Milan Menembus Waktu
loading...
A
A
A
MILAN - Setelah sekian lama, duo Milan, Inter Milan dan AC Milan, akhirnya bertemu saat keduanya sama-sama memiliki kekuasaan menempati capolista Seri A . Terasa ironis jika melihat reputasi keduanya.
Namun, inilah realitas saat peta Seri A dikuasai Juventus. Milan dan Inter tidak pernah berada di jalur sama masuk dalam perebutan gelar. Musim lalu I Nerazzurri pernah merasakan puncak klasemen sementara, tapi Milan berjuang bagaimana masuk ke zona Eropa. (Baca: Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan Terjaga)
Jika ditarik lebih jauh lagi, Milan memang sudah lama tak bersaing di puncak klasemen sementara. Terakhir kali mereka merasakan capolista, yakni pada musim 2011/2012. Setelah itu, Rossoneri sekadar berjuang bagaimana masuk ke Eropa melalui Liga Europa.
Kedua tim diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tertidur. Hal itu didasari cukup lamanya mereka puasa gelar Seri A. Inter, misalnya, terakhir meraih scudetto musim 2009/10, sedangkan Milan pada musim 2010/11.
Padahal Milan dan Inter adalah pengoleksi gelar terbanyak kedua sepanjang sejarah Seri A dengan sama-sama memenangi 18 scudetto. Mereka hanya kalah dari Juventus yang bercokol di urutan teratas dengan 36 scudetto.
Sejak musim 1990/1991, persaingan langsung Inter dan Milan di jalur scudetto terjadi pada musim 1992/1993 (Milan juara 50 poin, Inter runner up 46 poin), dan 2010/11 (Milan juara 82 poin, Inter runner up 76 poin). Keduanya juga terlibat sengit dalam pertarungan tiga besar pada musim 1990/1991 (Milan runner up, Inter posisi ketiga), musim 2002/03 (Inter runner up, Milan posisi ketiga) dan musim 2004/05 (Milan runner up, Inter posisi ketiga). (Baca juga: Kemendikbud Akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Kini, momentum kedua tim untuk kembali menduduki takhta tertinggi musim ini sangat terbuka lebar. Dilihat dari tabel klasemen sementara Seri A, Milan terlihat menjanjikan. I Rossoneri meraih tiga kemenangan di tiga pertandingan terakhir dan sukses menjaga clean sheet. Pasukan Stefano Pioli menempati posisi kedua dengan sembilan poin, hanya kalah selisih gol dari penghuni teratas, Atalanta.
Kinerja positif Milan sejauh ini membuat penjaga gawang Gianluigi Donnarumma mengklaim kesenjangan antara timnya dengan Inter semakin berkurang. Dia menilai operasi bursa transfer musim panas lalu berjalan baik dengan mengontrak Zlatan Ibrahimovic, mempermanenkan Ante Rebic, serta meminjam Brahim Diaz, Sandro Tonali, dan Diogo Dalot.
Materi itu dipadukan dengan kepandaian Pioli meramu skuad, membuat Milan menunjukkan kualitas terbaiknya ketika bertanding. “Saya pikir, jarak kami dengan Inter telah berkurang. Kami bekerja sangat cerdas di bursa transfer. Pelatih (Pioli) melakukan hal-hal hebat. Memang Inter adalah tim kuat dan memiliki pelatih hebat dalam diri Antonio Conte,” kata Donnarumma, dilansir football-italia.net. (Baca juga: Perkuat Imunitas Agar Tetap Sehat Selama Pandemi)
Donnarumma menegaskan Milan sangat bersemangat dan bakal tampil all-out untuk mengalahkan Inter, sekaligus menghapus rekor buruk mereka yang selalu kalah di empat pertemuan Derby della Madonnina terakhir di Seri A.
Namun, inilah realitas saat peta Seri A dikuasai Juventus. Milan dan Inter tidak pernah berada di jalur sama masuk dalam perebutan gelar. Musim lalu I Nerazzurri pernah merasakan puncak klasemen sementara, tapi Milan berjuang bagaimana masuk ke zona Eropa. (Baca: Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan Terjaga)
Jika ditarik lebih jauh lagi, Milan memang sudah lama tak bersaing di puncak klasemen sementara. Terakhir kali mereka merasakan capolista, yakni pada musim 2011/2012. Setelah itu, Rossoneri sekadar berjuang bagaimana masuk ke Eropa melalui Liga Europa.
Kedua tim diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tertidur. Hal itu didasari cukup lamanya mereka puasa gelar Seri A. Inter, misalnya, terakhir meraih scudetto musim 2009/10, sedangkan Milan pada musim 2010/11.
Padahal Milan dan Inter adalah pengoleksi gelar terbanyak kedua sepanjang sejarah Seri A dengan sama-sama memenangi 18 scudetto. Mereka hanya kalah dari Juventus yang bercokol di urutan teratas dengan 36 scudetto.
Sejak musim 1990/1991, persaingan langsung Inter dan Milan di jalur scudetto terjadi pada musim 1992/1993 (Milan juara 50 poin, Inter runner up 46 poin), dan 2010/11 (Milan juara 82 poin, Inter runner up 76 poin). Keduanya juga terlibat sengit dalam pertarungan tiga besar pada musim 1990/1991 (Milan runner up, Inter posisi ketiga), musim 2002/03 (Inter runner up, Milan posisi ketiga) dan musim 2004/05 (Milan runner up, Inter posisi ketiga). (Baca juga: Kemendikbud Akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Kini, momentum kedua tim untuk kembali menduduki takhta tertinggi musim ini sangat terbuka lebar. Dilihat dari tabel klasemen sementara Seri A, Milan terlihat menjanjikan. I Rossoneri meraih tiga kemenangan di tiga pertandingan terakhir dan sukses menjaga clean sheet. Pasukan Stefano Pioli menempati posisi kedua dengan sembilan poin, hanya kalah selisih gol dari penghuni teratas, Atalanta.
Kinerja positif Milan sejauh ini membuat penjaga gawang Gianluigi Donnarumma mengklaim kesenjangan antara timnya dengan Inter semakin berkurang. Dia menilai operasi bursa transfer musim panas lalu berjalan baik dengan mengontrak Zlatan Ibrahimovic, mempermanenkan Ante Rebic, serta meminjam Brahim Diaz, Sandro Tonali, dan Diogo Dalot.
Materi itu dipadukan dengan kepandaian Pioli meramu skuad, membuat Milan menunjukkan kualitas terbaiknya ketika bertanding. “Saya pikir, jarak kami dengan Inter telah berkurang. Kami bekerja sangat cerdas di bursa transfer. Pelatih (Pioli) melakukan hal-hal hebat. Memang Inter adalah tim kuat dan memiliki pelatih hebat dalam diri Antonio Conte,” kata Donnarumma, dilansir football-italia.net. (Baca juga: Perkuat Imunitas Agar Tetap Sehat Selama Pandemi)
Donnarumma menegaskan Milan sangat bersemangat dan bakal tampil all-out untuk mengalahkan Inter, sekaligus menghapus rekor buruk mereka yang selalu kalah di empat pertemuan Derby della Madonnina terakhir di Seri A.