Dijadikan Kambing Hitam atas Kematian Maradona, Dr Luque Menangis
loading...
A
A
A
BUENO AIRES - Kematian Diego Maradona akibat serangan jantung membuat Dr Leopoldo Luque harus berurusan dengan hukum. Dia dituding bertanggung jawab atas meninggalnya legenda sepak bola itu karena bertindak lalai.
(Baca Juga: Bantai Roma 4-0, Napoli Persembahkan Kemenangan bagi Mendiang Maradona )
Dr Luque yang menjadi dokter pribadi mendiang Maradona bertugas memantau proses pemulihan mantan penyerang Napoli itu, yang sebelumnya sukses melakukan operasi untuk mengangkat penggumpalan darah di otak.
(Baca juga : Bagaimana Sebenarnya Hubungan Pribadi Messi dan Maradona? )
Namun, pada 25 November waktu setempat, mendiang Maradona menghembuskan nafas terakhirnya karena diduga gagal jantung. Semula, itu dianggap sebagai kematian biasa. Tapi, setelah mencuat ada kemungkinan terjadi kelalaian manusia, maka dilakukan penyelidikan.
Menurut putri mendiang Maradona, Dalma dan Giannina, kepada polisi kalau mereka curiga obat atau pengobatan yang diberikan kepada ayahnya tidak sesuai. Terlebih sebelumnya juga ada dugaan pahlawan Timnas Argentina itu tidak mendapat perhatian tim medis selama hampir 12 jam.
(Baca juga : Bantu MU Raih Kemenangan, Cavani Malah Terancam Skorsing Tiga Laga )
Selain itu, ambulans juga datang cukup lama, hampir 30 menit. Akibatnya, mendiang Maradona terlambat mendapat pertolongan medis ketika terjadi serangan jatung. Ini membuat pihak kepolisian melakukan penggeledahan ke klinik Dr Luque yang sekaligus menjadi rumahnya.
Pihak kepolisian kemudian mengumpulkan sejumlah berkas yang nantinya akan digunakan untuk menuntut Dr Luque. Sebab, dia terancam menerima sanksi pidana atas dugaan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia.
(Baca juga : Mike Tyson Tajir Melintir! Bertarung 16 Menit Raup Rp141 Miliar! )
Hal ini membuat Dr Luque syok dan kecewa bercampur sedih karena kini dianggap sebagai pembunuh. Sambil menitikan air mata, dia mengklaim tidak bersalah dan merasa dijadikan kambing hitam atas kematian Maradona.
Saat jumpa media pada Minggu, (29/11/2020) waktu setempat, Dr Luque menyatakan kalau dia mendapat dukungan dari organisasi medis yang diikutinya, yakni Asosiasi Ahli Bedah Syaraf Argentina.
Dia menjelaskan pula bahwa Maradona yang juga mengalami ketergantunan alkohol dan narkoba mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan rumah sakit dan menjalani rehabilitasi di rumahnya.
“Kami semua berkumpul untuk memberikan yang terbaik bagi Diego (Maradona): tim dokter, saya sendiri, keluarganya. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa persetujuannya. Kami memikirkan bersama skema karantina untuk memantau obat yang perlu diminumnya dan sekaligus mengendalikan konsumsi alkohol,” jelas Dr Luque.
(Baca Juga: Maradona Meninggal Dunia: Gagal Jantung, Pembunuhan Atau Malapraktik )
“Tidak ada kriteria medis (yang mengharuskan Maradona menjalani perawatan di rumah sakit). Kami bisa saja membawanya ke pusat rehabilitasi. Tapi, kami perlu persetujuannya. Itu semua keputusannya,” lanjutnya, dilansir thesun.
Foto-Foto: Thesun
Dr Luque menegaskan tidak ada kesalahan medis. Sebab, semuanya Maradona yang mengambil keputusan. “Disini tidak ada keputusan, hanya ada saran medis. Ketika Anda membedah pasien, kriteria kepulangannya tergantung si pasien. Jadi, tidak ada kesalahan dokter,” jelasnya lagi.
“Dia mengalami gagal jantung yang bisa terjadi pada seorang pasien seperti dirinya. Semua cara yang ada sudah dilakukan untuk mengurangi resikonya. Tapi, Anda tidak bisa mencegah kemungkinannya.”
“Saya mendapat dukungan dan persetujuan penuh dari Asosiasi Ahli Bedah Syaraf Argentina bahwa Diego (Maradona) perlu menjalani operasi. Enam dokter sudah memeriksanya. Kematiannya tidak ada hubungannya dengan ini (operasi).”
“Dia lalu meninggalkan rumah sakit setelah operasi. Idealnya adalah dia tetap di rumah sakit untuk menjalani rehabilitasi. Tapi, dia tidak mau. Kami juga mencoba mencari perawat untuk menemaninya. Tapi, dia memilih meninggalkan rumah sakit.”
(Baca Juga: Sebelum Gagal Jantung, Maradona Bertengkar dengan Dokter Pribadinya )
“Kami juga mencoba untuk merawatnya di klinik. Tapi, itu bukan pusat rehabilitasi. Saya berusaha memperpanjang proses perawatan semampu saya. Saya sudah melakukan yang terbaik untuk Diego (Maradona). Saya bangga dengan apa yang sudah saya lakukan. Saya tidak punya apa-apa untuk disembunyikan. Saya siap dipanggil kepolisian kapan saja,” pungkasnya.
(Baca Juga: Bantai Roma 4-0, Napoli Persembahkan Kemenangan bagi Mendiang Maradona )
Dr Luque yang menjadi dokter pribadi mendiang Maradona bertugas memantau proses pemulihan mantan penyerang Napoli itu, yang sebelumnya sukses melakukan operasi untuk mengangkat penggumpalan darah di otak.
(Baca juga : Bagaimana Sebenarnya Hubungan Pribadi Messi dan Maradona? )
Namun, pada 25 November waktu setempat, mendiang Maradona menghembuskan nafas terakhirnya karena diduga gagal jantung. Semula, itu dianggap sebagai kematian biasa. Tapi, setelah mencuat ada kemungkinan terjadi kelalaian manusia, maka dilakukan penyelidikan.
Menurut putri mendiang Maradona, Dalma dan Giannina, kepada polisi kalau mereka curiga obat atau pengobatan yang diberikan kepada ayahnya tidak sesuai. Terlebih sebelumnya juga ada dugaan pahlawan Timnas Argentina itu tidak mendapat perhatian tim medis selama hampir 12 jam.
(Baca juga : Bantu MU Raih Kemenangan, Cavani Malah Terancam Skorsing Tiga Laga )
Selain itu, ambulans juga datang cukup lama, hampir 30 menit. Akibatnya, mendiang Maradona terlambat mendapat pertolongan medis ketika terjadi serangan jatung. Ini membuat pihak kepolisian melakukan penggeledahan ke klinik Dr Luque yang sekaligus menjadi rumahnya.
Pihak kepolisian kemudian mengumpulkan sejumlah berkas yang nantinya akan digunakan untuk menuntut Dr Luque. Sebab, dia terancam menerima sanksi pidana atas dugaan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia.
(Baca juga : Mike Tyson Tajir Melintir! Bertarung 16 Menit Raup Rp141 Miliar! )
Hal ini membuat Dr Luque syok dan kecewa bercampur sedih karena kini dianggap sebagai pembunuh. Sambil menitikan air mata, dia mengklaim tidak bersalah dan merasa dijadikan kambing hitam atas kematian Maradona.
Saat jumpa media pada Minggu, (29/11/2020) waktu setempat, Dr Luque menyatakan kalau dia mendapat dukungan dari organisasi medis yang diikutinya, yakni Asosiasi Ahli Bedah Syaraf Argentina.
Dia menjelaskan pula bahwa Maradona yang juga mengalami ketergantunan alkohol dan narkoba mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan rumah sakit dan menjalani rehabilitasi di rumahnya.
“Kami semua berkumpul untuk memberikan yang terbaik bagi Diego (Maradona): tim dokter, saya sendiri, keluarganya. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa persetujuannya. Kami memikirkan bersama skema karantina untuk memantau obat yang perlu diminumnya dan sekaligus mengendalikan konsumsi alkohol,” jelas Dr Luque.
(Baca Juga: Maradona Meninggal Dunia: Gagal Jantung, Pembunuhan Atau Malapraktik )
“Tidak ada kriteria medis (yang mengharuskan Maradona menjalani perawatan di rumah sakit). Kami bisa saja membawanya ke pusat rehabilitasi. Tapi, kami perlu persetujuannya. Itu semua keputusannya,” lanjutnya, dilansir thesun.
Foto-Foto: Thesun
Dr Luque menegaskan tidak ada kesalahan medis. Sebab, semuanya Maradona yang mengambil keputusan. “Disini tidak ada keputusan, hanya ada saran medis. Ketika Anda membedah pasien, kriteria kepulangannya tergantung si pasien. Jadi, tidak ada kesalahan dokter,” jelasnya lagi.
“Dia mengalami gagal jantung yang bisa terjadi pada seorang pasien seperti dirinya. Semua cara yang ada sudah dilakukan untuk mengurangi resikonya. Tapi, Anda tidak bisa mencegah kemungkinannya.”
“Saya mendapat dukungan dan persetujuan penuh dari Asosiasi Ahli Bedah Syaraf Argentina bahwa Diego (Maradona) perlu menjalani operasi. Enam dokter sudah memeriksanya. Kematiannya tidak ada hubungannya dengan ini (operasi).”
“Dia lalu meninggalkan rumah sakit setelah operasi. Idealnya adalah dia tetap di rumah sakit untuk menjalani rehabilitasi. Tapi, dia tidak mau. Kami juga mencoba mencari perawat untuk menemaninya. Tapi, dia memilih meninggalkan rumah sakit.”
(Baca Juga: Sebelum Gagal Jantung, Maradona Bertengkar dengan Dokter Pribadinya )
“Kami juga mencoba untuk merawatnya di klinik. Tapi, itu bukan pusat rehabilitasi. Saya berusaha memperpanjang proses perawatan semampu saya. Saya sudah melakukan yang terbaik untuk Diego (Maradona). Saya bangga dengan apa yang sudah saya lakukan. Saya tidak punya apa-apa untuk disembunyikan. Saya siap dipanggil kepolisian kapan saja,” pungkasnya.
(mirz)