Franco Morbidelli Sebut Tim Pabrikan Jepang Krisis di MotoGP
loading...
A
A
A
HOHENSTEIN-ERNSTTHAL - Franco Morbidelli menyebut tim pabrikan Jepang sedang mengalami krisis di MotoGP . Pembalap Monster Energy Yamaha itu menilai orang-orang Eropa bisa bekerja lebih baik sehingga mampu mengembangkan motor mereka sepanjang musim.
Start dari posisi 16, Morbidelli menyelesaikan balapan di MotoGP Jerman 2023, Minggu (18/6/2023), di posisi 12. Dia menyalip rekan setimnya, Fabio Quartararo, di paruh kedua balapan, sama seperti balapan sebelumnya di MotoGP Italia.
Pembalap asal Italia itu cukup puas dengan pencapaiannya. Sebab, catatan waktu yang dia torehkan sama dengan yang dicatat El Diablo -julukan Quartararo- ketika memenangkan balapan di Sirkuit Sachsenring itu tahun 2022.
"Balapan sangat bagus, kecepatannya konstan. Kami bisa mencapai total waktu yang sama dengan Fabio ketika dia memenangkan balapan pada 2022,” kata Morbidelli dilansir dari Speedweek, Selasa (20/6/2023).
Morbidelli paham bahwa kecepatannya tak cukup untuk bersaing di papan atas. Sebab, tim pabrikan Eropa, yang mengamankan posisi 1-11 di Sachsenring (1-9 Ducati), telah berkembang pesat dibanding tahun lalu.
Pembalap berusia 28 tahun itu pun menjadi pembalap terbaik dari tim pabrikan Jepang yang finis di Jerman. Morbidelli unggul atas Quartararo dan pembalap LCR Honda, Takaaki Nakagami. Sementara tiga pembalap Honda lainnya, Marc Marquez, Joan Mir dan Alex Rins, absen karena cedera.
“Masalahnya, tahun ini semuanya berbeda. Semua bisa meningkat pesat. Namun demikian, saya harus berterima kasih kepada kru. Mereka membuat keputusan yang tepat dan mendapatkan hasil maksimal dari paket yang ada,” ungkap pembalap jebolan VR46 Academy itu.
“Oke, saya pembalap terbaik dengan motor Jepang, kita harus mengambil jalan itu. Kami harus membawa hal-hal positif kecil ini bersama, berefleksi dan bersiap untuk langkah selanjutnya,” imbuhnya.
Namun, hasil tersebut menjadi tanda bahwa tim pabrikan Jepang sangat jauh tertinggal dari tim-tim Eropa seperti Ducati dan KTM. Kedua pabrikan Eropa itu tampil sangat kompetitif musim ini.
Morbidelli pun melontarkan kritik kepada orang-orang Jepang yang menurutnya sedang mengalami krisis. Faktanya, Honda dan Yamaha duduk di dua posisi terbawah klasemen konstruktor.
Hanya Quartararo, pembalap dari tim pabrikan Negeri Sakura yang duduk di posisi 10 besar klasemen pembalap di mana dia berada di urutan delapan dengan koleksi 57 poin.
“Kita bisa menyebutnya krisis, krisis Jepang. Orang Eropa bisa bekerja lebih baik, terutama Ducati dan juga KTM. Mereka mampu memasukkan lebih banyak ide ke dalam proyek," jelas runner-up MotoGP 2020 itu. "Mereka meningkat lagi dari tahun lalu ke tahun ini dan juga meningkat sepanjang tahun.”
“Saya berharap sesuatu akan berubah di masa depan. Akan lebih baik bagi kami sebagai pembalap untuk pabrikan Jepang dan juga lebih baik untuk pertunjukan,” pungkasnya.
Start dari posisi 16, Morbidelli menyelesaikan balapan di MotoGP Jerman 2023, Minggu (18/6/2023), di posisi 12. Dia menyalip rekan setimnya, Fabio Quartararo, di paruh kedua balapan, sama seperti balapan sebelumnya di MotoGP Italia.
Pembalap asal Italia itu cukup puas dengan pencapaiannya. Sebab, catatan waktu yang dia torehkan sama dengan yang dicatat El Diablo -julukan Quartararo- ketika memenangkan balapan di Sirkuit Sachsenring itu tahun 2022.
"Balapan sangat bagus, kecepatannya konstan. Kami bisa mencapai total waktu yang sama dengan Fabio ketika dia memenangkan balapan pada 2022,” kata Morbidelli dilansir dari Speedweek, Selasa (20/6/2023).
Morbidelli paham bahwa kecepatannya tak cukup untuk bersaing di papan atas. Sebab, tim pabrikan Eropa, yang mengamankan posisi 1-11 di Sachsenring (1-9 Ducati), telah berkembang pesat dibanding tahun lalu.
Pembalap berusia 28 tahun itu pun menjadi pembalap terbaik dari tim pabrikan Jepang yang finis di Jerman. Morbidelli unggul atas Quartararo dan pembalap LCR Honda, Takaaki Nakagami. Sementara tiga pembalap Honda lainnya, Marc Marquez, Joan Mir dan Alex Rins, absen karena cedera.
“Masalahnya, tahun ini semuanya berbeda. Semua bisa meningkat pesat. Namun demikian, saya harus berterima kasih kepada kru. Mereka membuat keputusan yang tepat dan mendapatkan hasil maksimal dari paket yang ada,” ungkap pembalap jebolan VR46 Academy itu.
“Oke, saya pembalap terbaik dengan motor Jepang, kita harus mengambil jalan itu. Kami harus membawa hal-hal positif kecil ini bersama, berefleksi dan bersiap untuk langkah selanjutnya,” imbuhnya.
Namun, hasil tersebut menjadi tanda bahwa tim pabrikan Jepang sangat jauh tertinggal dari tim-tim Eropa seperti Ducati dan KTM. Kedua pabrikan Eropa itu tampil sangat kompetitif musim ini.
Morbidelli pun melontarkan kritik kepada orang-orang Jepang yang menurutnya sedang mengalami krisis. Faktanya, Honda dan Yamaha duduk di dua posisi terbawah klasemen konstruktor.
Hanya Quartararo, pembalap dari tim pabrikan Negeri Sakura yang duduk di posisi 10 besar klasemen pembalap di mana dia berada di urutan delapan dengan koleksi 57 poin.
“Kita bisa menyebutnya krisis, krisis Jepang. Orang Eropa bisa bekerja lebih baik, terutama Ducati dan juga KTM. Mereka mampu memasukkan lebih banyak ide ke dalam proyek," jelas runner-up MotoGP 2020 itu. "Mereka meningkat lagi dari tahun lalu ke tahun ini dan juga meningkat sepanjang tahun.”
“Saya berharap sesuatu akan berubah di masa depan. Akan lebih baik bagi kami sebagai pembalap untuk pabrikan Jepang dan juga lebih baik untuk pertunjukan,” pungkasnya.
(sha)