22 Cedera yang Hambat Pedrosa jadi Juara Dunia MotoGP (Bagian II/Habis)

Sabtu, 12 November 2016 - 08:00 WIB
22 Cedera yang Hambat Pedrosa jadi Juara Dunia MotoGP (Bagian II/Habis)
22 Cedera yang Hambat Pedrosa jadi Juara Dunia MotoGP (Bagian II/Habis)
A A A
VALENCIA - Nah pertanyaannya kini, apakah dengan kenaikan berat minimum motor yang ditunggangi Dani Pedrosa, hingga mencapai 40-50 kg dari peralihan kelas 250cc ke MotoGP, telah menyebabkan dia tak bisa meraih gelar juara dunia kelas bergengsi? Jawabannya bisa jadi itu cukup punya pengaruh. Pasalnya sejak naik ke kelas utama mulai 2006, Pedrosa secara regular minimal terjatuh dua kali setiap musimnya. Kemungkinan besar penyebabnya, kekuatan fisiknya tak mendukung rider kelahiran Sabadell, Spanyol tersebut buat melahap keseluruhan putaran di setiap seri selama semusim.

Karena seperti diketahui, lomba kelas bergengsi melahap lebih banyak dua lap ketimbang Moto2 dan empat putaran lebih banyak daripada Moto3. Kalau bicara jarak, maka lomba kelas bergengsi misalnya di Sirkuit Phillip Island, Australia akhir pekan ini akan melahap total jarak 120,1 km. Sedang kelas Moto2 (111,2 km = lebih sedikit 10 km) dan Moto3 (102,3 km = lebih sedikit 20 km). Dengan motor yang lebih berat dan jarak yang lebih panjang, otomatis para pembalap kelas bergengsi mesti memiliki kekuatan fisik esktra ketimbang rekan seprofesi mereka pada kelas di bawahnya.

Anda pasti juga mendengar kalau Andrea Iannone tidak mau beresiko mengendarai motor Ducati yang tenaganya ‘liar’ pada tiga lomba terakhir. Mengingat kondisi fisiknya pasca cedera di GP San Marino belum pulih 100 persen. Juga kata Dovi usai lomba GP Inggris yang mana dia mengatakan kondisi fisiknya benar-benar terkuras guna menguasi GP16 di Silverstone.

Tapi, apakah kegagalan Pedrosa jadi juara dunia kelas utama salah satunya termasuk tragedi pada lomba MotoGP 2011 di Sirkuit Le Mans, di mana mendiang Marco Simoncelli mengambil racing line-nya yang mengantar Pedrosa tersungkur ke aspal plus mendapatkan patah tulang selangka kanan? Bisa jadi ya, karena permasalahan sering terjatuh saat lomba juga yang membuatnya dapat cedera, hingga menjalani operasi dan menyebabkan Pedrosa absen di beberapa seri setiap musimnya. Hampir pasti, pembalap yang absen di sejumlah seri punya kans lebih besar gagal juara dunia pada musim di mana dia absen.

Dari tiga kali runner-up akhir musim yang diraih Pedrosa di kelas bergengsi. Untuk edisi 2007 Pedrosa kalah telak dari Stoner, tapi dengan catatan Pedrosa tiga kali terjatuh dan non finis. Stoner saat itu tak pernah gagal finis. Lalu pada 2010 ketika kalah mutlak dari Jorge Lorenzo, ada catatan Pedrosa sekali gagal finis plus tiga kali absen akibat cedera. Lorenzo saat itu tak pernah gagal finis dan tak pernah lebih buruk dari urutan 4.

Kalau bicara peluang terbaik Pedrosa jadi juara dunia, kemungkinan besar pada edisi 2012 saat dia masuk peralihan usia emas seorang atlet, 27-28 tahun. Musim itu Pedrosa finis nomor dua dengan nilai 332 atau hanya minus 18 poin dari Lorenzo yang merebut gelar keduanya. Uniknya musim itu, Lorenzo dan Pedrosa sama-sama dua kali terjatuh dan gagal menyelesaikan lomba. Kesimpulannya, apakah penyebab Pedrosa selama ini belum mengecap juara dunia MotoGP akibat fisik mungilnya? Pasca cedera parah yang dideritanya pada MotoGP Motegi akhir pekan lalu. Berikut kami tampilkan cedera dan operasi apa saja yang pernah dilakoni Pedrosa pada sepanjang kariernya di balap GP Motor dunia seperti dirangkum dalam infografis Corriere dello Sport.

Dimulai dari petunjuk gambar sebelah kiri atas hingga ke bawah, lalu diikuti dari sebelah kanan atas hingga ke bawah:
*Retak/patah tulang selangka kanan (MotoGP Le Mans 2011 dan Motegi 2016).
*Retak/patah tulang pada bagian kepala humerus di bahu kanan (250cc Motegi 2005).
*Retak/patah tulang metakarpal kedua (jari telunjuk) tangan kanan (Tes MotoGP Sepang 2008).
*Keseleo sendi jari tengah tangan kiri (MotoGP Sachsenring 2008).
*Peradangan umum di tangan kiri dengan hematoma dalam pembuluh darah tendon ekstensor. Retak di bagian distal jari telunjuk tangan kiri. Terkilir jari tengah kiri. Retak/patah tulang besar pada pergelangan tangan kiri (MotoGP Sachsenring 2008).
*Retak tulang tidak lengkap di bagian tulang paha kanan. Cedera yang membutuhkan istirahat total dan pengobatan dengan obat penghilang rasa sakit (MotoGP Mugello 2009).
*Luka dalam di lutut kanan dan kehilangan materi kulit dengan 5 jahitan vertikal (MotoGP Sepang 2008).
*Distorsi pada ligamen kolateral eksternal pergelangan kaki kanan (MotoGP Sachsenring 2008).
*Retak/patah tulang tepat pada bagian luar pergelangan kaki kanan (125cc Phillip Island 2003).
Kini beralih ke petunjuk gambar sebelah kanan dari atas hingga ke bawah:
*Sindrom kompartemen pada pompa lengan tangan kanan (MotoGP Losail 2015).
*Retak/patah tulang selangka kiri (MotoGP Motegi 2010 dan Sachsenring 2013).
*Retak/patah besar di pergelangan tangan kiri (MotoGP Sachsenring 2008).
*Distal radius retak/patah tulang di pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan memar di lutut kiri yang membutuhkan cangkok kulit, karena bekas luka dibuka kembali dari operasi sebelum Natal (Tes MotoGP Losail 2009).
*Lumbar trauma (pinggang) (Tes MotoGP Catalunya 2008).
*Memar di bagian tengah lutut kiri yang meluas ke bagian dalam paha kiri (MotoGP Phillip Island 2008).
*Hilangnya kepadatan di lutut kiri (Tes MotoGP Losail 2009).
*Retak/patah tibia (tulang kering) kiri (125cc Phillip Island 2003).
*Retak/patah tulang pergelangan kaki kanan (125cc Phillip Island 2003).
*Retak/patah tulang kecil di jempol kaki kiri (MotoGP Sepang 2006).
Yang belum termasuk dalam petunjuk gambar:
*Trauma thoracic (leher) (MotoGP Turki 2007).
*Desember 2009 menjalani operasi untuk mengangkat skrup dari pergelangan tangan kirinya.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5861 seconds (0.1#10.140)