Menunggu Batas Kesabaran Juve
loading...
A
A
A
BENEVENTO - Membaca komentar pendukung Juventus di beberapa situs media Italia, pascahasil imbang melawan Benevento di Stadio Ciro Vigorito, cukup mengkhawatirkan. Di situ akan ditemukan keresahan, keraguan, serta ketidakyakinan akan kemampuan Andrea Pirlo mengelola tim bersaing di level tertinggi.
Sebenarnya tidak bisa juga menjadikan komentar fans sebagai referensi 100% menilai sebuah tim. Tapi, apa yang disampaikan pendukung bisa menjadi acuan seberapa lama kesabaran itu akan diberikan kepada Pirlo berada di kursi pelatih La Vecchia Signora. (Baca: Rivalitas Michel Platini dan Diego Maradona)
Pirlo datang sebagai legendaris dengan kemampuan sebagai gelandang tengah cerdas. Masalahnya, Pirlo tetap dianggap bakal bisa mengelola tim setelah manajemen Juventus mengakhiri kontrak Maurizio Sarri yang hanya bisa memberikan satu gelar pada musim 2019/2020.
Faktornya adalah pengalaman yang minim. Dia baru ditunjuk sebagai pelatih Juve U-23, baru lulus dari kursus kepelatihan tapi mendadak promosi sebagai pelatih utama. Ini yang akan selalu menjadi alasan utama dari keraguan pada kemampuan mantan pemain timnas Italia tersebut.
Imbang melawan Benevento adalah rangkaian tanda bagaimana Pirlo layak mendapat kritik. Apalagi ini bukan pertama kalinya Juve imbang melawan tim biasa. Mereka pernah imbang melawan tim penghuni dasar klasemen sementara Crotone dan Hellas Verona. Imbasnya, Juve kini menempati peringkat lima, berjarak tiga poin dari penghuni puncak klasemen AC Milan.
Jarak itu bisa menjadi enam jika Milan memenangi pertandingan. Padahal, Juve memimpin melalui gol Alvaro Morata pada menit ke-21 sebelum Gaetano Letizia menyelamatkan tuan rumah dari kekalahan di masa injury time. “Ini bukan gol pertama yang kami terima pada akhir pertandingan,” keluh Pirlo, seperti dikutip la gazzetta. (Baca juga: Sempurnakan Wudhu Agar Ibadah Diterima Allah Ta'ala)
Melawan tim asuhan Filippo Izaghi semakin memperlihatkan jika Juve memiliki banyak persoalan di bawah Pirlo. Mulai dari lini belakang sampai ketergantungan pada penyerang Cristiano Ronaldo. Lini belakang misalnya. Sebenarnya Juve menjadi tim dengan pertahanan terbaik bersama Hellas Verona dari jumlah gol karena baru kemasukan tujuh gol.
Masalahnya Juve sering kemasukan gol pada menit terakhir. Mereka pernah kemasukan pada menit ke-90 melawan Lazio sehingga harus puas bermain imbang 1-1, menghadapi Ferencvaros di Liga Champions dalam kemenangan 4-1, dan saat kalah 0-2 dari Barcelona di Allianz Stadium.
Masalah lain, Juve seperti tak berkembang tanpa Ronaldo. Tanpa pemain yang biasa yang dipanggil CR7 tersebut, Juve sulit meraih kemenangan. Seperti saat melawan Crotone dan Verona, Juve gagal mendulang poin penuh saat pemain asal Portugal itu tidak ada di line up. Dua pertandingan tersebut berakhir imbang 1-1.
Wajar, dengan delapan gol yang dimiliki, pemain yang sering dipanggil CR7 itu adalah nyawa sebenarnya dari La Vecchia Signora. Nah, melawan Benevento, penyerang asal Portugal itu tidak diturunkan. Menurut Pirlo, tidak menurunkan CR7 adalah kesepakatan bersama. Menurut dia, mantan pemain Real Madrid dan Manchester United tersebut mengaku sedikit mengalami masalah setelah melawan Ferencvaros sehingga butuh istirahat. (Baca juga: Seleksi Guru PPPK, Guru Wajib Terdata di Dapodik)
Pada saat bersamaan, pemain seperti Paulo Dybala dan Morata belum bisa mengemban beban yang biasanya di pundak Ronaldo. Dybala paling mendapat sorotan karena pemain Argentina ini tidak kunjung memperlihatkan penampilan terbaiknya sejak pulih dari cedera dan sembuh dari Covid-19. “Ketika Anda memiliki pemain yang kuat, itu normal bahwa dia membuat Anda memenangi pertandingan, tetapi kami tidak kecanduan padanya,” kata Pirlo.
Pirlo kemudian meminta agar semua bersabar dengan proses yang sedang dibangun. Juve menurut dia masih dalam proses adaptasi dan berkembang untuk bermain seperti harapan. Termasuk, bagaimana bisa membaca permainan karena situasi akan selalu berbeda dari satu laga ke laga lainnya.
Apalagi Juve menguasai jalannya pertandingan. Memiliki penguasaan lebih dari 60% dengan tembakan 16 berbanding delapan dari tuan rumah. “Kami harus mempelajari momen-momen permainan, kapan harus mematikannya dan kapan mengontrol tempo,” tambahnya. (Baca juga: AS Akui kerahkan Kapal Induk Nimitz ke Kawasan Teluk)
Sebenarnya, bukan hanya Juve yang gagal mendapatkan kemenangan di Seri A setelah mendapatkan kemenangan di Liga Champions. Atalanta yang di pertengahan pekan sangat heroik dengan mengalahkan Liverpool, juga tumbang di Seri A.
Mereka kalah 0-2 saat menghadapi Verona di depan pendukung sendiri. Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini mengatakan pemainnya dilanda lelah, terutama penyerang mereka. Menurut dia, kelelahan bukan hanya jadwal Liga Champions tapi juga panggilan tim nasional. “Bukan hanya Liga Champions, karena pemain kami juga mendapat panggilan timnas. Pemain meninggalkan tim, pergi berkeliling dunia dan kembali berkumpul dengan pemain berbeda,” Gasperini DAZN.
Berbeda dengan Inter Milan yang berhasil mendapatkan hasil positif setelah tenggelam di Liga Champions. Kemenangan penting karena setelah kalah dari Real Madrid, Pelatih Antonio Conte memprediksi nasibnya bisa saja terhenti sebelum Natal jika terus mendapatkan kekalahan.
Mereka menang atas Sassuolo, tiga gol tanpa balas. “Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik, kadang bisa berhasil meski tak jarang hasilnya kurang positif. Tapi kami selalu berusaha memberikan 100%,” tandas Conte dikutip football-italia.net. (Lihat videonya: Langgar Prokes, Kafe Ditutup)
Mantan pelatih Chelsea dan Juventus itu menyebutkan, pemainnya harus bisa beradaptasi dengan cepat terhadap pertandingan. Apalagi dengan pertandingan yang padat, minim waktu melakukan analisis laga demi laga secara detail. “Pertandingan lain, karakteristik lawan yang dihadapi juga berbeda. Karena itu harus siap beradaptasi. Hari ini kami mempelajari Sassuolo dengan detail dan selamat untuk pemain karena tidak ada yang mudah buat Inter,” tandasnya. (Ma'ruf)
Sebenarnya tidak bisa juga menjadikan komentar fans sebagai referensi 100% menilai sebuah tim. Tapi, apa yang disampaikan pendukung bisa menjadi acuan seberapa lama kesabaran itu akan diberikan kepada Pirlo berada di kursi pelatih La Vecchia Signora. (Baca: Rivalitas Michel Platini dan Diego Maradona)
Pirlo datang sebagai legendaris dengan kemampuan sebagai gelandang tengah cerdas. Masalahnya, Pirlo tetap dianggap bakal bisa mengelola tim setelah manajemen Juventus mengakhiri kontrak Maurizio Sarri yang hanya bisa memberikan satu gelar pada musim 2019/2020.
Faktornya adalah pengalaman yang minim. Dia baru ditunjuk sebagai pelatih Juve U-23, baru lulus dari kursus kepelatihan tapi mendadak promosi sebagai pelatih utama. Ini yang akan selalu menjadi alasan utama dari keraguan pada kemampuan mantan pemain timnas Italia tersebut.
Imbang melawan Benevento adalah rangkaian tanda bagaimana Pirlo layak mendapat kritik. Apalagi ini bukan pertama kalinya Juve imbang melawan tim biasa. Mereka pernah imbang melawan tim penghuni dasar klasemen sementara Crotone dan Hellas Verona. Imbasnya, Juve kini menempati peringkat lima, berjarak tiga poin dari penghuni puncak klasemen AC Milan.
Jarak itu bisa menjadi enam jika Milan memenangi pertandingan. Padahal, Juve memimpin melalui gol Alvaro Morata pada menit ke-21 sebelum Gaetano Letizia menyelamatkan tuan rumah dari kekalahan di masa injury time. “Ini bukan gol pertama yang kami terima pada akhir pertandingan,” keluh Pirlo, seperti dikutip la gazzetta. (Baca juga: Sempurnakan Wudhu Agar Ibadah Diterima Allah Ta'ala)
Melawan tim asuhan Filippo Izaghi semakin memperlihatkan jika Juve memiliki banyak persoalan di bawah Pirlo. Mulai dari lini belakang sampai ketergantungan pada penyerang Cristiano Ronaldo. Lini belakang misalnya. Sebenarnya Juve menjadi tim dengan pertahanan terbaik bersama Hellas Verona dari jumlah gol karena baru kemasukan tujuh gol.
Masalahnya Juve sering kemasukan gol pada menit terakhir. Mereka pernah kemasukan pada menit ke-90 melawan Lazio sehingga harus puas bermain imbang 1-1, menghadapi Ferencvaros di Liga Champions dalam kemenangan 4-1, dan saat kalah 0-2 dari Barcelona di Allianz Stadium.
Masalah lain, Juve seperti tak berkembang tanpa Ronaldo. Tanpa pemain yang biasa yang dipanggil CR7 tersebut, Juve sulit meraih kemenangan. Seperti saat melawan Crotone dan Verona, Juve gagal mendulang poin penuh saat pemain asal Portugal itu tidak ada di line up. Dua pertandingan tersebut berakhir imbang 1-1.
Wajar, dengan delapan gol yang dimiliki, pemain yang sering dipanggil CR7 itu adalah nyawa sebenarnya dari La Vecchia Signora. Nah, melawan Benevento, penyerang asal Portugal itu tidak diturunkan. Menurut Pirlo, tidak menurunkan CR7 adalah kesepakatan bersama. Menurut dia, mantan pemain Real Madrid dan Manchester United tersebut mengaku sedikit mengalami masalah setelah melawan Ferencvaros sehingga butuh istirahat. (Baca juga: Seleksi Guru PPPK, Guru Wajib Terdata di Dapodik)
Pada saat bersamaan, pemain seperti Paulo Dybala dan Morata belum bisa mengemban beban yang biasanya di pundak Ronaldo. Dybala paling mendapat sorotan karena pemain Argentina ini tidak kunjung memperlihatkan penampilan terbaiknya sejak pulih dari cedera dan sembuh dari Covid-19. “Ketika Anda memiliki pemain yang kuat, itu normal bahwa dia membuat Anda memenangi pertandingan, tetapi kami tidak kecanduan padanya,” kata Pirlo.
Pirlo kemudian meminta agar semua bersabar dengan proses yang sedang dibangun. Juve menurut dia masih dalam proses adaptasi dan berkembang untuk bermain seperti harapan. Termasuk, bagaimana bisa membaca permainan karena situasi akan selalu berbeda dari satu laga ke laga lainnya.
Apalagi Juve menguasai jalannya pertandingan. Memiliki penguasaan lebih dari 60% dengan tembakan 16 berbanding delapan dari tuan rumah. “Kami harus mempelajari momen-momen permainan, kapan harus mematikannya dan kapan mengontrol tempo,” tambahnya. (Baca juga: AS Akui kerahkan Kapal Induk Nimitz ke Kawasan Teluk)
Sebenarnya, bukan hanya Juve yang gagal mendapatkan kemenangan di Seri A setelah mendapatkan kemenangan di Liga Champions. Atalanta yang di pertengahan pekan sangat heroik dengan mengalahkan Liverpool, juga tumbang di Seri A.
Mereka kalah 0-2 saat menghadapi Verona di depan pendukung sendiri. Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini mengatakan pemainnya dilanda lelah, terutama penyerang mereka. Menurut dia, kelelahan bukan hanya jadwal Liga Champions tapi juga panggilan tim nasional. “Bukan hanya Liga Champions, karena pemain kami juga mendapat panggilan timnas. Pemain meninggalkan tim, pergi berkeliling dunia dan kembali berkumpul dengan pemain berbeda,” Gasperini DAZN.
Berbeda dengan Inter Milan yang berhasil mendapatkan hasil positif setelah tenggelam di Liga Champions. Kemenangan penting karena setelah kalah dari Real Madrid, Pelatih Antonio Conte memprediksi nasibnya bisa saja terhenti sebelum Natal jika terus mendapatkan kekalahan.
Mereka menang atas Sassuolo, tiga gol tanpa balas. “Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik, kadang bisa berhasil meski tak jarang hasilnya kurang positif. Tapi kami selalu berusaha memberikan 100%,” tandas Conte dikutip football-italia.net. (Lihat videonya: Langgar Prokes, Kafe Ditutup)
Mantan pelatih Chelsea dan Juventus itu menyebutkan, pemainnya harus bisa beradaptasi dengan cepat terhadap pertandingan. Apalagi dengan pertandingan yang padat, minim waktu melakukan analisis laga demi laga secara detail. “Pertandingan lain, karakteristik lawan yang dihadapi juga berbeda. Karena itu harus siap beradaptasi. Hari ini kami mempelajari Sassuolo dengan detail dan selamat untuk pemain karena tidak ada yang mudah buat Inter,” tandasnya. (Ma'ruf)
(ysw)