Atlet Indonesia Lintang Cahyani dan Widia Pujiyanti Terhenti di Bern Climbing 2023
loading...
A
A
A
BERN - Harapan Lintang Cahyani Sukma dan Widia Pujiyanti untuk berkompetisi di Olimpiade Paris 2024 terpaksa tertunda. Penampilan dua atlet panjat tebing Indonesia dalam ajang Bern Climbing 2023 tidak berlangsung sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, tiket mereka untuk menuju Paris 2024 harus menghadapi tantangan, karena keduanya bahkan tersingkir pada babak penyisihan kategori boulder.
Peringkat Lintang berada di urutan 104, sedangkan Fujiyanti berada di urutan 102. Kedua peringkat ini tentu tidak diharapkan, terutama mengingat jumlah peserta dalam kategori boulder hanya sejumlah 109 orang.
Liputan langsung SINDOnews mengungkapkan bahwa keduanya sering mengalami kesulitan, bahkan beberapa kali gagal mencatatkan skor di beberapa dinding boulder di Curling Hall Bern, Swiss, Kamis (3/8/2023).
"Memang kondisi di kelas ini sangat berat," ungkap seorang perwakilan dari Federasi Panjat Tebing Indonesia. Meskipun demikian, kekalahan telak ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk masa depan. "Mengingat usia mereka yang masih muda, mereka memiliki banyak waktu untuk memperbaiki performa," tambahnya.
Widya, atlet panjat tebing asal DKI Jakarta, saat ini berusia 24 tahun. Sementara itu, Lintang, yang berasal dari Yogyakarta, baru saja genap berusia 18 tahun. "Jika pada tahun 2024 mereka tidak berhasil meraih tiket ke Paris, mereka masih memiliki peluang di Olimpiade 2028," sambungnya.
Widya dan Lintang tetap memiliki peluang untuk meraih tiket ke Paris jika mampu meraih medali emas atau perak dalam ajang tingkat Asia yang akan diadakan di Jakarta pada bulan November mendatang.
Gelar juara dalam kategori boulder di Bern berhasil diraih oleh Janja Garnbret. Sejak babak penyisihan, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2021 ini tampil mengesankan. Prestasinya juga terlihat pada babak semifinal, dan tentu saja pada final di Post Finance Arena, Bern, Swiss. Janja menunjukkan keberanian dengan melompat untuk mencapai puncak boulder.
Janja, yang juga dikenal karena pendekatan tidak percaya pada diet ekstrim yang ketat, sesuai dengan isu yang sedang hangat dalam cabang olahraga ini, membuktikan bahwa menjadi juara tidak hanya melulu mengenai diet ketat. "Dengan diet yang ekstrem, tenaga juga menjadi terbatas," ungkapnya.
Dengan meraih medali emas, Janja berhak mendapatkan tiket ke Olimpiade Paris 2024. Sementara itu, tiket ke Paris berikutnya berhasil diraih oleh Oriane Bertone dari Prancis.
Lihat Juga: Saptoyogo Purnomo Berpeluang Raih Medali Kedua untuk Indonesia di Paralimpiade Paris 2024
Peringkat Lintang berada di urutan 104, sedangkan Fujiyanti berada di urutan 102. Kedua peringkat ini tentu tidak diharapkan, terutama mengingat jumlah peserta dalam kategori boulder hanya sejumlah 109 orang.
Liputan langsung SINDOnews mengungkapkan bahwa keduanya sering mengalami kesulitan, bahkan beberapa kali gagal mencatatkan skor di beberapa dinding boulder di Curling Hall Bern, Swiss, Kamis (3/8/2023).
"Memang kondisi di kelas ini sangat berat," ungkap seorang perwakilan dari Federasi Panjat Tebing Indonesia. Meskipun demikian, kekalahan telak ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk masa depan. "Mengingat usia mereka yang masih muda, mereka memiliki banyak waktu untuk memperbaiki performa," tambahnya.
Widya, atlet panjat tebing asal DKI Jakarta, saat ini berusia 24 tahun. Sementara itu, Lintang, yang berasal dari Yogyakarta, baru saja genap berusia 18 tahun. "Jika pada tahun 2024 mereka tidak berhasil meraih tiket ke Paris, mereka masih memiliki peluang di Olimpiade 2028," sambungnya.
Widya dan Lintang tetap memiliki peluang untuk meraih tiket ke Paris jika mampu meraih medali emas atau perak dalam ajang tingkat Asia yang akan diadakan di Jakarta pada bulan November mendatang.
Gelar juara dalam kategori boulder di Bern berhasil diraih oleh Janja Garnbret. Sejak babak penyisihan, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2021 ini tampil mengesankan. Prestasinya juga terlihat pada babak semifinal, dan tentu saja pada final di Post Finance Arena, Bern, Swiss. Janja menunjukkan keberanian dengan melompat untuk mencapai puncak boulder.
Janja, yang juga dikenal karena pendekatan tidak percaya pada diet ekstrim yang ketat, sesuai dengan isu yang sedang hangat dalam cabang olahraga ini, membuktikan bahwa menjadi juara tidak hanya melulu mengenai diet ketat. "Dengan diet yang ekstrem, tenaga juga menjadi terbatas," ungkapnya.
Dengan meraih medali emas, Janja berhak mendapatkan tiket ke Olimpiade Paris 2024. Sementara itu, tiket ke Paris berikutnya berhasil diraih oleh Oriane Bertone dari Prancis.
Lihat Juga: Saptoyogo Purnomo Berpeluang Raih Medali Kedua untuk Indonesia di Paralimpiade Paris 2024
(sto)