Gervonta Davis Atau Shakur Stevenson, Frank Martin: Siapa Takut?

Gervonta Davis atau Shakur Stevenson bagi Frank Martin, petinju prospek kelas ringan optimistis bisa mengalahkan mereka. Sebelum menghadapi dua petinju tak terkalahkan tersebut, Frank Martin harus menghadapi Artem Harutyunyan.

Mengalahkan Artem Harutyunyan tidak akan meredakan keraguan Frank Martin, namun hal itu akan membawanya selangkah lebih dekat ke tempat yang ia inginkan. Untuk pertama kalinya dalam kariernya, Martin akan menjadi tokoh utama dalam pertunjukannya sendiri.



Berdiri di hadapannya pada malam itu, adalah Harutyunyan, mantan peraih medali perunggu Olimpiade. Walau penantang kelahiran Jerman ini tidak dapat dikatakan sebagai penantang yang signifikan dalam kompetisi ini, menghadapi dirinya memberi Martin kesempatan untuk menampilkan sedikit kemampuannya.

Saat ini, kelas ringan dipenuhi oleh para petarung berbakat dari atas sampai bawah. Namun, dua nama yang biasanya menonjol di jajaran teratas adalah Shakur Stevenson dan Gervonta Davis.

Frank Martin, pada umumnya, tidak cemburu dengan ketenaran yang mereka terima. Meskipun namanya tidak terdengar sekencang kedua petinju tersebut, namun dalam hal kemampuannya di atas ring, Martin tidak takut dan siap untuk menghadapi keduanya. "Saya merasa siap menghadapi Gervonta Davis dan Shakur Stevenson," ujar Martin dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini. "Saya siap menghadapi mereka."

Ironisnya, baik Stevenson maupun Davis sedang membutuhkan lawan kuat untuk bertarung. Davis, saat terakhir kali terlihat, secara permanen menutup mulut Ryan Garcia, rival lamanya. Dengan sebuah knockdown pada ronde kedua, Davis secara resmi memastikan kemenangannya pada ronde ketujuh, menghentikan Garcia dengan sebuah pukulan ke arah tubuh.



Stevenson, di sisi lain, juga sama merusaknya baru-baru ini. Hanya beberapa minggu sebelum Davis menyapu bersih kemenangan atas Garcia, Stevenson melibas Shuichiro Yoshino dan membuatnya menyerah di ronde ketujuh.

Dari balik bayang-bayang, Martin tidak banyak bicara. Sebaliknya, ia bangun setiap hari dan melakukan rutinitas monoton dan biasa. Petinju berusia 28 tahun ini seringkali menghabiskan pagi harinya di sasana, mengistirahatkan tubuhnya di sore hari, lalu melanjutkan aktivitasnya di malam hari.

Dengan mempertimbangkan jumlah kerja keras yang telah ia lakukan, Martin percaya bahwa sekarang atau tidak sama sekali. "Saya tidak berlatih dan berada di sasana setiap hari untuk tidak siap menghadapi mereka."