Setelah Indonesia, Kini Inggris Disorot Dunia Gara-gara Cabut Larangan Petenis Rusia Tampil di Wimbledon
loading...
A
A
A
LONDON - Indonesia dalam beberapa pekan terakhir mendapat sorotan mata dunia setelah FIFA mencabut status Piala Dunia U-20 2023. Permasalahannya lantaran adanya penolakan terkait keikutsertaan Timnas Israel U-20.
Pekan lalu, FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi administrasi untuk Indonesia dengan membekukan dana bantuan melalui program FIFA Forward 3.0. FIFA Forward 3.0 adalah program yang diluncurkan pada Januari 2023.
Akibatnya, Indonesia kehilangan dana bantuan sekira ratusan miliar dari FIFA untuk pengembangan sepak bola jangka panjang. Setelah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir mendapat sorotan dunia, kini giliran Inggris.
Hal yang memicu perhatian dunia adalah ketika penyelenggara Grand Slam Wimbledon 2023 mencabut larangan petenis Rusia dan Belarussia tampil di event bergengsi tersebut.
Baca Juga:
Ketua All England Club Ian Hewitt mengatakan keputusan untuk mencabut larangan itu diambil dengan berat hati dan di bawah tekanan berat dari petenis lainnya. "Kami terus mengutuk sepenuhnya invasi ilegal Rusia dan dukungan sepenuh hati kami tetap bersama rakyat Ukraina. Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tidak dianggap enteng atau tanpa banyak pertimbangan bagi mereka yang akan terkena dampaknya," ungkapnya dikutip dari Daily Star, Kamis (13/4/2023).
"Menurut pandangan kami, dengan mempertimbangkan semua faktor, ini adalah pengaturan yang paling tepat untuk The Championships tahun ini," sambung Hewitt.
Sementara itu, di bagian terpisah, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba angkat bicara. Dia menilai bahwa penyelenggara Grand Slam Wimbledon 2023 kurang berani dalam mengambil keputusan.
Baca Juga:
"Tahun lalu, Wimbledon mengambil keputusan yang sulit namun mulia untuk melarang petenis dari Rusia dan Belarusia. Penyelenggara berhak mendapat pujian karena melakukan hal yang benar," kata Dmytro saat berbicara pada The Express.
"Apa yang telah berubah sejak itu? Kita seharusnya tidak menyerahkan kemenangan kepada Putin. Jika penyelenggara Wimbledon kurang berani, pejabat London bisa berdiri teguh dan menutup pintu."
Sekadar informasi, Wimbledon adalah satu-satunya turnamen Grand Slam yang mencegah atlet Rusia dan Belarusia tampil pada tahun lalu. Sementara tiga grand slam lainnya, yakni Australia Open, Prancis Open, dan AS Open semuanya menolak untuk memberlakukan larangan yang sama.
Pekan lalu, FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi administrasi untuk Indonesia dengan membekukan dana bantuan melalui program FIFA Forward 3.0. FIFA Forward 3.0 adalah program yang diluncurkan pada Januari 2023.
Akibatnya, Indonesia kehilangan dana bantuan sekira ratusan miliar dari FIFA untuk pengembangan sepak bola jangka panjang. Setelah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir mendapat sorotan dunia, kini giliran Inggris.
Hal yang memicu perhatian dunia adalah ketika penyelenggara Grand Slam Wimbledon 2023 mencabut larangan petenis Rusia dan Belarussia tampil di event bergengsi tersebut.
Baca Juga:
Ketua All England Club Ian Hewitt mengatakan keputusan untuk mencabut larangan itu diambil dengan berat hati dan di bawah tekanan berat dari petenis lainnya. "Kami terus mengutuk sepenuhnya invasi ilegal Rusia dan dukungan sepenuh hati kami tetap bersama rakyat Ukraina. Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tidak dianggap enteng atau tanpa banyak pertimbangan bagi mereka yang akan terkena dampaknya," ungkapnya dikutip dari Daily Star, Kamis (13/4/2023).
"Menurut pandangan kami, dengan mempertimbangkan semua faktor, ini adalah pengaturan yang paling tepat untuk The Championships tahun ini," sambung Hewitt.
Sementara itu, di bagian terpisah, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba angkat bicara. Dia menilai bahwa penyelenggara Grand Slam Wimbledon 2023 kurang berani dalam mengambil keputusan.
Baca Juga:
"Tahun lalu, Wimbledon mengambil keputusan yang sulit namun mulia untuk melarang petenis dari Rusia dan Belarusia. Penyelenggara berhak mendapat pujian karena melakukan hal yang benar," kata Dmytro saat berbicara pada The Express.
"Apa yang telah berubah sejak itu? Kita seharusnya tidak menyerahkan kemenangan kepada Putin. Jika penyelenggara Wimbledon kurang berani, pejabat London bisa berdiri teguh dan menutup pintu."
Sekadar informasi, Wimbledon adalah satu-satunya turnamen Grand Slam yang mencegah atlet Rusia dan Belarusia tampil pada tahun lalu. Sementara tiga grand slam lainnya, yakni Australia Open, Prancis Open, dan AS Open semuanya menolak untuk memberlakukan larangan yang sama.
(yov)