Pengganti Menpora Idealnya Anak Muda dan Bukan Kader Partai Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kabar pergantian Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) belakangan ini ramai diperbincangkan. Muncul harapan agar penerusnya adalah anak muda dan bukan kader politik.
Amali sebelumnya diyakini telah meminta izin kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) untuk mundur sebagai Menpora. Sebab, dia ingin fokus dengan tugas barunya sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
Kabar terbaru Jokowi mengaku belum menerima surat pengunduran diri Amali. Jadi dia belum bisa membahas siapa yang akan menjadi penggantinya.
Meski demikian, ini tetap menghadirkan angin segar dan harapan untuk perbaikan kelembagaan anak muda terutama dalam bidang olahraga.
Ini disampaikan Tri Alvian Machwana selaku Ketua Bidang Geostrategi dan Hubungan Internasional Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).
Dia menyebut kondisi anak muda saat ini cukup memprihatinkan secara kelembagaan. Belum lagi banyaknya persoalan yang juga tak kunjung usai.
Termasuk diantaranya masih terbelahnya organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang konsen pada isu pemuda.
Ini bisa berakibat proses pembangunan dengan target indeks pemuda 57,67 pada 2024 belum tentu tercapai. Bahkan tantangan ini terjadi sudah terlihat sejak 2019, dan mengalami penurunan di 2020.
"Pada 2022 sendiri kita baru naik lebih dari 1%, tentu ini memprihatinkan, artinya proses konsolidasi lembaga kepemudaan masih belum maksimal," jelas Alvian.
"Pembangunan pemuda itu di ukur dari 5 hal, pertama adalah pendidikan, kedua kesejahteraan, ketiga akses lapangan pekerjaan, keeempat itu kesehatan dan kelima adalah partisipasi dan kepemimpinan gender", lanjutnya.
Alvian menyebut semua itu belum begitu maksimal. Itu terbukti dengan target-target pencapaian kepemudaan yang kalau diasumsikan peningkatannya hanya dengan angka.
Pengacara dan kurator muda ini juga menyayangkan melihat kementerian atau lembaga kepemudaan yang justru kurang pro dengan kepentingan pemuda.
Alvian menilai Kemenpora itu harusnya didominasi anak muda atau yang usianya di bawah 40 tahun dan seorang profesional.
Menurutnya yang memimpin Kemenpora itu iedalnya anak muda yang mengerti apa sebenarnya kebutuhan anak muda untuk hari ini dan masa depan.
"Saya ambil contoh bagaimana negara-negara (asing) berhasil menciptakan partisipasi dibidang olahraga," ucap alumni pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), itu Kamis (2/3/2023).
"Misalnya, seperti Belanda yang kalau kita belajar mereka menjadikan olahraga tidak sebagai orientasi prestasi akan tetapi dibudayakan."
"Sehingga tingkat partisipasi dalam keolahragaan kita meningkat dengan melihat jumlah penduduk 270 juta dan hanya memiliki fasilitas sekitar 20.138 dari 83.931 desa/kelurahan, itu saja sudah timpang," tegasnya.
Alvian berpendapat agar masa depan pemuda dan olahraga di Indonesia bisa lebih baik, harus ada peremajaan.
Setidaknya seluruh stakeholders pemuda memberi saran dengan mendorong kepentingan kementerian pemuda dan olahraga diisi anak muda yang mengerti tentang tantangan serta jalan keluar atas permasalahan yang ada.
"Idealnya anak muda di bawah umur 40 tahun dan bukan kader partai politik, pemuda yang memiliki rekam jejak, kompetensi, serta terlibat aktif dalam proses isu kepemudaan dan olahraga," jelas Alvian.
"Mereka harus mengerti bagaimana seharusnya potensi bonus demografi dimaksimalkan. Intinya hanya anak muda yang mengerti bagaimana anak muda itu dikelola, dibangun sehingga memberi yang terbaik bagi nusa dan bangsa," pungkasnya.
Lihat Juga: Timnas Futsal Indonesia Ranking 24, Menpora: Kita Genjot dan Pastikan Prestasi Makin Tinggi di Dunia
Amali sebelumnya diyakini telah meminta izin kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) untuk mundur sebagai Menpora. Sebab, dia ingin fokus dengan tugas barunya sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
Kabar terbaru Jokowi mengaku belum menerima surat pengunduran diri Amali. Jadi dia belum bisa membahas siapa yang akan menjadi penggantinya.
Meski demikian, ini tetap menghadirkan angin segar dan harapan untuk perbaikan kelembagaan anak muda terutama dalam bidang olahraga.
Ini disampaikan Tri Alvian Machwana selaku Ketua Bidang Geostrategi dan Hubungan Internasional Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).
Dia menyebut kondisi anak muda saat ini cukup memprihatinkan secara kelembagaan. Belum lagi banyaknya persoalan yang juga tak kunjung usai.
Termasuk diantaranya masih terbelahnya organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang konsen pada isu pemuda.
Ini bisa berakibat proses pembangunan dengan target indeks pemuda 57,67 pada 2024 belum tentu tercapai. Bahkan tantangan ini terjadi sudah terlihat sejak 2019, dan mengalami penurunan di 2020.
"Pada 2022 sendiri kita baru naik lebih dari 1%, tentu ini memprihatinkan, artinya proses konsolidasi lembaga kepemudaan masih belum maksimal," jelas Alvian.
"Pembangunan pemuda itu di ukur dari 5 hal, pertama adalah pendidikan, kedua kesejahteraan, ketiga akses lapangan pekerjaan, keeempat itu kesehatan dan kelima adalah partisipasi dan kepemimpinan gender", lanjutnya.
Alvian menyebut semua itu belum begitu maksimal. Itu terbukti dengan target-target pencapaian kepemudaan yang kalau diasumsikan peningkatannya hanya dengan angka.
Pengacara dan kurator muda ini juga menyayangkan melihat kementerian atau lembaga kepemudaan yang justru kurang pro dengan kepentingan pemuda.
Alvian menilai Kemenpora itu harusnya didominasi anak muda atau yang usianya di bawah 40 tahun dan seorang profesional.
Menurutnya yang memimpin Kemenpora itu iedalnya anak muda yang mengerti apa sebenarnya kebutuhan anak muda untuk hari ini dan masa depan.
"Saya ambil contoh bagaimana negara-negara (asing) berhasil menciptakan partisipasi dibidang olahraga," ucap alumni pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), itu Kamis (2/3/2023).
"Misalnya, seperti Belanda yang kalau kita belajar mereka menjadikan olahraga tidak sebagai orientasi prestasi akan tetapi dibudayakan."
"Sehingga tingkat partisipasi dalam keolahragaan kita meningkat dengan melihat jumlah penduduk 270 juta dan hanya memiliki fasilitas sekitar 20.138 dari 83.931 desa/kelurahan, itu saja sudah timpang," tegasnya.
Alvian berpendapat agar masa depan pemuda dan olahraga di Indonesia bisa lebih baik, harus ada peremajaan.
Setidaknya seluruh stakeholders pemuda memberi saran dengan mendorong kepentingan kementerian pemuda dan olahraga diisi anak muda yang mengerti tentang tantangan serta jalan keluar atas permasalahan yang ada.
"Idealnya anak muda di bawah umur 40 tahun dan bukan kader partai politik, pemuda yang memiliki rekam jejak, kompetensi, serta terlibat aktif dalam proses isu kepemudaan dan olahraga," jelas Alvian.
Baca Juga
"Mereka harus mengerti bagaimana seharusnya potensi bonus demografi dimaksimalkan. Intinya hanya anak muda yang mengerti bagaimana anak muda itu dikelola, dibangun sehingga memberi yang terbaik bagi nusa dan bangsa," pungkasnya.
Lihat Juga: Timnas Futsal Indonesia Ranking 24, Menpora: Kita Genjot dan Pastikan Prestasi Makin Tinggi di Dunia
(mirz)