belakang sebagai mantan petinju, namun Yunus mampu membawa The Predator - julukan - Muhammad Rachman, dapat diperhitungkan di kelas terbang mini.
"M Yunus dengan saya seperti seorang ayah dengan anaknya, kakak dengan adiknya. Ada sesuatu yang membuat kami memiliki koneksi yang sama untuk memahami program latihan ini cocok. Kami sering berkomunikasi mengenai pola latihan dan dia selalu menerima masukan dari saya."
Air Seni Keluarkan Darah hingga Jadi Juara Dunia
Muhammad Rachman menuturkan program latihan M Yunus di Probolinggo terbilang berat atau bahkan sangat berat. Pasalnya, dirinya pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan lantaran air seninya mengeluarkan darah.