Resolusi Total Novak Djokovic

Kamis, 11 Januari 2018 - 18:10 WIB
Resolusi Total Novak Djokovic
Resolusi Total Novak Djokovic
A A A
MANTAN petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, ingin mengubah nasibnya pada 2018. Dia menyebut perjalanan kariernya pada musim 2017 seperti permainan roller-coaster.

Seiring hadirnya tahun 2018, petenis Novak Djokovic tidak pernah mau lagi mengingat-ingat kenangan tahun 2017. Bagi Novak Djokovic, tahun 2017 bukanlah tahun yang penuh kenangan manis buatnya. Tahun tersebut menjadi tahun penuh tantangan buat dia di dalam dan luar lapangan.

Di dalam lapangan, pada 2017, Novak Djokovic harus berhenti mengayunkan raket tenis, tepatnya pada perempat final Wimbledon pada 12 Juli 2017. Petenis Serbia tersebut harus mundur dari babak perempat final saat melawan Tomas Berdych dari Republik Ceko. Saat itu Novak Djokovic mengalami cedera siku yang membuatnya tidak mampu lagi mengayunkan raket.

Di luar lapangan, Novak Djokovic pada 2017 mengalami masalah keluarga yang sangat serius. Rumah tangga Novak Djokovic dan istrinya, Jelena, tengah dalam masalah. Pria kelahiran 22 Mei 1987 tersebut dikabarkan berselingkuh dengan seorang wanita. Saat itu Novak Djokovic memang seperti petinju yang tengah babak belur. Dia tidak hanya lelah secara fisik, tapi juga drop secara mental.

Dia tidak menyukai kehilangan banyak pertandingan yang membuatnya semakin sulit menjadi petenis nomor satu dunia. Keinginannya untuk bertanding memang sangat besar. Awalnya Novak Djokovic berencana menutup tahun 2017 dengan kembali bertanding di Abu Dhabi. Hanya, cederanya belum sembuh benar sehingga dia mengurungkan niat untuk kembali bermain di lapangan tenis.

"Tahun 2017, perjalanan hidup saya seperti roller-coaster. Seumur hidup saya tidak pernah dioperasi dan tidak pernah mengalami cedera serius hingga tidak bisa tampil dalam tur selama waktu yang panjang," ungkap Djokovic.

Semua kenangan buruk sudah dibuang jauh oleh Djokovic. Mengawali 2018, dia memiliki resolusi baru. Resolusi itu bukan mendongkrak peringkatnya yang melorot dari peringkat 12 ke peringkat satu dunia. Keinginan Novak Djokovic tahun ini adalah meraih kebahagiaan saat mengayunkan raket tenis. Meski lebih memilih mencari kebahagiaan ketimbang karier, bukan berarti Novak Djokovic berhenti meraih kemenangan.

"Saat saya bilang, yang saya cari sekarang bukan hanya kemenangan, bukan berarti saya tidak tertarik dengan kemenangan. Tentu saya akan berusaha sebaik mungkin mencapainya. Tetapi, sekarang hal terindah yang saya rasakan adalah saya mendapatkan dukungan dan kasih sayang dari orang-orang yang menyayangi saya. Saat kita melakukan segala sesuatu dengan cinta, saya yakin kita akan mendapatkan dukungan dari mereka," tutur peraih 12 gelar Grand Slam ini.

Novak Djokovic memang mengerti betul makna kehilangan dan kasih sayang. Novak Djokovic kecil pernah melihat langsung kota kecil kelahirannya, Kopaonik, Serbia, hancur lebur karena peperangan antara Serbia dan Kosovo. Saat Novak Djokovic kecil, Kopaonik adalah salah satu wilayah yang paling indah. Kota yang berada di pegunungan Serbia ini merupakan lokasi wisata yang paling indah di Serbia. Bahkan, setiap musim salju, orang berbondong-bondong datang ke Kopaonik untuk bermain ski.

Karena menjadi lokasi wisata inilah, pemerintah setempat membangun sebuah hotel berkelas bernama Grand Tour di Kopaonik. Sebuah hotel bintang lima yang lengkap dengan fasilitas hiburan dan olahraga, mulai sepak bola, renang, hingga tenis. Di lapangan tenis Grand Tour inilah, Novak Djokovic bertemu pelatih tenis Jenela Gencic.

"Saat itu saya lihat dia berdiri di pinggir lapangan tenis. Dia malu-malu dan terlihat tertarik ingin mencoba," kata Jenela Gencic.

Keesokannya, Novak Djokovic datang lagi menemui Jenela Gencic lengkap dengan tas berisi raket, bola tenis, handuk, dan air minum. "Saya tanya siapa yang menyiapkannya? Dia tersenyum, katanya dia sendiri," ujar Jenela Gencic.

Ketakjuban Jenela Gencic bertambah ketika Novak Djokovic mulai mengayunkan raket. Seperti menemukan harta karun, dia langsung meminta waktu bertemu orang tua Novak Djokovic. Ada sesuatu yang spesial dari anak kecil tersebut. Ketika bertemu orang tua Novak Djokovic, Jenela Gencic tidak butuh basa-basi. Dia langsung mengatakan kepada orang tua Novak Djokovic, Srdan dan Dijana, bahwa mereka memiliki anak yang sangat berbakat. "Dia seperti saat saya bertemu Monica Seles," ucapnya.

Srdan yang bekerja sebagai pemilik restoran dan pemain bola pada akhir pekan akhirnya menyetujui agar anaknya tersebut berlatih tenis. Setiap usaha yang dilakukan keluarga Novak Djokovic diberikan untuk petenis Serbia tersebut. Tidak mengherankan, Novak Djokovic merasakan kasih sayang paripurna dari orang tuanya, termasuk ketika perang Serbia dan Kosovo terjadi hingga menghancurkan lapangan tenis tempat dia berlatih.

Saat perang tersebut terjadi, Novak Djokovic berusia 11 tahun. Dia melihat sendiri betapa hancur leburnya Kopaonik akibat perang. Namun, perang tidak berhasil membuat semangatnya menjadi petenis dunia terkubur. Dia juga tidak pernah kehilangan kasih sayang dari keluarganya yang terus mendukungnya hingga pernah menjadi petenis nomor satu dunia. Termasuk, saat ini ketika dia terpuruk di dalam dan di luar lapangan.

Tahun ini Novak Djokovic sangat berharap dia mampu membayar semua kasih sayang yang diberikan kepadanya. Selamat berjuang, Novak Djokovic.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5951 seconds (0.1#10.140)