Kontroversi Deontay Wilder 11-12 Donald Trump, Bob Arum: Dia Trumpian!
loading...
A
A
A
Kontroversi Deontay Wilder 11-12 Donald Trump setelah kekalahan TKO dari Tyson Fury. Promotor Bob Arum menyebut Wilder seorang Trumpian karena kelakuannya yang tidak masuk akal dengan menyalahkan semua orang. Arum mengecam Bronze Bomber –julukan Deontay Wilder--meniru mantan presiden Amerika Serikat itu dengan mengumbar alasan palsu.
Fury memberikan kekalahan pertama Wilder sekaligus merampas sabuk juara Kelas Berat WBC dalam duel ulang pada Februari 2020. ’’Tapi, hei, jika mantan presiden yang menjabat selama empat tahun tidak masuk akal, maksud saya Deontay Wilder hanyalah Trumpian lainnya,’’kata Arum kepada TalkSport.
Beberapa waktu setelah kalah TKO, Wilder menyerang semua orang yang dituduhnya menyebabkannya kalah. Dia menuding kubu Fury memasukkan benda keras di sarung tinjunya, menuding mantan pelatihnya, Mark Breland membubuhi air minumnya dengan zat pelemas dan lain-lain.
The Bronze Bomber juga bersikeras menuding sarung tangan yang digunakan Fury dirusak sehingga kuku rivalnya tersebut melukai kupingnya. Namun, Arum tidak memercayai semua tudingan Wilder. ’’Deontay Wilder dimanjakan oleh mantan presiden kami Donald Trump yang mengatakan Anda dapat mengatakan kebohongan apa pun, atau hal yang tidak masuk akal dan mungkin beberapa orang memercayainya,’’kata Arum.
’’Dalam kasus Trump, mereka memercayainya dan menyerbu ibu kota. Deontay Wilder, sekali lagi, tidak bertanggung jawab atas apa yang dia katakan, sama sekali. Apakah itu tentang Tyson Fury, Mark Breland - pria yang luar biasa - Deontay Wilder tidak masuk akal,’’lanjutnya.
Arum mengklaim bulan lalu bahwa Fury tidak akan pernah melawan Wilder lagi, meskipun mantan juara itu mengklaim klausul triloginya masih berlaku, dengan fokusnya pada Anthony Joshua. Dalam wawancara eksklusif dengan SunSport, promotor berusia 89 tahun itu mengklaim pertarungan sesama Raja Kelas Berat Inggris itu akan menjadi duel kelas berat terbesar sejak Muhammad Ali melawan Joe Frazier.
Fury memberikan kekalahan pertama Wilder sekaligus merampas sabuk juara Kelas Berat WBC dalam duel ulang pada Februari 2020. ’’Tapi, hei, jika mantan presiden yang menjabat selama empat tahun tidak masuk akal, maksud saya Deontay Wilder hanyalah Trumpian lainnya,’’kata Arum kepada TalkSport.
Beberapa waktu setelah kalah TKO, Wilder menyerang semua orang yang dituduhnya menyebabkannya kalah. Dia menuding kubu Fury memasukkan benda keras di sarung tinjunya, menuding mantan pelatihnya, Mark Breland membubuhi air minumnya dengan zat pelemas dan lain-lain.
The Bronze Bomber juga bersikeras menuding sarung tangan yang digunakan Fury dirusak sehingga kuku rivalnya tersebut melukai kupingnya. Namun, Arum tidak memercayai semua tudingan Wilder. ’’Deontay Wilder dimanjakan oleh mantan presiden kami Donald Trump yang mengatakan Anda dapat mengatakan kebohongan apa pun, atau hal yang tidak masuk akal dan mungkin beberapa orang memercayainya,’’kata Arum.
’’Dalam kasus Trump, mereka memercayainya dan menyerbu ibu kota. Deontay Wilder, sekali lagi, tidak bertanggung jawab atas apa yang dia katakan, sama sekali. Apakah itu tentang Tyson Fury, Mark Breland - pria yang luar biasa - Deontay Wilder tidak masuk akal,’’lanjutnya.
Arum mengklaim bulan lalu bahwa Fury tidak akan pernah melawan Wilder lagi, meskipun mantan juara itu mengklaim klausul triloginya masih berlaku, dengan fokusnya pada Anthony Joshua. Dalam wawancara eksklusif dengan SunSport, promotor berusia 89 tahun itu mengklaim pertarungan sesama Raja Kelas Berat Inggris itu akan menjadi duel kelas berat terbesar sejak Muhammad Ali melawan Joe Frazier.
(aww)