Tak Kunjung Putuskan Pensiun, Rossi Bakal Alami Trauma Psikologis
A
A
A
BOLOGNA - Valentino Rossi saat ini sedang mengalami masa-masa kritis di ajang balap MotoGP 2019. Kegagalan tim Monster Energy Yamaha mendongkrak performa motor M1 semakin membuat The Doctor tak berdaya menghadapi persaingan yang sengit musim ini.
Salah satu gambaran yang paling mencolok adalah Rossi gagal menyelesaikan tiga balapan secara beruntun di Mugelo, Catalunya, dan Assen. Hal inilah yang mengundang simpati banyak kalangan seperti yang dirasakan legenda balap Giacomo Agostini.
Pemenang 15 kali juara dunia balap motor mengaku sedih melihat penurunan performa balap Rossi. Tak hanya gagal menghibur penggemar di tiga balapan terakhir, masalah grip dan elektronik Yamaha M1 yang tak kunjung beres sejak 2017 seakan memperburuk penampilannya.
Agostini menjelaskan rentetan masalah ini membuat Rossi harus memikirkan mengenai masa depannya di kejuaraan grand prix. "Valentino telah melakukan apa yang bisa dia lakukan. Tapi saat ini ia tak bisa bertahan di depan, dan ini memunculkan banyak masalah. Waktu akan berlalu bagi semua orang. Sama seperti Maradona, Cassius Clay, dan saya. Jika tidak, saya juga bakal tetap balapan sekarang," ungkap Agostini dikutip dari TuttoMotori, Kamis (4/7).
Agostini menyadari membuat keputusan untuk pensiun akan sangat sulit. Bukan hanya Rossi, tapi juga atlet lain. Dia meyakini jika juara dunia tujuh kali MotoGP keukeuh menghibur penikmat balap, maka dia akan mengalami trauma psikologis yang cukup parah nantinya.
Ini yang pernah dirasakan Agostini. "Saat merasa tidak bisa menang lagi, saya memutuskan pensiun sepekan setelahnya. Momen itu menciptakan trauma, dan saya yakin trauma Valentino nantinya akan lebih besar. Saya menangis selama tiga hari usai balapan terakhir saya. Tahun-tahun berlalu, kemudian Anda akan menyadarinya dan mulai berpikir," kenangnya.
Rossi memang belum memutuskan untuk pensiun mengingat dia masih memiliki kontrak dengan tim Monster Energy Yamaha hingga 2020 mendatang. Tapi kesenangannya untuk memberikan hiburan kepada penonton pada akhirnya akan berakhir.
Terlebih usia Rossi sudah tidak muda lagi (40) untuk bertarung dengan pembalap muda. Rekan setim Maverick Vinales itu sepertinya sudah tak lagi memikirkan bagaimana mendapatkan gelar ke-10 yang menjadi impiannya.
Sekarang yang dibutuhkan Rossu adalah merasakan sensasi kemenangan dan itu yang membuat Agostini cemas. "Meski tak menang, ia tetap senang finis di posisi 4 atau 5. Valentino sangat mencintai balapan, tapi ini justru membuatnya mengalami momen sulit seperti ini. Kami semua ingin selalu jadi nomor satu, tapi para rival sangatlah kuat. Vale mungkin dalam masa krisis, tapi apakah ia masih bisa menang? Siapa tahu?" imbuh Agostini.
Salah satu gambaran yang paling mencolok adalah Rossi gagal menyelesaikan tiga balapan secara beruntun di Mugelo, Catalunya, dan Assen. Hal inilah yang mengundang simpati banyak kalangan seperti yang dirasakan legenda balap Giacomo Agostini.
Pemenang 15 kali juara dunia balap motor mengaku sedih melihat penurunan performa balap Rossi. Tak hanya gagal menghibur penggemar di tiga balapan terakhir, masalah grip dan elektronik Yamaha M1 yang tak kunjung beres sejak 2017 seakan memperburuk penampilannya.
Agostini menjelaskan rentetan masalah ini membuat Rossi harus memikirkan mengenai masa depannya di kejuaraan grand prix. "Valentino telah melakukan apa yang bisa dia lakukan. Tapi saat ini ia tak bisa bertahan di depan, dan ini memunculkan banyak masalah. Waktu akan berlalu bagi semua orang. Sama seperti Maradona, Cassius Clay, dan saya. Jika tidak, saya juga bakal tetap balapan sekarang," ungkap Agostini dikutip dari TuttoMotori, Kamis (4/7).
Agostini menyadari membuat keputusan untuk pensiun akan sangat sulit. Bukan hanya Rossi, tapi juga atlet lain. Dia meyakini jika juara dunia tujuh kali MotoGP keukeuh menghibur penikmat balap, maka dia akan mengalami trauma psikologis yang cukup parah nantinya.
Ini yang pernah dirasakan Agostini. "Saat merasa tidak bisa menang lagi, saya memutuskan pensiun sepekan setelahnya. Momen itu menciptakan trauma, dan saya yakin trauma Valentino nantinya akan lebih besar. Saya menangis selama tiga hari usai balapan terakhir saya. Tahun-tahun berlalu, kemudian Anda akan menyadarinya dan mulai berpikir," kenangnya.
Rossi memang belum memutuskan untuk pensiun mengingat dia masih memiliki kontrak dengan tim Monster Energy Yamaha hingga 2020 mendatang. Tapi kesenangannya untuk memberikan hiburan kepada penonton pada akhirnya akan berakhir.
Terlebih usia Rossi sudah tidak muda lagi (40) untuk bertarung dengan pembalap muda. Rekan setim Maverick Vinales itu sepertinya sudah tak lagi memikirkan bagaimana mendapatkan gelar ke-10 yang menjadi impiannya.
Sekarang yang dibutuhkan Rossu adalah merasakan sensasi kemenangan dan itu yang membuat Agostini cemas. "Meski tak menang, ia tetap senang finis di posisi 4 atau 5. Valentino sangat mencintai balapan, tapi ini justru membuatnya mengalami momen sulit seperti ini. Kami semua ingin selalu jadi nomor satu, tapi para rival sangatlah kuat. Vale mungkin dalam masa krisis, tapi apakah ia masih bisa menang? Siapa tahu?" imbuh Agostini.
(sha)