Kemenangan Terbesar Bernard Hopkins The Executioner
loading...
A
A
A
Terdapat banyak penentang yang harus dibungkam Bernard pada tahun 2001, saat ia menghadapi Felix "Tito" Trinidad, yang merupakan atlet terbaik di antara ketiganya. Petinju Puerto Rico ini adalah anggota Hall of Fame yang layak, sebuah perbedaan yang tidak mungkin didapatkan oleh Pavlik maupun Tarver.
Sementara Hopkins adalah pria yang secara alami lebih besar, ia tidak memiliki kekuatan yang dibanggakan dan mengakhiri pertarungan yang membuat banyak orang tertarik pada Tito. Dan walau Trinidad baru saja naik ke kelas menengah, penghentiannya atas William Joppy menunjukkan bahwa ia telah membawa kekuatannya ke dalam divisi yang lebih tinggi.
Terdapat juga fakta bahwa Trinidad, pada usia 28 tahun, dianggap berada di puncak penampilannya, sementara Hopkins yang merupakan seorang veteran berusia 36 tahun dianggap telah menurun. Sebelum laga, pria yang lebih tua ini mengingatkan semua orang tentang pertaruhan besar dalam laga ini: "Saya akan berbohong pada anda jika saya mengatakan bahwa ini hanyalah laga biasa. Ini adalah laga yang dapat membuat saya menjadi bagian dari atlet middleweight terbaik dalam lima belas tahun terakhir. Saya berjuang untuk sampai ke sini... Saya layak berada di sini, dan saya akan tampil seperti itu."
Penonton yang fanatik dan pro-Trinidad di Madison Square Garden dipenuhi oleh ribuan warga Puerto Rico, yang ingin melihat rekan senegaranya berjaya, dan ingin membalas dendam kepada Hopkins yang tidak menghargai negara mereka sebelum laga. Namun, sang veteran dari Philadelphia ini tidak menyukai apa pun selain mengecewakan para pendukung tuan rumah dan membuktikan bahwa para peragu itu salah.
Sadar akan kekuatan Trinidad, Hopkins tetap bergerak di awal laga, bergerak ke arah samping dan tidak pernah membiarkan Tito melepaskan serangan kerasnya. Senjata Bernard yang paling efektif adalah jab-nya, saat ia terus menempatkannya di wajah Trinidad sepanjang malam, dan bahkan pada ronde-ronde terakhir, "The Executioner" lah yang mampu memenangkan pertukaran serangan.
Tidak masalah bahwa Hopkins memiliki kekuatan yang lebih kecil, karena ia lebih aktif dan konsisten dengan serangannya, dan serangan bertubi-tubi itulah yang membuat Trinidad kewalahan dan secara kumulatif membuatnya kelelahan. Ia melukai Trinidad dengan sebuah kombinasi hook kanan- uppercut kanan pada ronde kesepuluh, sebelum menyelesaikan laga dengan penuh gaya pada ronde terakhir, mendaratkan sebuah pukulan kanan keras yang menjatuhkan Tito ke atas kanvas.
Walau Trinidad berhasil mengalahkan hitungan wasit, ayah dan pelatihnya telah melihat cukup banyak dan ia pun melangkah masuk ke dalam tali ring untuk mengakhiri laga secara resmi. Hopkins membuktikan bahwa mereka yang meragukannya salah dan memberikan penampilan terbaiknya sampai saat ini, dimana ia menyamai rekor Carlos Monzon dengan empat belas kali mempertahankan gelar divisi middleweight secara beruntun.
Saat Hopkins menghadapi Antonio Tarver pada tahun 2006, "The Magic Man" dengan tegas menempatkan dirinya sebagai petinju kelas berat ringan teratas di dunia. Ia telah mengalahkan Roy Jones Jr. yang tampaknya tak terkalahkan sebanyak dua kali, termasuk sebuah KO keras dalam pertandingan ulang mereka. Di sisi lain, Hopkins baru saja mengalami kekalahan beruntun dari Jermain Taylor. Selain memiliki momentum karier di pihaknya, Tarver memiliki semua keunggulan fisik.
Antonio lebih muda dan lebih panjang, berkuda-kuda southpaw, dan yang terpenting, ia adalah pria yang lebih besar, karena ia berkompetisi sebagai petinju kelas berat ringan selama kariernya. Sebaliknya, pria asal Philly ini melompati kelas menengah super untuk naik dari 72,5 kg ke 79,3 kg.
Namun, sebelum laga melawan Hopkins, Tarver harus menambah berat badan secara signifikan demi memerankan seorang juara fiksi kelas berat, Mason "The Line" Dixon, melawan Sylvester Stallone dalam seri keenam franchise "Rocky". Ini berarti Tarver harus menurunkan berat badannya sekitar empat puluh kilogram untuk menyesuaikan berat badannya dengan Hopkins.
Sementara Hopkins adalah pria yang secara alami lebih besar, ia tidak memiliki kekuatan yang dibanggakan dan mengakhiri pertarungan yang membuat banyak orang tertarik pada Tito. Dan walau Trinidad baru saja naik ke kelas menengah, penghentiannya atas William Joppy menunjukkan bahwa ia telah membawa kekuatannya ke dalam divisi yang lebih tinggi.
Terdapat juga fakta bahwa Trinidad, pada usia 28 tahun, dianggap berada di puncak penampilannya, sementara Hopkins yang merupakan seorang veteran berusia 36 tahun dianggap telah menurun. Sebelum laga, pria yang lebih tua ini mengingatkan semua orang tentang pertaruhan besar dalam laga ini: "Saya akan berbohong pada anda jika saya mengatakan bahwa ini hanyalah laga biasa. Ini adalah laga yang dapat membuat saya menjadi bagian dari atlet middleweight terbaik dalam lima belas tahun terakhir. Saya berjuang untuk sampai ke sini... Saya layak berada di sini, dan saya akan tampil seperti itu."
Penonton yang fanatik dan pro-Trinidad di Madison Square Garden dipenuhi oleh ribuan warga Puerto Rico, yang ingin melihat rekan senegaranya berjaya, dan ingin membalas dendam kepada Hopkins yang tidak menghargai negara mereka sebelum laga. Namun, sang veteran dari Philadelphia ini tidak menyukai apa pun selain mengecewakan para pendukung tuan rumah dan membuktikan bahwa para peragu itu salah.
Sadar akan kekuatan Trinidad, Hopkins tetap bergerak di awal laga, bergerak ke arah samping dan tidak pernah membiarkan Tito melepaskan serangan kerasnya. Senjata Bernard yang paling efektif adalah jab-nya, saat ia terus menempatkannya di wajah Trinidad sepanjang malam, dan bahkan pada ronde-ronde terakhir, "The Executioner" lah yang mampu memenangkan pertukaran serangan.
Tidak masalah bahwa Hopkins memiliki kekuatan yang lebih kecil, karena ia lebih aktif dan konsisten dengan serangannya, dan serangan bertubi-tubi itulah yang membuat Trinidad kewalahan dan secara kumulatif membuatnya kelelahan. Ia melukai Trinidad dengan sebuah kombinasi hook kanan- uppercut kanan pada ronde kesepuluh, sebelum menyelesaikan laga dengan penuh gaya pada ronde terakhir, mendaratkan sebuah pukulan kanan keras yang menjatuhkan Tito ke atas kanvas.
Walau Trinidad berhasil mengalahkan hitungan wasit, ayah dan pelatihnya telah melihat cukup banyak dan ia pun melangkah masuk ke dalam tali ring untuk mengakhiri laga secara resmi. Hopkins membuktikan bahwa mereka yang meragukannya salah dan memberikan penampilan terbaiknya sampai saat ini, dimana ia menyamai rekor Carlos Monzon dengan empat belas kali mempertahankan gelar divisi middleweight secara beruntun.
Saat Hopkins menghadapi Antonio Tarver pada tahun 2006, "The Magic Man" dengan tegas menempatkan dirinya sebagai petinju kelas berat ringan teratas di dunia. Ia telah mengalahkan Roy Jones Jr. yang tampaknya tak terkalahkan sebanyak dua kali, termasuk sebuah KO keras dalam pertandingan ulang mereka. Di sisi lain, Hopkins baru saja mengalami kekalahan beruntun dari Jermain Taylor. Selain memiliki momentum karier di pihaknya, Tarver memiliki semua keunggulan fisik.
Antonio lebih muda dan lebih panjang, berkuda-kuda southpaw, dan yang terpenting, ia adalah pria yang lebih besar, karena ia berkompetisi sebagai petinju kelas berat ringan selama kariernya. Sebaliknya, pria asal Philly ini melompati kelas menengah super untuk naik dari 72,5 kg ke 79,3 kg.
Namun, sebelum laga melawan Hopkins, Tarver harus menambah berat badan secara signifikan demi memerankan seorang juara fiksi kelas berat, Mason "The Line" Dixon, melawan Sylvester Stallone dalam seri keenam franchise "Rocky". Ini berarti Tarver harus menurunkan berat badannya sekitar empat puluh kilogram untuk menyesuaikan berat badannya dengan Hopkins.