Joan Mir, Juara MotoGP Tanpa Perlu Rutin Naik Podium Juara
Senin, 16 November 2020 - 17:01 WIB
VALENCIA - Bisa jadi, keberhasilan Joan Mir menjadi juara dunia MotoGP 2020 tak lepas dari faktor keberuntungan. Beruntung, karena dia menjadi yang terbaik di musim tak lepas dari absennya juara bertahan Marc Marquez yang harus menepi sampai akhir musim karena cedera. Dia juga beruntung denganjadwal balapan yang hanya berpusat di Eropakarena pandemi covid-19, ditambah, tidak ada penonton menjadikan tekanan terasa lebih ringan.
Mir membuat sejarah dengan mengakhiri 20 tahun dahaga timnya di balapan kelas primer, MotoGP. Mir resmi menjadi juara musim 2020 setelah finis ketujuh di MotoGP Valencia 2020 yang berlangsung di Sirkuit Ricardo Tormo, Minggu (15/11/2020), malam WIB. Kenny Roberts, Jr menjadi pembalap terakhir Suzuki yang berhasil menjadi juara dunia pada 2000. Dia finish di atas Valentino Rossi yang saat itu masih menjadi pembalap Honda dan Max Biaggi (Yamaha) di peringkat ketiga.
Catatanya, keberhasilan Roberts tersebut seperti one hit title. Menjadi juara untuk pertama dan terakhir. Setelah menjadi juara, pembalap asal Amerika Serikat itu terdampar di peringkat 11 klasemen akhir masih dengan tim yang sama. Dia juga hanya bisa menempati peringkat delapan klasemen akhir di musim 2002. Roberts gagal menghentikan dominasi Rossi.
Roberts tidak sendiri sebagai one hit champions dalam kurun waktu 20 tahun. Ada nama Nicky Hayden dari Honda yang menjadi penyela juara dunia. Pembalap asal Amerika Serikat itu menjadi juara pada 2006 atau enam tahun setelah kompatriotnya dari negeri Paman Sam mengangkat trofi. Selebihnya, gelar juara dunia berkutat di antara Rossi dengan tujuh gelar, Marc Marquez (6), Jorge Lorenzo (3), Casey Stoner (2) dan terakhir Mir.
Melihat data ini, pertanyaan besar tentu pada kemampuan Mir menjadi juara. Apalagi jika melihat bagaimana penampilan Mir sejauh musim 2020. Dia mungkin disebut sebagai Mr Concistency, karena stabilitas yang dimiliki sepanjang musim. Bukan stabil di podium, tapi stabil selalu bisa mendapatkan poin dalam setiap seri balapan.
Dari 13 balapan, dia hanya tujuh kali naik podium, dengan rincian sekali di podium 1, dua kali di podium 2 dan 3 balapan finish peringkat 3.Dia bahkan sempat gagal finish di dua seri, Spanyol dan Ceko. Imbasnya, poin yang dirah pembalap asal Spayol tersebut tidak bisa dibilang istimewa. Dari 13 seri, dia hanya mendulang 171 poin. Atau rata-rata 13 poin per seri. Kalau dikonfirmasi ke nilai balapan, artinya Mir rata-rata hanya finis di peringkat 4 di setiap serinya atau di luar podium juara.
Rata-rata ini lebih buruk dibandingkan dengan seniornya Roberts yang memiliki rata-rata 16 poin atau berarti selalu menyelesaikan balapan di podium 3. Rata-rata poin Mir ini jauh di bawah Marquez saat menjadi juara di musim 2019. Mengumpulkan 420 poin, dengan 19 seri, membuat Marquez memiliki rata-rata 22 poin dari setiap balapan yang jika dikonfirmasi, ke poin balapan setiap serinya, Marquez tak pernah jauh dari peringkat 2.
Tapi, Mir membantah apa yang dilakukan sebuah keberuntungan. Menurut dia, keputusannya memperkuat Suzuki setelah promosi dari Moto2 adalah bukti kalkulasi yang dilakukan. "Bagi saya, inilah alasan untuk menandatangani kontrak dengan Suzuki. Bagi saya, memenangkan gelar dengan pabrikan mana pun itu luar biasa dan target utama, tetapi saya cukup berani pada saat itu untuk bergabung dengan Suzuki karena saya tidak mengharapkan potensi ini dengan motor di tahun kedua, saya berpikir butuh waktu lebih lama. Bagi saya menang dengan Suzuki memiliki sesuatu yang ekstra, tidak hanya tahun ini, tapi mendapatkan gelar bersama Suzuki berarti sesuatu yang lebih dari biasanya," kata Mir dikutip situs resmi MotoGP.
Pembalap berusia 23 tahun itu mengaku menjadi juara adalah apa yang diperjuangkan sejauh lama. Tepatnya sejak berusia sepuluh tahun. Mimpi yang terus dikejar sehingga didapatkannya, kemarin. "Saya ingin berterima kasih kepada keluarga saya terlebih dahulu, dan kemudian Suzuki dan kesempatan yang mereka berikan pada saya pada tahun 2018, dan sekarang pada tahun 2020 dua tahun kemudian saya adalah Juara Dunia! Sejujurnya saya tidak mengharapkannya, saya mengharapkannya lebih jauh di masa depan! Tapi kami sudah mendapatkan gelar dan sekarang milik kita, jadi aku senang," tandasnya.
Kini, setelah dia mendapatkan gelar juara dan digelari sebagaiMr Concistency, menarik ditunggu apakah dia akan konsisten menjadi juara dan tidak sekadar sebagai pembalap on hit champions, one hit title atau apapun itu. Saat musim depan mungkin mulai sedikit normal, dan Marquez kembali serta Rossi yang berganti tim, ditambah beberapa pembalap muda yang bisa memanaskan pesaingan. Menarik ditunggu. Selamat Mr. Concistency.
(ruf)
tulis komentar anda