Pakai Peluru, Tentara Israel Akhiri Karier Pesepak Bola Muda Palestina Sebelum Mulai
Rabu, 25 Agustus 2021 - 17:30 WIB
Pada hari yang sama, rekan Odeh di Akademi Sepak Bola Olahraga Pele, yang bernama Khalid Sarhan mendapat kabar duka. Saat itu dia berada di ruang ganti tim dan bersiap memasuki stadion. Lalu, ada telfon yang mengabarkan Odeh telah tewas karena ditembak tentara Israel.
Sarhan mengaku hampir pingsan ketika mendengar kabar itu. Dia masih belum percaya sampai ayahnya membenarkan bahwa Odeh telah meninggal.
"Pada malam hari, seorang teman menelepon saya dan bertanya: 'Apakah kamu teman Saeed?' Saya menjawab 'Iya,' lalu dia berkata 'temanmu telah terbunuh oleh tentara (Isrel) dalam perjalanan ke kolam renang,'” ucap Sarhan.
Sarhan lalu bercerita mengenai persahabatnnya dengan Odeh yang dimulai enam tahun lalu di stadion sepak bola. Sarhan mengaku sangat terpukul. Hingga Sarhan sempat memutuskan untuk berhenti bermain setelah kematian Odeh.
Akan tetapi, orang tua Sarhan mendorongnya untuk melanjutkan kariernya di sepak bola demi teman tercintanya. Hingga akhirnya pada Juni lalu, mereka berangkat ke Mesir dan menang di Sharm el-Sheikh tanpa kehadiran Odeh di lapangan.
“Kami menghabiskan siang dan malam bersama. Kehilangannya sangat menyakitkan. Dia penuh dengan semangat hidup," jelasnya.
“Ibu Saeed memberi saya seragamnya, meminta saya untuk membesarkan nama putranya ke mana pun saya pergi dan bermain. "Kami membawa nama dan mimpinya ke Sharm el-Sheikh dan menang,” lanjutnya.
Pelatih Jihad Nassar juga mengungkapkan perasaannya ketika pertama kali bertemu Odeh. Dia mengatakan bahwa Odeh merupakan pribadi yang ramah dan punya permainan yang sangat baik.
“Dia sangat ramah, dia pemarah tapi juga biasa meminta maaf tanpa ragu-ragu. Dalam soal permainan, dia berusaha melakukan yang terbaik," kenang Nassar.
Sarhan mengaku hampir pingsan ketika mendengar kabar itu. Dia masih belum percaya sampai ayahnya membenarkan bahwa Odeh telah meninggal.
"Pada malam hari, seorang teman menelepon saya dan bertanya: 'Apakah kamu teman Saeed?' Saya menjawab 'Iya,' lalu dia berkata 'temanmu telah terbunuh oleh tentara (Isrel) dalam perjalanan ke kolam renang,'” ucap Sarhan.
Sarhan lalu bercerita mengenai persahabatnnya dengan Odeh yang dimulai enam tahun lalu di stadion sepak bola. Sarhan mengaku sangat terpukul. Hingga Sarhan sempat memutuskan untuk berhenti bermain setelah kematian Odeh.
Akan tetapi, orang tua Sarhan mendorongnya untuk melanjutkan kariernya di sepak bola demi teman tercintanya. Hingga akhirnya pada Juni lalu, mereka berangkat ke Mesir dan menang di Sharm el-Sheikh tanpa kehadiran Odeh di lapangan.
“Kami menghabiskan siang dan malam bersama. Kehilangannya sangat menyakitkan. Dia penuh dengan semangat hidup," jelasnya.
“Ibu Saeed memberi saya seragamnya, meminta saya untuk membesarkan nama putranya ke mana pun saya pergi dan bermain. "Kami membawa nama dan mimpinya ke Sharm el-Sheikh dan menang,” lanjutnya.
Pelatih Jihad Nassar juga mengungkapkan perasaannya ketika pertama kali bertemu Odeh. Dia mengatakan bahwa Odeh merupakan pribadi yang ramah dan punya permainan yang sangat baik.
“Dia sangat ramah, dia pemarah tapi juga biasa meminta maaf tanpa ragu-ragu. Dalam soal permainan, dia berusaha melakukan yang terbaik," kenang Nassar.
tulis komentar anda