Kisah Keberingasan Mike Tyson dan Sentuhan Cus D'Amato
Jum'at, 19 November 2021 - 19:03 WIB
Kisah pertemuan Mike Tyson dan Cus D'Amato hingga menjadi seorang petinju Kelas Berat terkejam di planet bumi. Dan, ritual Mike Tyson mengendalikan nafsu di ruang ganti sebelum bertarung ternyata sebagai pelampiasan energinya yang meledak-ledak agar tidak membunuh musuhnya di ring menjadi sisi lain dari Iron Mike.
Saking dahsyatnya energi Mike Tyson, meski sudah disalurkannya dengan menahan syahwat sebelum bertarung, keberingasannya di atas ring tidak ada yang mampu menghentikannya. Rudy Gonzalez, orang kepercayaan Mike Tyson, mantan pengawal dan sopir, mengungkapkan bahwa energi dahsyat Iron Mike membuatnya tak terbendung di pertengahan 80-an.
Gonzalez berani mengatakan itu setelah dia menyaksikan pelampiasan kemarahan, kesedihan, dan siksaan batin Mike Tyson yang saat itu berusia 20 tahun. Energi berlebihan dari Tyson begitu mengerikan ketika menghancurkan Trevor Berbick di ronde kedua. Kemarahan yang meledak-ledak membuat Tyson mencatat sejarah dalam perebutan gelar Kelas Berat pada 22 November 1986.
Setelah itu, Tyson menjelma menjadi petinju paling sadis di bumi. Bagi penggemar tinju dunia di era 80-an, sangat mengenal perilaku Tyon di atas ring. Kejam, tanpa senyum, brutal menghajar musuhnya di atas ring. Sisi gelap Mike Tyson di masa remaja hingga meninggalnya Cus D'Amato menjadi faktor bagaimana mentalnya tak terkendali hingga mendapat julukan The Baddest Man on the planet.
Mike Tyson dilatih Cus D'Amato, orang tua angkat sekaligus pelatihnya.
Sosok Cus D'Amato, yang menjadi wali hukum Tyson setelah menjalani hukuman di penjara remaja, dengan kebapakannya, membimbing Tyson dari seorang yang dicap penjahat jalanan menjadi petinju hebat di masa depan. Namun, setahun sebelum sejarah tercipta saat melawan Trevor Berbick, D'Amato meninggal. Nah, Kepergian D'Amato membuat Mike Tyson terguncang secara mental.
"Mike biasa menangis sebelum bertarung. Dia memiliki masalah kecemasan di mana dia akan putus asa dengan kecemasan karena tidak merasa cukup baik atau tidak ingin mengacaukannya,''ungkap Gonzalez.
"Dia tidak pernah bisa memulihkan rasa kehilangan terhadap Cus, karena dia menemukan seseorang yang spesial yang percaya padanya dan diselamatkan dari neraka. Dia melampiaskannya kepada setiap orang. Itulah sebabnya dia masuk ke ring dengan emosi meledak-ledak saat mengalahkan Berbick."
Saking dahsyatnya energi Mike Tyson, meski sudah disalurkannya dengan menahan syahwat sebelum bertarung, keberingasannya di atas ring tidak ada yang mampu menghentikannya. Rudy Gonzalez, orang kepercayaan Mike Tyson, mantan pengawal dan sopir, mengungkapkan bahwa energi dahsyat Iron Mike membuatnya tak terbendung di pertengahan 80-an.
Gonzalez berani mengatakan itu setelah dia menyaksikan pelampiasan kemarahan, kesedihan, dan siksaan batin Mike Tyson yang saat itu berusia 20 tahun. Energi berlebihan dari Tyson begitu mengerikan ketika menghancurkan Trevor Berbick di ronde kedua. Kemarahan yang meledak-ledak membuat Tyson mencatat sejarah dalam perebutan gelar Kelas Berat pada 22 November 1986.
Setelah itu, Tyson menjelma menjadi petinju paling sadis di bumi. Bagi penggemar tinju dunia di era 80-an, sangat mengenal perilaku Tyon di atas ring. Kejam, tanpa senyum, brutal menghajar musuhnya di atas ring. Sisi gelap Mike Tyson di masa remaja hingga meninggalnya Cus D'Amato menjadi faktor bagaimana mentalnya tak terkendali hingga mendapat julukan The Baddest Man on the planet.
Mike Tyson dilatih Cus D'Amato, orang tua angkat sekaligus pelatihnya.
Sosok Cus D'Amato, yang menjadi wali hukum Tyson setelah menjalani hukuman di penjara remaja, dengan kebapakannya, membimbing Tyson dari seorang yang dicap penjahat jalanan menjadi petinju hebat di masa depan. Namun, setahun sebelum sejarah tercipta saat melawan Trevor Berbick, D'Amato meninggal. Nah, Kepergian D'Amato membuat Mike Tyson terguncang secara mental.
"Mike biasa menangis sebelum bertarung. Dia memiliki masalah kecemasan di mana dia akan putus asa dengan kecemasan karena tidak merasa cukup baik atau tidak ingin mengacaukannya,''ungkap Gonzalez.
"Dia tidak pernah bisa memulihkan rasa kehilangan terhadap Cus, karena dia menemukan seseorang yang spesial yang percaya padanya dan diselamatkan dari neraka. Dia melampiaskannya kepada setiap orang. Itulah sebabnya dia masuk ke ring dengan emosi meledak-ledak saat mengalahkan Berbick."
tulis komentar anda